chapter 34

1.4K 95 14
                                    

Haloo...

Kali ini Partnya dijamin asik banget, Kalian percaya deh pokoknya.







Happy Reading

*****

Hari-hari berlalu begitu cepat. Tak ada lagi hal spesial dihari-hari ini. Begitu juga dengan Kania dan Ustadz Adam, mereka telah menjalani kegiatan mereka seperti biasa. Merek juga berlagak seperti orang yang tak pernah kenal sebelumnya.

Malam yang sunyi. Kania, gadis itu tengah melamunkan sesuatu. Entahlah melamunkan apa, yang pasti ia sedang melamunkan seseorang.

"Kak"

"Ayam pargoy, eh ayam pargoy" latah Kania yang kaget karna salah satu bocil itu memanggilnya seraya menepuk pundaknya.

"kenapa ngalamun Kak? Sampai lupa jawab salam Ustadz" ujar bocil itu.

"loh? Ustadz Adam udah dateng? Mana?" Kania menoleh kekanan dan kekiri mencari keberadaan Ustadz Adam.

"udah mulai ngajar. Emangnya kakak kenapa ngalamun sih?" tanya bocil itu yang sudah penasaran.

"kepo lo bocil, ini urusan orang gede. Lo masih bocil" sanggah Kania.

"yaudah deh,"

Beberapa menit Kania telah menunggu. Hingga akhirnya, kini giliran Kania yang mengaji. Jujur saja, setelah Kania mengucapkan kata 'jalani hidup kita seperti biasa, anggap saja kita tidak pernah saling kenal' membuat Kania begitu canggung dengan ustadz Adam.

"Ta'awudz, dulu Kania" suruh Ustadz Adam dengan pandangan tertunduk.

"audzubillahiminasyaitonirojim Bismillahirahmanirahim" setelah itu, Kania mulai membaca ayat-ayat dalam Al-Qur'an.

*****

"shodaqollahul adzim," Kania telah selesai mengaji. Dengan segera ia beranjak pergi untuk pulang saja.

Ustadz Adam menghela napasnya. Ia sudah tak tahan lagi jika menjadi canggung seperti ini dengan Kania. Mungkin benar, bahwa perasaan ini adalah cinta. Tapi mau bagaimana, ia tak boleh melawan takdirnya.

Ustadz Adam juga ikut beranjak dari tempat duduknya. Ia juga melangkah pergi keluar masjid.

"Kania" panggil Ustadz Adam kepada Kania. Anak itu menoleh, dan Ustadz Adam langsung menundukkan pandangannya.

"ada apa Ustadz?" Kania bertanya.

"kenapa kita menjadi canggung seperti ini?" bukannya menjawab pertanyaan Kania. Ustadz Adam malah berbaik tanya kepadanya.

Kania Diam. Jujur saja, ia juga tak ingin seperti ini. Tetapi mau bagaimana lagi? Ini memang takdirnya kan?

"memangnya kenapa jika kita canggung Ustadz?, sudah selayaknya kita seperti ini, kan?"

"saya hanya merasa tidak suka," Ustadz Adam mengepalkan tangannya berusaha menahan mulutnya untuk tak mengatakan hal yang sebenarnya.

Lauhul Mahfudz ku [SUDAH PO]Where stories live. Discover now