chapter 26

1.6K 115 23
                                    

Jangan lupa komen dan votenya ya sobat kesta....

Btw kabarnya gimana nih?







Happy Reading

*****

Detik telah berganti menit, dan menit telah berganti jam. Kania nampak tersenyum lebar seraya melangkah menuju masjid untuknya mengaji. Setelah kejadian tadi, Kania benar-benar tak bisa menghilangkan senyumannya.

"Assalamualaikum" Kania berucap salam seraya memasuki masjid yang sudah dipenuhi oleh para bocil-bocil laknat.

"Waalaikumsalam" jawab mereka begitu serntak. Kania pun ikut duduk disamping para bocil itu seraya menunggu kehadiran Ustadz Adam.

Tak lama kemudian orang yang ditunggu pun datang. Dengan senyum merkah yang selalu ia tampilkan, lelaki tak pernah membuat dirinya bosan untuk dipandangnya. Namun sayang, lelaki itu tak pernah mau menatapnya.

"Assalamualaikum. Pada nunggu lama ya?" Ustadz Adam berujar salam seraya memasuki masjid.

"Waalaikumsalam. Nggak kok, Ustadz" jawab bocil itu dengan serentak juga.

"tenang aja Ustadz, Kania selalu menunggu Ustadz kok meskipun harus lama selama-lamanya" Kania menaik turunkan alisnya seraya tersenyum jahil kearahnya.

"cie... Cie!" sorak bocil-bocil laknat itu.

Dengan wajah yang tertunduk, Ustadz Adam tengah menahan bibirnya yang berkedut ingin menampilkan senyuman. Seperti inilah yang selalu Ustadz Adam rasakan jika berhadapan dengan Kania. Sebenarnya, apa arti dari perasaan ini?

*****

Hari telah berganti hari. Kali ini, Kania sudah siap untuk berangkat menuju sekolahnya. Cewek yang sudah mengenakan seragam sekolahnya dan tak lupa hijab segi empat yang menutupi kepalanya.

"Kania!!" suara cempreng milik seseorang yang begitu ia kenali melengking saja ditelinganya, membuat langkah Kania secara otomatis berhenti.

"kenapa lo? Pagi-pagi udah teriak-teriak, kaya orgil aja lo" sewot Kania. Jujur saja dari lubuk hati Kania yang paling dalam sedalam cintanya kepada Ustadz Adam, ia tak sanggup jika harus mendengar teriakan cempreng milik Adinda.

"sinis banget lo! Masih marah lo perihal kemaren?" ujar Adinda seraya menatap sahabat karibnya itu.

"iyalah. Siapa juga yang nggak marah kalau lo malah digituin!" kesal Kania.

"gue setuju sih sama lo" setuju Adinda.

"nah lo tau!"

Kania melanjutkan langkahnya menuju kelas dengan melewati lorong-lorong koridor yang agak panjang. Tak sengaja ia bertemu dengan Exsel. Kania mencoba meredam emosinya, rasanya ingin sekali Kania mencabik-cabik wajah cowok itu.

"lo masih marah sama gue?" Exsel membuka suara. Cowok itu nampak merasa bersalah sejujurnya jika melihat Kania seperti itu.

"iyalah! Pake nanya lagi lo! Dikira lo ngomong kaya gitu gue nggak sakit hati apa?!" lontar Kania begitu marah. Sebisa mungkin Kania menahan emosinya untuk tak melontarkan kata-kata kasarnya.

"Sory Deh, gue minta maaf," Exsel menatap lekat Kania seraya menyunggingkan senyum merkahnya.

"ogah! Nggak mau gue maafin lo!" sentak Kania.

"sabar Kan, nggak boleh gitu lo! Ustadz Adam marah lho" Adinda berusaha menenangkan Kania yang tengah menahan emosinya itu.

"iya juga ya. Yaudah deh, gue maafin lo!" ucapnya dengan sedikit mendekal dihati.

Tanpa berpikir panjang Kania dan juga Adinda memilih untuk kembali melangkah kakinya.

Exsel menyengritkan dahinya "Adam?"

*****

Siang hari ini, Ustadz Adam dan juga Umi Azkia tengah bersiap untuk menuju kerumah Adiba dengan tujuan mungkin membahas tentang perjodohan yang tengah direncanakan.

"sudah siap?" tanya Umi Azkia. Wanita paruh baya itu masih terlihat begitu muda, perempuan yang sudah menggunakan gamis hitam dipadukan dengan kerudung warna coklat milo itu nampak begitu cantik dan menawan.

Adam mengangguk "Insyaa Allah, Umi."

"yaudah, kalau gitu langsung kesana saja" Umi Azkia berujar. Tanpa berlama-lama, mereka pun langsung menaiki taxi yang mereka pesan di Online.

Tak terasa perjalanan terasa begitu cepat. Adam dan Umi Azkia langsung saja turun dari taxi itu, dan segera masuk kedalam rumah. Tak lupa, mereka mengetuk pintu terlebih dahulu.

"Assalamualaikum" Umi Azkia mengucap salam seraya mengetuk pintu.

Tak lama kemudian seorang wanita cantik membuka pintu dengan senyum lebarnya "Waalaikumsalam"

"Masya Allah. Cantik sekali Adiba" puji umi Azkia seraya menatap gadis dihadapannya yang terlihat begitu cantik dengan menggunakan gamis berwarna coklat dan dipadukan dengan kerudung berwarna hitam, tak lupa make up tipis-tipis yang membuatnya terlihat lebih cantik.

"terima kasih, Umi" Adiba nampak tersenyum malu setelah mendapat pujian dari Umi Azkia.

"ayo Umi masuk dulu, Ustadz juga" ajak Adiba. Mereka bertiga pun langsung melangkah masuk. Seraya menunggu Abah Rahman Adam dan juga Umi Azkia memilih duduk dulu.

Tak lama, Abah Rahman pun datang. Adam menampakkan senyumnya. Sedangkan Abah Rahman ia juga ikut duduk dikursi tunggal ruang tamu "bagaimana Adam, sudah siap?"

Bersambung...

Yakin nih kapal Adam-Kania berlayar?

Bagaimana nih reaksi penumpang kapal Adam-Kania?

Bagaimana nih reaksi penumpang kapal Adam-Kania?

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.
Lauhul Mahfudz ku [SUDAH PO]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant