chapter 9

1.7K 185 17
                                    

Haiiii....
Pada kangen nggak nih?
Pengen nargetin vote, tapi takut nggak ada yang baca...
Yaudah deh, 5 vote lanjut.





Happy Reading

*****

Kania. Gadis itu saat ini sedang berguling-guling tidak jelas diatas ranjangnya, dan berteriak-teriak kecil. Bahkan, Ainur yang melihatnya pun keheranan sendiri.

"Kamu kenapa sih, Kania?" tanya Ainur. Wanita paruh baya yang saat ini sedang menggunakan baju tidurnya itu nampak bingung dengan tingkah anaknya yang seperti kesurupan.

"gawat, aku harus lapor Papa" Ainur pun bergegas melaju mencari papa Kania.

"lihat tuh pa, Kania habis pulang ngaji langsung kaya gitu pa" Ainur berucap seraya menunjuk Kania yang seperti orang kesurupan.

Ardi pun melangkah maju, ia menarik nafas dalam, kemudian mengeluarkannya secara perlahan.

"Allahu laa ilaaha illaa huwal hayyul qoyyuum, laa ta'khudzuhuu sinatuw walaa naum. Lahuu maa fissamaawaati wa maa fil ardli man dzal ladzii yasyfa'u 'indahuu illaa biidznih, ya'lamu maa baina aidiihim wamaa kholfahum wa laa yuhiithuuna bisyai'im min 'ilmihii illaa bimaa syaa' wasi'a kursiyyuhus samaawaati wal ardlo walaa ya'uuduhuu hifdhuhumaa wahuwal 'aliyyul 'adhiim" Ardi mulai membaca ayat kursi. Setahunya jika ayat kursi itu bisa menangkal setan.

Kania pun merubah posisinya menjadi duduk, dahinya mengkerut tak kala melihat Ainur yang menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan dan Ardi yang sedang membcara ayat kursi serta menyodorkan tangannya.

"Papa sama mama ngapain sih?" tanya Kania seraya menggaruk kepalanya bingung.

"keluar kamu dari anak saya!" ujar Ardi.

"papa kenapa sih? Siapa yang keluar? Ini Kania pa" seru Kania kebingungan.

"jangan bohong!"

"ini Kania pa, suer deh" Kania tersenyum seraya mengangkat tangannya menjadi tanda piss.

"apa buktinya?"

"ini Kania, Anaknya Pak Ardi dan ibu Ainur, yang sangat cantik, Kiyowo, menggemaskan, imut, dan aduhai slebew hingga membuat hati bergejolak serasa dimabuk cinta" cerocos Kania.

Ainur dan Ardi pun bernafas lega "Alhamdulillah" ujar mereka berdua.

"ternyata emang anak kita pa, bukan setan" Ainur bernafas lega.

"kok setan sih?" tanya Kania kesal.

"ya iya lah, kamu sih, pulang dari ngaji malah cengengesan, mana guling-guling nggak jelas lagi"

"enak aja"

*****

Suara Adzan subuh telah berkumandang, suara merdu milik pemuda yang saat ini sedang mengekan sarung berwarna hitam, dan baju koko berwarna putih, serta peci yang melekat pada kepalanya.

"Lailahaillallah..."

Ustadz Adam telah menyelesaikan Adzan-nya, tak lupa ia pun langsung mengkat kedua tangannya dan membaca do'a setelah Adzan.

Tepat diluar sana, terdapat seorang wanita yang tengah tersenyum seraya memperhatikan Ustadz Adam yang tengah selesai mengumandangkan Adzan.

"Adiba" panggil seseorang.

Gadis itu pun menoleh, ya, itu adalah Adiba, gadis yang tengah mengenakan mukena berwarna putih dengan sajadah yang ia bawa ditangannya.

"Astagfirullah, ngagetin aja kamu Ra" balas Adiba.

"kenapa masih disitu, ayo masuk, keburu iqomah" ujar Ara, teman Adiba.

"iya-iya" mereka berdua pun melangkah menuju kemasjid.

"jika memang takdir engkau mempertemukan kita, maka hamba mohon semoga takdir juga menyatukan kita, Ya Allah"

*****

"Kania Bang--" ucapan Ainur terpotong, ketika melihat Kania yang sudah bangun. Ainur pun menyengritkan dahinya. Aneh sekali, kenapa anaknya bisa bangun pagi, kesurupan apa dia semalam.

"Kenapa? Mama kaget ya Kania bangun pagi" ujar Kania.

"tumben banget?, kamu lagi nggak sakit kan?" Ainur mengecek suhu tubuh Kania.

"ya enggak lah, mama itu gimana sih!" kesal Kania.

"lagian aneh, kamu yang tidurnya kaya kebo masa bangun sepagi ini?"

"mama itu gimana sih, Kania bangun siang salah, bangun pagi juga salah"

"ya aneh aja gitu, apa lagi ini hari minggu, biasanya kamu kalau libur kan nggak tau diri tidurnya"

"mulai sekarang Kania mau merubah diri Ma, demi jadi idamannya Ustadz Adam"

"idamannya Ustadz Adam?" tanya Ainur, seraya menyipitkan matanya.

"iya Ma, Kania mau jadi istri yang baik, makanya mau berubah" balas Kania.

"kalau berubah itu karna Allah Kania, bukan karna ustadz Adam"

"emang harus ya?, tapi Kania berubah biar Ustadz Adam itu suka"

"terserah kamu deh"

Ainur pun melangkah pergi keluar kamar Kania, tidak apa-apa lah, meskipun sedikit melenceng, tapi setidaknya sudah ada perubahan dari Kania, mulai dari mau mengaji, meskipun niatnya bukan Karna Allah, tapi karna ingin melihat Ustadz Adam.

Bersambung...

Lanjut?
5 vote dulu deh.
Pengen nargetin nih,
Jangan lupa vote

Lauhul Mahfudz ku [SUDAH PO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang