chapter 36

1.6K 96 1
                                    

Hai hai...

Halo halo...

Ayo kita ke part yang kalian tunggu-tunggu...







Happy Reading

*****

"Adam,"

Umi Azkia memanggilnya. Saat ini Umi Azkia dan juga Adam sedang duduk dimeja makan untuk sarapan bersama. Adam yang tengah meyantap makanannya pun menghentikan kegiatannya itu sejenak.

"kenapa Umi?" tanya Adam pada Uminya itu.

Umi Azkia menarik napas panjangnya, semalaman Umi Azkia memikirkan hal ini, mungkin inilah yang paling terbaik untuk putranya. Ia tak mau jika anak semata wayangnya itu akan tersiksa dalam ikatan pernikahan tanpa cinta.

"Umi? Umi ngalamun? Adam ada buat salah ya Umi?" tanya Adam bertubi-tubi diberikan untuknya.

"Astagfirullah..." gumam Umi Azkia.

"Umi kenapa? Umi sakit?" pertanyaan terus saja berdatangan dari Adam.

Umi Azkia menggelengkan kepalanya, "tidak, Umi tidak apa-apa,"

"ada yang mau Umi bicarakan?" rasa penasaran.mulai memenuhi batin Adam. Ia yakin, pasti Uminya ingin membicarakan sesuatu hal.

"Adam, jika kamu ingin membatalkan perjodohan ini, Umi tidak apa-apa"

Adam membolakan matanya kaget tatkala mendengar kata yang terlontar dari mulut Uminya itu.

"Umi..."

"Umi tidak masalah Adam jika memang kamu ingin membatalkan perjodohan ini,"

"Umi kecewa sama Adam?" bukannya pekikkan bahagia yang terlontar dari mukut Adam. Tetapi malah pertanyaan aneh itu.

"Umi tidak kecewa sama kamu nak, Umi malah kecewa jika kamu tidak menikah dengan orang yang tidak kamu cintai,"

"Umi nggak bercanda kan?"

Umi Azkia menggelengkan kepalanya, "Adam. Jika kamu memang ingin membatalkan perjodohan ini, Umi tidak masalah nak, Umi juga tau orang yang kamu cintai. Menikahlah dengannya nak, maaf jika perjodohan ini membuatmu merasa tertekan"

"Umi beneran nggak papa?"

Umi Azkia mengangguk, mungkin ini memang yang menjadi takdir putranya, bukan dengan Adiba melainkan dengan Kania. Semalam, dirinya sholat Istikharah untuk menemukan jawaban yang tepat, dan akhirnya, kini ia menemukannya.

"Besok kita bicarakan ini dengan Abah,"

*****

Kania memegangi satu koper besar miliknya. Hari ini, dirinya akan berangkat menuju kota istimewa itu, Kota Jogja namanya. sebelum itu, ia ambil satu lembar kertas dan mulai menuliskan beberapa kata pada kertas itu.

Lauhul Mahfudz ku [SUDAH PO]Where stories live. Discover now