chapter 35

1.5K 83 11
                                    

Halooo kita ketemu lagi...

Pantengin terus, karna part-partnya bakalan tambah asik.






H

appy Reading

*****

"batalkan perjodohan ini, Abah."

Abah Rahman sontak membulatkan matanya. Siapa yang tak kaget ketika Adiba malah ingin membatalkan perjodohan yang sejujurnya sedari dulu dinantikannya.

"jangan gegabah Adiba, cerita dulu sama Abah, ada apa?" ujar Abah Rahman kepada Adiba. Ia mengelus punggung putri kesayangannya itu dengan sangat lembut.

"Abah, Adiba mau perjodohan ini dibatalkan." air mata Adiba jatuh dengan begitu deras. Ia masih saja terngiang atas perkataan Ustadz Adam tadi.

"telang dulu Adiba, istigfar nak, nggak boleh langsung menyimpulkan dengan tergesa-gesa, itu sifatnya setan," Abah Rahman mencoba menenangkan Adiba.

"Astagfirullah..." Adiba berucap seraya mengelus dadanya.

"ada apa putri Abah yang cantik? Lagi ada masalah?" tanya Abah Rahman dengan nada lembutnya.

"Abah, Adiba mau batalin perjodohan ini" balas Adina dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

"kenapa? Apa alasannya?"

Adiba menarik napas panjang. Ia meremas gamisnya itu, "Ustadz Adam mencintai orang lain, Abah," Adiba menunduk seraya menahan rasa sedak dihatinya.

"Adiba, dengarkan Abah. Cinta itu bisa datang kapan saja, cinta itu datang seiring berjalannya waktu. Dulu Abah dan juga Uma kamu dulu seperti itu. Kami dinikahkan secara paksa, dulu bahkan Abah tak pernah mengenal Uma mu nak, tapi seiring berjalannya waktu, cinta itu mulai tumbuh dan bersemi"

"tapi Ustadz Adam mencintai orang lain Abah, Adiba takut dengan adanya perjodohan ini membuat Ustadz Adam tertekan dan terbebani."

Abah Rahman menghela napasnya kasar, "coba kamu Istikharah dulu, pertimbangkan ini sama Allah,"

*****

Ustadz Adam tampak kelelahan, napasnya berderu begitu cepat. Ia tak tahu harus menjelaskan apa dengan Adiba nanti. Dirinya benar-benar dilanda kebingungan. Daripada ia berdiri seperti orang linglung, lebih baik ia pulang saja ke rumahnya.

"Assalamualaikum" Adam berucap salam seraya memasuki rumahnya.

"Waalaikumsalam" jawab Umi Azkia.

"habis dari mana Adam, kelihatannya capek banget?" sanggah Umi Azkia.

Adam diam seribu bahasa. Ia tak tahu harus menjawab apa dengan Uminya itu, apakah lebih baik jika Adam menceritakan yang sebenarnya dan mengaku juga tentang perasaannya.

"Umi," panggil Adam.

"kenapa Adam?" tanya Umi Azkia.

"Umi, sebenarnya Adam nggak cinta sama Adiba. Kalau boleh jujur Adam sukanya sama Kania"

Umi Azkia tersenyum "kamu tahu nggak makna dari kata 'cinta tidak harus memiliki', kata itu menegaskan kita, bahwa mau mencintai sedalam apapun, jika memang tidak berjodoh mau gimana lagi?"

"maaf Umi jika Adam menentang perkataan Umi, tapi Adam sangat keberatan dengan perjodohan ini Umi"

"kamu Istikharah dulu saja, minta petunjuk sama Allah"

*****

Kania. Gadis itu kali ini tengah merenung seraya menatap bulan yang bersinar dengan terangnya. Bintang tak menghiasi langit malam hari ini, tak ada gemerlap bintang indah yang terpancar cerah dilangitnya.

"ngalamun terus, mikir apa sih?" Ainur bertanya seraya menatap anak semata wayangnya. Dalam kurun benerapa waktu kali ini, Kania memang lebih sering merenung tidak seperti biasanya.

"nggak papa Ma, Kania lagi bingung doang." ujar Kania, ia masih menatap langit tanpa menolehkan pandangannya pada Ainur.

Ainur mengelus puncak kepala Kania. "jangan ngalamun terus Kania, Mama lebih suka kamu yang kaya setan dari pada merenung kaya gini terus,"

"Ma, Kania mu ikut Adinda ke Jogja aja, disini Kania sedih mulu bawaannya."

"mau ngapain? Kuliah juga di UGM?"

"nggak."

"terus ngapain?"

"ngrepotin Adinda, Hehe..."

Ainur menggelengkan kepalanya heran, dalam keadaan seperti ini ia masih saja bercanda, tapi jujur, sikap seperti inilah yang Ainur suka dari putrinya itu.

"Kania mu kesana nenangin diri Ma, disini Kania malah tambah nggak tenang, izinin Kania ya Ma?" mohon anak itu.

Ainur menghembuska napasnya kasar, "yaudah Mama Izinin, tapi jangan lama-lama,"

"satu tahun ya Ma?"

"mau nyari apa kamu satu tahun disana? Sekalian aja nggak usah pulang sana!"

"lebih baik kamu kuliah disana, mumpung pendaftaran masih dibuka,"

"yaudah, tapi Kania berangkat besok ya Ma. Oke terima kasih."

*****

Ustadz Adam baru saja menyelesaikan Sholatnya. Ia mengangkat kedua tangannya, dan membentuk seperti sedang menadah.

"Ya Allah, maaf jika hambamu ini telah durhaka terhadap ibunya Ya Allah. Tolong berikan hamba kelurusan jalan yang benar Ya Allah. Maaf jika hamba harus menolak perjodohan yang diperintahkan oleh Abah dan Umi hamba, Ya Allah. Maafkan hamba jika memang hamba sudah melanggar perintah Umi hamba Ya Allah, hamba minta maaf,"

Dari balik pintu, tak sengaja Umi Azkia mendengar do'a putranya itu. Umi Azkia menundukkan kepalanya. Ia menjadi bersalah karna terlalu memaksakan kehendak putranya.

Bersambung...

Aduh tanda-tandanya kenapa nih?

Mau lanjut nggak?

Mau lanjut nggak?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Lauhul Mahfudz ku [SUDAH PO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang