chapter 24

1.7K 127 39
                                    

Alo Alo...
Hai hai...
Kembali sama tata. Wkwk...






Happy Reading

*****

Hari ini, pagi begitu cerah. Kania dan juga Adinda saat ini tengah berada dikantin. Dua remana itu tampak asik berbincang entah membicarakan apa dan sesekali menyantap makanannya.

"gimana ceritanya lo jadi kaya gini?" Adinda bertanya. Ia sudah begitu penasaran dengan alasan Kania menjadi seperti ini.

"gue nggak tau, dapet hidayah kali gue" balas Kania dengan santai, seraya menyantap makanannya itu.

Adinda menggelengkan kepalanya "gila ni anak"

"Lo? Kania?"

Kania yang mendengar itu langsung menoleh mencari sumber suara yang ia dengar itu.

"kenapa lo?" Kania memutar bola matanya jenuh. Benar sekali, saat ini dirinya tidak ingin berurusan dengan Exsel.

"lo berhijab?" Exsel mengerutkan dahinya seraya menatap lekat dirinya itu "lo nggak cocok kalau berhijab"

"Maksud lo apa?!!"

Mendengar suara Kania yang cukup keras, seluruh murid yang berada dikantin pun menoleh kearahnya. Mereka menjadi pusat perhatian sekarang ini.

"kok lo emosi?. Gue kan cuma berpendapat" ucap Exsel dengan tak merasa bersalahnya.

Kania benar-benar sedang merasa emosi kali ini. Ia mengepalkan tangannya kuat-kuat seraya meredam emosinya. Kania pun memilih pergi dari kantin karna sudah muak melihat wajah Exsel yang membuatnya ingin sekali mencabik-cabik wajah anak itu.

*****

Ustadz Adam. Laki-laki itu, baru saja selesai menghadiri acara pengajian yang diselenggarakan di masjid. Pria yang menggunakan baju koko berwarna biru dongker dan dipadukan dengan sarung berwarna hitam serta tak lupa dengan peci yang melekat dikepalanya itu membuat semua saja yang melihatnya terpesona.

"Adam"

Ustadz Adam pun menoleh kebelakang mencari sumber suara yang ia dengar itu. Ya, disana sudah ada Abah Rahman yang tengah memanggilnya itu.

"Assalamualaikum, Adam" salam Abah Rahman pada dirinya itu.

"Waalaikumsalam" balas Adam dengan senyumnya, tak lupa ia menyalami tangan Abah Rahman.

"ada apa, Abah?" tanya Adam. Ia begitu penasaran kenapa Abah Rahman ingin bertemu dengannya.

"sebenarnya, abah ingin bicara sesuatu sama kamu, tapi tidak enak jika disini" titah Abah Rahman.

"kalau begitu kita bicara disana saja, Abah" Adam menunjuk kesebuah tempat duduk dipinggir jalan. Abah Rahman pun mengangguk dan mengikuti Adam melangkah menuju tempat itu.

"Abah. Ingin bicara apa?" tanya Adam, ia begitu penasaran dengan apa yang ingin Abah Rahman bicarakan.

Abah Rahman menghirup napasnya dalam. Lalu menghembuskannya secara perlahan.

"soal perjodohan dengan Adiba, apakah Adam sudah siap?. Karna lebih cepat itu lebih baik. Tapi jika masih belum siap, tidak apa-apa. Abah juga harus membicarakan ini pada Umi kamu" Abah Rahman menjelaskan dengan panjang lebar.

Adam menundukkan kepalanya dalam. Ia begitu bingung jika harus membahas perjodohannya dengan Adiba. Entah kenapa, ada sedikit rasa tidak mau didalam benak Adam. Namun, Jika ia menolak, ia tak mau menyakiti hati Abah Rahman. Namun, jika menerima, ia juga masih bingung.

Adam menarik nafas beratnya. Jujur saja, untuk kali ini ia benar-benar tidak ingin membahas tentang hal itu. Masih ada rasa yang mengganjal dalam hatinya jika menerima perjodohan itu.

"nanti biar Adam pikirkan, Abah."

*****

"yah elah, masih cemberut aja lo rambut cepmek, gue traktir lambor jini deh satu lusin" ujar Adinda mencoba menghibur sahabat karibnya itu.

"Alah sok-sokan lambor jini selusin. Hutang lo aja masih lima juta lo ama gue" balas Kania dengan kesal.

"lima juta dari hongkong. Lima ribu Markonah" seloroh Adinda kesal.

"Sama bunganya. Salah siapa lo punya utang nggak dibayar dari masih SMP"

"yah elah, lima rebu doang. Ikhlasin napa. Lo kan calon Ustazah Kania yang Aduhai slebew" goda Adinda.

"nggak usah goda-goda gue, nggak mempan. Udah lo sampai sini aja nganternya. Gue mau jalan kaki aja" Adinda mengangguk saja sebagai balasan. Kania memang aneh.

Kania pun segera keluar dari mobil milik Adinda. Ia melanjutkan perjalanan pulangnya dengan berjalan kaki. Diperjalanan ia melihat seorang yang begitu dikenalnya. Dengan segera Kania pun mnghampiri orang tersebut.

"Assalamualaikum. Ustadz" salam Kania yang membuat Ustadz Adam beranjak kaget.

"Waalaikumsalam. Ya Allah, Kania. Mnganggetkan saja" ujar Ustadz Adam yang langsung menundukkan pandangannya.

"habis dari mana, Ustadz?" tanya Kania seraya memperhatikan penampilan Ustadz Adam dari atas sampau bawah.

"dari pengajian di masjid" balas Ustadz Adam. Kania pun hanya mengangguk saja sebagai balasan.

"Kamu berhijab kesekolah?" tanya Ustadz Adam. Ia memang sekilas melihat pempilan Kania yang mengenakan hijab dengan seragam panjangnya, namun ia hanya melihat sekilas dan langsung menundukkan pandangannya.

"iya. Emangnya kenapa?, nggak cocok ya?" tanya Kania.

"tidak, kamu sangat cocok. Terlihat lebih cantik, saya suka"

Bersambung...

Uhuy suka...

Follow yuk Follow...

Follow yuk Follow

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.





Lauhul Mahfudz ku [SUDAH PO]Onde histórias criam vida. Descubra agora