chapter 29

1.4K 97 26
                                    

Hai hai...

Halo halo...

Ayo kita langsung saja gas keceritanya..






Happy Reading

*****

"Abah?" Adam nampak kaget setelah membuka dan membaca isi dalam amplop itu. Jantungnya mendadak berdetak lebih cepat. Dadanya pun juga tiba-tiba merasakan sesak.

Abah Rahman tersenyum kearahnya. Jujur saja, ada sedikit rasa tak enak untuk memberitahukan ini kepada Adam.

"Abah kenapa baru bilang, Bah?" Tanya Adam dengan sedikit meninggikan nadanya.

"Abah hanya tidak mau, jika nanti bisa merepotkan kalian" balas Abah Rahman. Sudah sejak lama ia menyembunyikan ini dan memendamnya sendiri.

"Adiba sudah tau?" Adam bertanya lagi. Seketika suasana menjadi hening. Dan entahlan apa yang dipikirkan oleh Abah Rahman untuk menyembunyikan hal itu.

Abah Rahman menggelengkan kepalanya, "Adiba belum tau, hanya Abah, kamu dan Allah yang tahu"

Adam menghembuskan napasnya. "ini berbahaya Abah, ini bukan penyakit main-main,"

"Abah tau Adam, tolong jaga rahasia ini pada Adiba ya, Abah tidak mau jika Adiba akan sedih" ujar Abah Rahman. Sejujurnya Adam ingin memberitahukan kepada Adiba, namun niat itu terurungkan karna permintaa Abah Rahman tadi.

"Waktu Abah tidak lama lagi, jadi tolong jaga Adiba ya, Adam."

Adam memperhatikan lekat laki-laki dihadapannya itu "Abah jangan bilang seperti itu. Abah pasti sembuh"

"Abah tidak akan sembuh nak, penyakit Abah sudah berada distadium akhir, dan sudah tidak bisa disembuhkan lagi, bahkan perkiraan dokter hidup Abah tinggal beberapa bulan saja,"

"Tapi itu perkiraan Dokter Abah, bukan perkiraan Allah."

"Abah tau, maka dari itu, tolong jaga Adiba ya, Insya Allah, Adiba akan menjadi makmum yang baik,"

*****

Adam melangkahkan kakinya lunglai. Entah apa yang ia pikirkan kali ini, dirinya hanya teringat tentang penyakit Abah Rahman tadi. Jika seperti ini mungkin sudah tidak ada harapan jika dirinya ingin menolak perjodohan itu. Padahal jujur saja hatinya masih disi oleh Kania, bukan Adiba.

"Astagfirullah... Hamba benar-benar bimbang Ya Allah" gumam dirinya seraya mengacak-acak rambutnya itu.

Adam melirik Arjoli yang melingkar pas dipergelangan tangnnya. Waktu sudah menunjukkan Adzan Dzuhur dikumandangkan. Dengan segera ia pun menuju kearah masjid dan mulai mengumandangkan Adzan disana.

Setelah selesai mengumandangkan Adzan Dzuhur, segera saja ia mengumandangkah iqamah, tanda bahwa sholat akan segera diadakan. Sudah banyak orang-orang datang ke-Masjid untuk menunaikan ibadah.

"Allahu Akbar" Adam mengangkat tangannya dan kemudian meletakkan didepan dada.

"Assalamualaikum Warahmatullah" Salam pertama ia ucapkan. "Assalamualaikum Warahmatullah"

Setelah mengucapkan salam tadi, Adam.menyempatkan diri untuk berdikir sebentar. Para warga pun juga sudah mulai meninggalkan Masjid. Setelah selesai berdikir, Adam mengangkat kedua tangannya membentuk seperti wadah.

"Ya Allah... Ya Rabbi... Hamba benar-benar sedang bingung Ya Allah Hati hamba seakan tidak yakin untuk menerima itu. Namun, hamba lebih tidak enak jika menolak, Abah Rahman sudah mau menjaga hamba dari kecil, ditambah lagi penyakit yang dideritanya, Ya Allah... Berikan hamba petunjuk Ya Allah... Aamiin" Adam mengusapkan telapak tangan diwajahnya, setelah itu ia mengambil Al-Qur'an untuk dibacanya sebagai penenang hati dan pikiran.

*****

Kania melangkakan kakinya menuju masjid untuk dirinya mengaji. Sedampainya ia langsung memilih duduk bersama dengan bocil-bocil yang begitu ramai.

"Assalamualaikum" orang yang ditunggu pun telah tiba, iya, itu Ustadz Adam. Kania pun menyunggingkan senyum merkahnya.

"Waalaikumsalam" semua menjawab dengan serentak termasuk Kania.

Setelah Ustadz Adam datang pun para bocil langsung membentuk baris yang begitu rapi dan panjang sepanjang kisah cinta ku. Eaaa...

Setelah para bocil selesai mengaji, kini giliran Kania. Gadis itu begitu semangat dan sumringah dengan senyum merkah yang selalu ia tampakkan.

Dahi Kania meilipat tatkala melihat Ustadz Adam yang murung tidak seperti biasanya. "Ustadz kenapa? Ada masalah?"

Ustadz Adam tebelangak mendengar kata Kania tadi. "tidak, saya tidak ada masalah, hanya sedang sedikit mengantuk saja" Ustadz Adam berbohong. Namun Kania hanya menganggukkan kepalanya saja.

"mau Kania kasih pantun biar nggak ngantuk?" Ujar Kania.

"memangnya ada?" tanya Adam. Memangnya ada pantun biar tidak mengantuk?.

"ets... Jangan salah, pastinya ada dong" titah Kania begitu semangat.

"seperti apa?"

"ikan hiu makan bolu. I Love you" ujar Kania yang mulai berpantun.

Ustadz Adam hanya bisa menggelengkan kepalanya mendengar pantun aneh melik Kania, dengan senyum yang mulai tercetak jelas di wajahnya, mungkin benar jika dirinya sudah menyukai Kania.

Bersambung...

Kira-kira Kania sakit hati nggak ya kalau sampai tau?

Next nggak nih?

Vote dan komen dulu.

Vote dan komen dulu

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.
Lauhul Mahfudz ku [SUDAH PO]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin