chapter 21

1.5K 119 30
                                    

Alo alo alo...
Btw ceritanya bagus nggak sih?
Intinya budayakan vote sebelum baca...

Jangan lupa follow ya sobat kesta...

Jangan lupa follow ya sobat kesta

ओह! यह छवि हमारे सामग्री दिशानिर्देशों का पालन नहीं करती है। प्रकाशन जारी रखने के लिए, कृपया इसे हटा दें या कोई भिन्न छवि अपलोड करें।

••••••

ओह! यह छवि हमारे सामग्री दिशानिर्देशों का पालन नहीं करती है। प्रकाशन जारी रखने के लिए, कृपया इसे हटा दें या कोई भिन्न छवि अपलोड करें।






Happy Reading

*****

"lo tau rumahnya Ustadz Adam nggak?"

Bocil itu nampak diam dan mencerna perkataan Kania. Kania yang melihat ekspresi itu merasa kikuk dan ya... Bisa dibilang malu sendiri lah. Kania menggaruk tengkuknya yang tak gatal dan tersenyum kikuk.

"Tau nggak lo?" tanyanya kembali pada bocil-bocil dihadapannya.

"aku tau kak. Tapi kakak mau ngapain kesana?" tanya balik bocil itu padanya.

"rahasia. Udah lo nggak perlu tau, yang penting rumah Ustadz Adam dulu" jawabnya.

"kalau dari sini lurus terus sampai ada perempatan, kemudian Kakak belok kiri. Nah, kalau udah belok kiri, cari aja rumah yang urutan ketiga" jelas bocil itu menunjukkan arah rumah Ustadz Adam.

Kania mengangguk paham "oke-oke. Btw makasih, besok gue traktir cilok deh"

"yang bener Kak?" bocil itu bertanya dengan begitu bergairah.

Kania mengangguk, "bener, udah sana pulang"

"Yaudah, kita pulang dulu ya Kak. Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

*****

"belok kiri apa belok kanan ya?"

Kani celingak-celinguk melihat kanan dan kirinya seperti orang yang tengah kehilangan arah. Saat ini, ia memang berencana untuk berkunjung ke rumah Ustadz Adam dengan bertujuan menjenguk dan sekalian modus.

"alah pake lupa lagi"

Kania nampak kesal dengan dirinya itu. Ia tak mau tau dirinya harus bisa sampai dirumah Ustadz Adam.

"kiri aja lah, seinget gue kiri kok"

Ia pun melangkah menuju arah yang akan dia kehendaki itu. Ia baru ingat jika para bocil itu mengatakan jika rumah Ustadz Adam dibarisan ketiga.

"satu... Dua... Tiga..., nah ini rumahnya"

Tok tok

Kania mengetuk pintu kayu jati berwarna coklat itu. Rumah minimalis bercat putih nampak begitu menawan, meskipun bukan rumah mewah seperti rumahnya.

"Assalamualaikum" salamnya, seraya mengetuk kembali pintu itu beberapa kali.

"Waalaikumsalam" pintu itu terbuka menampakkan wanita paruh baya yang masih terlihat cantik dengan mengenakan kerudung dan gamisnya itu.

"Kania ternyata. Ada apa Kania?" tanya Umi Azkia seraya tersenyum kearahnya.

"ini umi. Kania mau jenguk Ustadz. Katanya sakit ya?" ujar Kania seraya menyalami tangan Umi Azkia.

"iya, tidak enak badan katanya. Yaudah ayo masuk dulu" ajak Umi Azkia padanya itu.

Kania mengangguk "iya Umi" Kania pun ikut masuk kedalam rumah, dan duduk diruang tamu. Rumah yang tak terlalu besar ini terlihat sangat indah.

"diminum dulu, Kania"

"iya Umi. Maaf merepotkan"

"tidak kok"

Kania meletakkan gelas berisi Teh itu diatas meja. Entah kenapa ia merasa begitu tegang sekarang ini.

"maafin Kania ya Umi" Kania menundukkan kepalanya bersalah. Ia begitu merasa bersalah seteleh mngetahi jika Ustadz Adam sakit.

"kenapa minta maaf?"

"maafim Kania ya Umi, pasti gara-gara Kania Ustadz Adam jadi babak belur dan sakit, umi"

"bukan salah kamu, salah premannya. Udah gak usah dipikirkan ya, lagian ini juga sesama manusia harus saling membantu" umi Azkia menepuk pundak Kania beberapa kali.

Kania mendongak "umi baik banget sihh"

Umi Azkia tersenyum.

"yaudah deh Umi, ini Kania ada bingkisan untuk ustadz, sebagai tanda terima dan permintaan maaf Kania" titah Kania seraya mengasihkan satu kantong plastik.

"Ya Allah. Ada-ada aja, tapi terima kasih ya, Kania"

"sama-sama Umi. Ee... Tapi Kania boleh minta sesuatu nggak Umi?" pinta Kania pada Umi Azkia.

"ada apa Kania?"

"Kania boleh minta nomernya Ustadz Adam nggak Umi?" tanya Kania. Kali ini ia benar-benar sedang marasa malu sekaligus takut.

Umi Azkia tersenyum seraya menggeleng-gelengkan kepalanya "nanti Umi bilang dulu sama Adam ya"

Kania tersenyum "yaudah Umi, Kania pulang dulu ya. Assalamualaikum" pamitnya seraya menyalamai tangan Umi Azkia.

"Waalaikumsalam"

Tepat di depan rumah Ustadz Adam terdapat Adiba yang entah tak sengaja lewat atau memang ingin kerumahnya.

"sebenarnya ada apa?"

*****

Pagi telah kembali datang, hari ini adalah hari minggu, jadi Kania akan libur sekolah. Kali ini anak itu tengah sibuk di dapur entah sedang membuat apa anak itu. Bahkan, Ainur saja hanya bisa heran melihat dapur indahnya menjadi berantakan.

"jangan lupa, kalau udah selesai dirapiin" seru Ainur pada Kania yang tengah sibuk dengan kondisi wajah yang belepotan.

"bikin apa sih, repot banget" Ainur ikut berdiri disamping Kania.

"rahasia" balasnya singkat dengan mata yang masih terfokuskan pada kegiatannya itu.

"dasar, emang buat siapa?" tanya Ainur lagi.

"rahasia..."

Bersambung...

Kania nekat banget...
Kiw Kiw
Jangan lupa emot 🌻🌻

Ayoo spam nexttttt disini 👉

Lauhul Mahfudz ku [SUDAH PO]जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें