chapter 4

2K 203 16
                                    

Halo halo halo...
Kembali lagi bersama saya
Xixi...





Happy reading....

*****

Adam. Pria itu masih saja berdiam seraya memikirkan perkataan Adiba tadi. Ia masih bingung bagaimana cara menjawab pertanyaan yang terlontar dari mulut Adiba.

"Astofirullah" Gumam Adam meyadarkan dirinya. Ia pun segera beranjak dari duduknya, dan memutuskan untuk mengambil air Wudhu saja, karna waktu sudah menunjukkan sebentar lagi adzan Ashar.

"Umi, Adam ke masjid dulu, Assalamualaikum" ujar Adam seraya mencium tangan sang umi.

"Waalaikumsalam, Hati-hati" balas Umi Azkia.

*****

"kamu ngapain Kania?" tanya Ainur yang heran melihat seluh kamarnya telah dipenuhi oleh baju-baju muslim miliknya.

"Mama diem aja, Kania sedang memilih baju untuk ngaji nanti" balas Kania. Matanya masih terfokuskan untuk memilih gamis-gamis yang terjejer rapi.

Ainur menyengritkan dahinya "harus banget gitu?"

"harus dong ma, biar ustadz Adam itu terpesona melihat kecantikan Kania yang sangat aduhai slebew" balas Kania seraya melenggak-lenggokkan badannya.

"memangnya ustadz Adam mau sama kamu?. Pahala kamu aja gak ada setengahnya"

"mama itu harusnya dukung Kania dong"

"udah lah terserah kamu, jangan lupa dirapi-in lagi kalau udah selesai"

*****

Malam yang indah dengan dihiasi bintang-bintang dilangitnya. Gemintang juga terlihat begitu rapi yang membuat mata tak ingin berhenti melihatnya. Rembulan juga nampak bersinar dimalam ini. Kania, anak itu sedang berjalan menuju masjid dan tangannya menggenggam iqro.

"Ustadz Adam, I'm coming"

Sesampainya dimasjid, Kania langsung saja masuk tanpa mengucap salam.

"Kakak, kalau masuk ucap salam dulu" ujar salah satu anak kecil yang berada disana.

"iya-iya, Assalamualaikum" ucap Kania dengan malas.

"Waalaikumsalam" jawa bocah-bocah itu dengan serentak.

"eh bocil, ustadz Adam udah punya pacar belum sih?" tanya Kania begitu saja.

"pacar?, pacar itu apa kak?" tanya anak itu begitu polos.

"lo nggak tau pacar?"

Anak itu menggeleng.

Kania menyunggingkan senyumnya "pacar itu temen, jadi kalau lo pacaran, berarti lo temenan sama orang" ujar Kania.

"lo mau nggak punya banyak pacar?" sambungnya.

"wah..., kalau gitu, aku mau punya banyak pacar" seru anak itu dengan semangat.

"iya, lo harus jadi Playgril Kaya gue, dijamin emak lo bangga"

"lo juga yang cowok. Lo harus bisa mengoleksi pacar-pacar, agar hidup kalian bahagia" ucap Kania lagi.

*****

Setelah menunggu beberapa menit hingga jam, anak-anak pun sudah mulai pulang kerumah mereka masing-masing.

"ustadz mau nggak jadi pacar Kania yang ke 30?" Kania tersenyum seindah mungkin.

Adam menyengritkan dahinya "pacar?"

"iya ustadz, pacar yang ke 30 biar genap para pacar Kania" seru Kania seraya cengengesan.

Adam menggelengkan kepalanya "sudah-sudah, sekarang mengaji dulu"

"memangnya ustadz tidak mau pacaran?"

"saya tidak tertarik. Saya lebih tertarik pacaran setelah nikah"

"ea... Ustadz bisa aja"

"syarat jadi makmum mu dong ustadz"

"rajin dan taat pada agama"

*****

"rajin dan taat pada agama"

Kata-kata itu masih terngiang saja didalam fikiran Kania. Ia begitu penasaran bagaimana caranya ia harus menjadi rajin dan taat pada agama.

"gimana caranya Ya Allah..." ucapnya seraya bergiling-guling diatas ranjang dengan kesal.

Kania merubah posisinya menjadi duduk, setelah itu beranjak keluar menuju balkon untuk menatap bintang-bintang yang berserakan dilangit malam.

Pikiran Kania masih saja memikirkan tentang perkataan Ustadz Adam tadi. Entah mengapa, setelah mendengar ucapannya tadi. Terdapat desiran aneh yang membuat Kania begitu ingin taat pada agama.

"apa gue tanya Mama aja?"

"tapi jangan deh nanti gue diejek lagi sama Mama"

"Agh... Pengen jadi idamanmu Ustadz"

*****

"Adam" panggil umi Azkia seraya masuk kedalam kamar Adam. Putranya itu saat ini sedang duduk seraya membaca surat-surat dalam Al-Qur'an.

Adam langsung menutup Al-Qur'annya. Dan menatap sang Umi tersayangnya "Ada apa Umi?"

"Adam masih memikirkan tentang ucapan Adiba tadi?" tanya Umi Azkia.

Adam menunduk "Adam bingung Umi. Tapi, jika Umi mengizinkan, Adam akan menerimakanya"

"umi tidak memaksa Adam jika soal itu, jika Adam menolak pun Umi tidak apa-apa. Yakinkan dulu hati mu. Karna pernikahan itu bukan hal yang main-main, ini adalah jenjang serius" ujar Umi Azkia seraya mengelus puncak kepala putra kesayangannya itu.

Adam tersenyum "Makasih umi"

Bersambung...

Kania sesat ya.
Jangan lupa vote nya, biar aku bisa semangat dalam mengetik cerita ini...

Bye-bye sobat kesta...







Lauhul Mahfudz ku [SUDAH PO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang