chapter 32

1.6K 105 13
                                    

Hai hai...

Ayo kita baacaaaa...

Yoooo...






Happy Reading

*****

Hari telah berganti hari. Kania nampak sering murung setelah mendengar kabar perjodohan Adiba dengan Ustadz Adam.

"Murung banget lo Kan" Adinda berucap seraya memperhatikan dirinya.

"lagi sakit hati gue" ujar Kania. Kali ini mereka berdua sedang berada disuatu taman bermain. Kania mendorong ayunannya lebih tinggi seraya menarik napas dalam.

"kenapa lo? Ada masalah? Perasaan hidup lo makmur mulu deh" tanya Adinda dengan dahi yang menyengrit.

"Ustadz Adam dijodohin sama Adiba" Kania nampak lesu jika membahas hal itu.

"yang bener lo? Adiba yang mana?"

"Adiba yang gue ceritain sama lo. Agh auk, gue males bahas itu. Sakit hati gue."

"udah si. Banyak cowok lain. Lagian juga kalau lo emang bukan jodohnya Ustadz Adam,"

"masalahnya gue udah dibikin jatuh cinta, sejatuh-jatuhnya"

Adiba mengelus punggung Kania. "cup cup, Udah-udah nggak usah sedih terus"

"yaudah, gue pulang dulu ya. Gue mau pamitan sama lo, besok gue udah ke Jogja" Ujar Adinda. Gadis itu telah turun dan berhenti menaiki ayunan itu.

"Yang benar lo! Kenapa nggak bilang?" Kania beranjak berdiri.

"gue sengaja. Kalau gue bilang, takutnya lo yang repot. Gue cuma mau bilang itu. Btw jangan sedih terus, Kania nggak identik dengan kata sedih" ujar Adinda dengan tawa kecilnya.

"jadi lo berangkat besok?" tanya Kania kepada Adinda.

Adinda mengangguk saja sebagai balasan.

"sory kalau gue nggak bisa ngenter besok. Belajar yang bener lo disana. Jangan sampe kita asing, gue tunggu Ijazah calon Ibu Dokter yang satu ini." Kania menyunggingkan senyumnya, Lalu mendekap Adinda dengan sangat erat.

Adinda pernah bercerita, jika cita-cita akan menjadi dokter agar bisa membantu orang lain. Meski ia tampak terlihat seperti jamet, jujur saja, Adinda adalah anak yang baik.

"yaudah gue pergi dulu, nggak usah nangis, jelek lo kalau nangis" ejek Adinda dengan tertawa diakhir kalimatnya.

"ngaca dong. Lo juga nangis, dasar jamet cengeng" ledek Kania juga.

"yaudah gue pergi dulu" Adinda berujar seraya melambaikan tangannya.

"Iya, hati-hati, btw jangan lupa disana cari jodoh, biar nggak jomblo terus,"

Mereka tertawa. Tak terasa, Adinda yang sedari kecil selalu bersamanya, kini mereka akan berpisah.

*****

Kania berjalan dengan langkah santainya. Desiran angin kencang membuat Kerudung dan juga pakaiannya berkibar. Ia menghirup udara segar dan kemudian menghembuskannya.

Matanya tak sengaja bertemu dengan orang begitu ia hindari. Bagaimana bisa dirinya malah bertemu dengan Ustadz Adam di tempat seperti ini.

"Kania"

Kania membalikkan tubuhnya dan kemudian berlari saja. Saat ini ia sedang menghindari laki-laki itu.

Jujur saja ingin sekali Kania menyapa laki-laki itu. Namun apa, ia juga harus sadar jika Ustadz Adam telah menjadi milik orang lain.

Diposisi Ustadz Adam. Laki-laki itu menarik napasnya dalam. Entah kenapa ia merasa jika jaraknya dengan Adiba semakin jauh sejak Kania mengetahui dirinya yang dijodohkan dengan Adiba. Ustadz Adam merasa jika Kania memang menghindarinya.

Tanpa disadari, ada seseorang yang memperhatikan mereka diam-diam seraya menundukkan pandangannya dan tak lupa tangan yang mengepal kuat.

*****

Exsel merebahkan dirinya, kemudian ia mengmbil benda pipih dan membuka aplikasi galeri untuk melihat foto. Ia menatap suatu foto yang diam-diam ia simpan.

"tambah cantik aja lo, Kan" Exsel menampakkan senyum liciknya. Ia menatap dengan lekat foto itu.

"andai gue bisa milikin lo sepenuhnya" Ujarnya lagi.

Exsel menjadi teringat jika waktu itu Kania sering sekali menyebut dan membicarakan seseorang yang tak salah bernama Ustadz Adam. Exsel berpikir sebenarnya siapa Ustadz Adam itu? Kenapa Kania terlihat sangat menyukainya.

Exsel kembali mengambil benda pipih itu. Lalu mencari suatu kontak untuk di telfonnya.

"cari tahu tentang Ustadz Adam. Gue tunggu"

*****

Kania telah selesai mengaji. Tak pernah ada lagi gombalan-gombalan aneh yang dulu ia keluarkan. Kali ini hanya ada keheningan yang selalu memenuhi suasana mereka berdua. Kania melangkah keluar tanpa sedikit pun berbicara dengan ustadz Adam.

"Kania" Ustadz Adam memanggilnya. Kania mencoba tak menggubris panggilan itu dan terus saja melangkah maju.

"kenapa kamu menghindari saya?"

Bersambung...

Aduhh kenapa tuhhh...

Next atau nggak?

Next atau nggak?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

SELAMAT MENUNAIKAN IBADAH PUASA

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


SELAMAT MENUNAIKAN IBADAH PUASA....

Lauhul Mahfudz ku [SUDAH PO]Where stories live. Discover now