chapter 23

1.5K 111 42
                                    

Hai hai halo halo...
Halo sobat kesta...
Pada kangen nggak nih?
Semoga iya. Wkwk





Happy Reading

*****

Adiba kembali meletakkan kotak kue kecil itu ketempat asalnya. Dadanya begitu sesak melihat kue dengan tertuliskan nama Kania disana. Ia menundukkan kepalanya seraya mencengkram erat bingkisan yang ia bawa dari rumah.

"Maaf ya, lama nunggu kan pasti?" Adiba mendongak mendengar suara milik Umi Azkia, dengan segera ia pun menyembunyikan bingkisan yang tadi dibawanya itu.

"enggak kok Umi, malahan Adiba yang harus minta maaf, karna merepotkan" balas Adiba dengan menampakkan senyumnya.

"diminum dulu Adiba" suruh Umi Azkia setelah meletakkan gelas berisi teh hangat.

Adiba mengangguk sebagai balasan. Tak lupa ia langsung meminumnya.

"Mau bertemu Adam ya?, biar umi panggil du--"

"nggak usah Umi, Adiba cuma mau kasih ini doang kok, Umi" Kania memberikan bungkusan yang tadi ia bawa dari rumah.

"Ya Allah. Jadi ngrepotin" ujar Umi Azkia.

"nggak kok umi, nggak repot. Kalau gitu, Adiba pamit pulang ya Umi, sampaikan salam Adiba saja pada Ustadz Adam"

Umi Azkia mengangguk.

"Assalamualaikum" salam Adiba yang kemudian langsung menyalami tangan umi Azkia, dan melangkah pergi.

"Waalaikumsalam" balas Umi Azkia.

Diluar sana, Adiba tampak lesu seraya menatap kotak kue yang ia buat dirumahnya tadi. Adiba memang memberikan bingkisan untuk Umi Azkia, namun, bukan bingkisan yang berisi kue yang ia buat.

*****

Malam hari pun tiba. Kali ini Kania sudah mulai mengaji lagi setelah jeda satu hari, dikarenakan Ustadz Adam yang tengah sakit.

Kania berjalan dengan senyum sumringahnya. Langit malam kali ini begitu indah dengan dihiasi bintang-bintang dan bulan sabit yang begitu terang dilangitnya.

Sesampainya ia segera masuk kedalam Masjid, tak lupa ia mengucapkan salam terlebih dahulu " Assalamualaikum. Semuanya" ujarnya begitu riang.

"Waalaikumsalam" balas bocil-bocil dengan serentak.

Kania pun segera memilih tempat duduk dan berbincang-bincang dengan bocil, seraya menunggu Ustadz datang.

"Kak Kania lagi bahagia banget kayaknya" celetuk bocil yang berada disampingnya itu.

"iya dong. Gue lagi seneng banget nih cil. Omo omo... Pengen pargoy rasanya gue" girang Kania dengan tingkah absurt nya itu.

"Assalamualaikum" tak berselang lama, ustadz Adam telah sampai. Dengan segera mereka pun menghentikan pembicaraan itu.

"Waalaikumsalam" jawab Mereka dengan serentak.

*****

Setelah beberapa bocil telah pulang dan selesai mengaji, kini girilan Kania yang akan mengaji. Seperti biasa, Ustadz Adam mundur beberapa langkah untuk memberikan jarak antara dirinnya dengan Kania.

"Kania" panggil Ustadz Adam yang tengah menundukkan kepalanya itu.

"kenapa Ustadz?" tanyanya pada Ustadz Adam.

"terima kasih, atas kuenya tadi pagi" seru Ustadz Adam dengan sedikit malu-malu. Ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Sama-sama Ustadz. Btw kukisnya enak nggak, Ustadz?" tanya Kania dengan senyum merkahnya.

"Enak. Saya suka" balas Ustadz Adam.

"hehe... Makasih ustadz. Kapan-kapan Kania buatin lagi deh, yang tambah enak"

Ustadz Adam memgangguk satu kali "yaudah ayo mulai mengajinya"

*****

"ini Kania?. Ini Kania anaknya Ainur yang aduhai slebew kan?" Ainur begitu kaget melihat Kania yang sudah siap dengan seragamnya, dan ditambah lagi kerudung segi empat yang menutupi kepalanya.

"Mama apa-apaan sih. Ini Kania lah, emangnya siapa lagi?" Kania kesal, ia mengecurutkan bibirnya dan melipat tangannya didepan dada.

Ainur memandangi penampilan Kania dari atas sampai bawah. Lalu meletakkan telapak tangannya didahi Kania "Kamu ketempelan setan dimana Kania?"

"kok ketempelan setan sih, Ma" ujarnya kesal.

"lagian kamu, tiba-tiba aja langsung berubah kaya gini, dulu aja dipaksa nggak pernah mau" itulah yang menyebabkan Ainur kaget. Kania yang begitu ngeyel tidak mau mengenakan hijab, kini malah menggunakannya.

"udah lah, Kania berangkat dulu. Assalamualaikum" Kania menyalami tangan Ainur terlenig dahulu, kemudian segera melangkah pergi keluar

*****

Di sepanjang Kania berjalan, tak luput dari pandangan murid-murid yang menatapnya dengan tatapan entah kagum atau malah aneh.

"kenapa sih orang-orang. Gitu amat natapnya" gumam Kania dengan terus melangkah menuju kelasnya.

"Astuti..." panggil Kania pada Adinda yang tengah berjalan menuju kelas.

Adinda yang merasa terpanggil pun menolehkan pandangannya "Weh, lo Kania?"

Plak

Kania memukul lengan Adinda dengan sedikit keras "Biasa aja dong, lihatnya. Gitu amat"

"lagian gue kaget, lo tiba-tiba berhijab gini. Lo kan spek jamet keturunan setan" lontar Adinda dengan diiringi tawaan diakhir kalimatnya.

"gue mau mengubah diri Ti. Gue mau hijrah"

Bersambung...

Cihuy...
Kania hijrah nih...
Semangat hijrahnya Kania...







Lauhul Mahfudz ku [SUDAH PO]Where stories live. Discover now