chapter 27

1.4K 96 20
                                    

Halo halo...
Gimana kabarnya?
Sudah siap untuk baca?






Happy Reading

*****

"bagaimana Adam? Sudah siap?"

Adam menarik napas beratnya, jujur saja ada sedikit rasa menjanggal dan tidak yakin dalam benaknya. Entah kenapa, untuk saat ini pikirannya Seakan-akan tertuju pada Kania.

"Astagfirullah.." batin Adam yang sudah berkali-kali beristigfar, untuk tidak memikirkan Kania.

"Adam?" Umi Azkia menyenggol dirinya, dan membuat Adam refleks menoleh kearah Uminya itu.

"Astagfirullah, Maaf Umi, Adam nggak fokus" ujarnya dengan berbisik.

Umi Azkia menggelengkan kepalanya "jangan ngalamun, nggak baik, Adam."

"Maaf, Umi"

Abah Rahman pun hanya bisa tersenyum seraya memperhatikan Adam yang entah sedang gerogi, atau sedang tidak nyaman.

"Kalau begitu, kita langsung saja memulai pembahasannya, ya" Abah Rahman membuka suara.

"disini, saya, selaku Wali dari Adiba ingin menyampaikan tentang perjodohan yang telah lama dibicarakan. Namun, untuk disini. Kita serahkan kepada Adam dan Adiba terlebih dahulu" ujar Abah Rahman panjang lebar.

Adam dan Umi Azkia tampak mengangguk paham.

"bagaima, Umi? Setuju?" tanya Abah Rahman pada Umi Azkia.

"Insya Allah, Jika memang sudah menjadi takdir, maka saya setuju. Namun, biar terserah Adam saja"

*****

Kali ini Adinda dan juga Kania tengah berbincang-bincang ria ala ibu-ibu gosip depan rumahnya. Seraya memakan mie ayam kesukaanya, tak lupa Kania selalu bercerita tentang perkembangan cintanya dengan Ustadz Adam.

"nggak usah cinta mulu lo. Bentar lagi ujian, belajar lo yang bener" ujar Adinda menasihat Kania.

"nggak usah sok bijak lo. Kalau ujian lo juga cap cip cup" Kania berujar seraya menertawakan Adinda. Temannya yang satu ini memang sangat aneh, ujian cap cip cup aja sok-sokan menasihati.

"gue juga mau berubah, gue mau daftar di UGM" Adinda menepuk dadanya dengan bangga.

"UGM?!" teriak Kania sedikit kaget. Ia pun menjadi pusat perhatian seluruh penghuni kantin.

Kania menyengir, ia jadi malu sendiri "yang bener aja lo? Dikira UGM nggak butuh kapasitas otak tinggi apa?"

"lo bilang kalau gue nggak pinter?" jujur saja Adinda sedikit tersinggung dengan perkataan Kania tadi. Memang tidak bilang secara langsung, namuan Adinda paham dengan artinya.

"bukan gitu, lo pinter kok. Tapi ya, mau masuk UGM itu pintarnya harus diatas rata-rata."

"ya maka dari itu, gue mau belajar yang giat biar gue bisa masuk."

"yaudah, terserah lo, yang penting lo jangan paksain diri lo sendiri. Gue tau kok, lo mau kesana biar Mama lo bangga, dan mau peduliin lo, kan?"

Adinda nampak diam, apa yang dikatakan Kania itu benar adanya.

Kania menepuk punggung Adinda "gue dukung lo. Semangat"

*****

Hari telah berganti malam. Ustadz Adam masih saja memikirkan acara perjodohannya tadi. Ia benar-benar bingung. Ia menatap keatas, langit malam dengan banyak bertaburan bintang dan juga bulan sabit itu benar-benar menghiasi langit dengan sangat indah.

"Astagfirullah" Ustadz Adam beristigfar. Entahlah ia menjadi bingung sekarang, mungkin jalan satu-satunya adalah meminta petunjuk dari Allah tentang kisah cintanya itu.

Adam memasuki ruangan, tak lupa ia mengucapkan salam terlebih dahulu "Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam" jawab mereka dengan serentak, disana juga sudah ada Kania.

Ustadz Adam pun memulai pembelajaran hari ini, seperti biasa para anak-anak kecil ini sudah berbaris rapi untuk mengantri, dan seperti biasa, Kania selalu mendapatkan urutan terakhir.

Selesai mengajari anak-anak kecil itu, kini giliran Kania yang ia ajari. Entahlah Ustadz Adam selalu merasa desiran aneh saat dirinya berada didekat Kania, seperti jantung yang selalu berdetak lebih cepat, dan senyuman yang selalu ingin ditampakkan.

"gimana kabarnya Ustadz?" tanya Kania. Biasalah anak itu sedang mencari topik pembicaraan.

"Alhamdulillah. Baik" jawab Ustadz Adam demgan pandangan tertunduk.

"Aduh."

"kenapa Kania?" Ustadz Adam nampak panik.

"bahaya Ustadz" ujar Kania yang membuat Ustadz Adam semakin panik.

"ada apa?"

"senyuman Ustadz Adam bikin candu" Ujar Kania seraya tersenyum merkah.

Ustadz Adam pun hanya bisa menggelengkan kepalanya. Dengan wajah tertunduk ia menahan senyumannya itu. Kania ia memang paling bisa jika membuat orang salah tingkah.

"Ustadz jangan senyum,"

"memangnya kenapa?"

"nanti tambah ganteng. Kan percuma Ustadz jika ganteng-ganteng nggak bisa dimilikin"

Bersambung...

Uhuyyy

Btw ini endingnya kapal siapa yang berlayar?

Btw ini endingnya kapal siapa yang berlayar?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Lauhul Mahfudz ku [SUDAH PO]Where stories live. Discover now