12.

3.2K 234 17
                                    

Kali ini, Musa sudah terlihat bertengger dengan motor maticnya sembari sebelah tangan menggenggam sebuah kantung plastik

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kali ini, Musa sudah terlihat bertengger dengan motor maticnya sembari sebelah tangan menggenggam sebuah kantung plastik. Rambutnya kini sudah berganti menjadi warna merah menyala, supaya lebih berani katanya. Sephia bergerak pelan dengan sebelah tangan menutupi wajahnya malu, karena semua siswa yang masih ramai keluar dari sekolah menyurakinya. Bukan karena mereka Iri atau benci pada Sephia, tapi karena akhirnya mereka mempunyai materi hangat untuk diperbincangkan di sekolah mengenai cowok super pendiam itu akhirnya bucin.

Di pertengahan perjalanan, Musa menepikan motornya sejenak. Ia memberikan kantung plastik itu kepada Sephia dengan perasaan masih canggung, keduanya hanya saling tukar senyum, lalu motor kembali menyala untuk melanjutkan perjalanan.

Sephia yang ketiduran di punggung Musa, mulai bergeming saat merasa motor itu kembali berhenti. Rupanya memang mereka sudah tiba di halaman rumah Sephia, dan terlihat Martin sudah terpajang rapi di depan pagar rumah.

"Pah.."

Keduanya mencium tangan Martin dengan hormat, tetapi tatapan Martin pada Musa tak dapat dipungkiri bahwa pria paru baya itu mengirim sinyal ketidaksukaan.

"Ini siapa?" tunjuk Martin pada Musa.

"Saya Musa, Om. Musa Mahesa." Musa membungkuk sejenak.

"Pacar Sephia," tambah gadis itu dengan suara sedikit pelan.

"Boleh saya pinjam Sephia sebentar," ucap Martin pada Musa yang kemudian di persilahkan.

Mereka berdua menepi sedikit ke dalam rumah, terlihat Martin yang begitu kurang menyukai tampilan Musa dari luar dengan mengejeknya seperti preman. Sepertinya itu juga akan terjadi pada semua Bapak di seluruh semesta ketika anak perempuan memperkenalkan pacarnya dengan tampilan berantakan seperti Musa, gaya khasnya dengan rambut gondrong merah menyala. Juga seragam yang tiga kancing atasnya dibiarkan lepas, belum lagi motor yang nampak sudah beberapa kali di modif itu malah terlihat seperti sampah di mata Martin.

"Sudah bagus kemarin dengan Candra, anaknya sopan, rapi. Malah dengan yang berantakan seperti itu," sinis Martin sambil melihat kearah Musa dari kejauhan yang masih berdiri di samping motornya.

"Pah, jangan menilai orang hanya dari satu kali pertemuan. Kak Candra yang menurut Papa baik, buktinya dia menghilang saat Musa berusaha matu-matian mendapatkan Sephia. Aku hanya memilih yang bertahan, Pah."

"Ya tapi dia ini seperti akan membawa pengaruh buruk buat kamu."

"Papa tahu apa tentang Musa? dia di sekolah merupakan siswa teladan, paling Patuh pada aturan. Ketua taekwondo dan juga beberapa kali membanggakan nama sekolah dengan menjuarai olimpiade matematika," jawab Sephia meyakinkan.

Martin terdiam sejenak saat mendengar banyaknya sisi positif pada siswa itu, "yasudah, lain kali saat Papa libur ajak dia kemari. Sekarang Papa mau kembali ke Restoran."

Seulas senyum Sephia menandakan kemenangan dalam perdebatan, dia lalu segera berlari menggapai Musa diujung sana.

"Pelan-pelan, nanti jatuh." Musa meraih tangan Sephia.

Jika Saja Ku Tolak Cintanya [End] BAGIAN IWhere stories live. Discover now