chapter 5

1.9K 191 15
                                    

Hai Hai.
Halo sobat kesta...
Jangan lupa vote, komen, dan follow ya.






Happy Reading...

*****

"Kalau kau suka hati tabok Dinda. Dinda" Kania menyanyikan lagu absurt seraya menggeplak kepala Adinda. Padahal anak itu sedang duduk memakan nasi goreng yang mantul dan aduhai slebew.

"sakit jamet. Gak ada hati banget lo, gimana ustadznya mau sama elo, kalo sikap lo aja kayak monyet kesurupan reog" Adinda mengelus kepalanya yang ditabok olek Kania.

"diem lo jamet. Oh iya, gue mau nanya sama elo, kalau rajin dan taat pada agama itu maksudnya apa Da?" tanya Kania begitu penasaran.

Adinda tertawa "Awok Awok, masa lo gak tau?"

"beneran, gue gak paham"

"rajin dan taat pada agama itu, rajin sholat, ngaji, baca Al-Qur'an, gitu lah pokoknya" jelas Adinda.

"lagian lo sih. Pahala aja gak ada 1% mau nikah sama ustadz. Yo ndak mampu" sambung Adinda seraya mengeluarkan bahasa medoknya.

"pedes amat tu mulut"

*****

"lo tunggu disini aja. Gue mau beli sesuatu dulu, atau lo mau ikut aja?" Kania. Anak itu saat ini sedang berada di Mall untuk membeli beberapa baju baru. Entah untuk apa anak itu membeli.

"gue tunggu disini aja, Tapi lo harus traktir gue mie ayamnya Burok" seru Adinda, anak itu masih berada didalam mobil.

"gampang itu. Yaudahlah, gue masuk dulu"

Kania mulai melangkahkan kakinya masuk kedalam kedalam Mall. Ia pun segera menuju tempat baju busana muslim. Disana Kania dibuat ternganga oleh banyaknya pakaian muslim yang tak kalah bagus dari pakaian anak muda zaman sekarang.

"mbak, gamis yang cocok buat saya yang mana mbak?" tanya Kania pada wanita penjaga toko itu.

"sebentar ya" balas orang itu, yang langsung mencarikan gamis yang dibutuhkan Kania.

"ini mbak, cocok banget buat mbak" penjaga toko itu menyodorkan gamisnya.

Kania memandangi gamis itu dari atas sampai bawah. "oke deh mbak"

"saya bungkus dulu ya"

"ini mbak, totalnya 350 ribu" sambung kasir itu seraya mengsikkan gamis yang sudah dibungkus.

Kania mengeluarkan kartu Black cart Nya. Maklum ya orang kaya.

"makasih mbak"

Kania pun mulai keluar untuk menghampiri Adinda yang sudah menunggunya. Setiap Kania berjalan tak lupa para pasang mata yang menatapnya dengan tatapan kagum.

"serasa jadi idol gue" batin Kania seraya terus berjalan.

Dret.. Dret...

Suara getaran ponsel itu terdengar dari dalam saku Kania. Tanpa berlama-lama Kania langsung mengambil benda pipih tersebut dan sudah terdapat nama Adinda tertera di layarnya.

"Lama banget sih lo!" ujar Adinda kesal dari dalam ponsel.

"ya maaf, lo kan tau gue kalau belanja lamanya minta ampun" balas Kania.

"terserah lo. Cepetan kesini, kalau nggak gue tinggal lo"

"iya gue kesitu"

Brak

Karna tak fokus memperhatikan jalanan tak sengaja Kania menabrak seorang wanita paruh baya yang sedang membawa belanjaan yang terbilang cukup banyak.

"Maaf bu, saya nggak lihat" Kania merasa bersalah pada ibu itu. Ia pun segera merapikan beberapa belanjaan yang berserakan akibat ulahnya.

"nggak papa Nduk, ini juga salah saya, karna tidak fokus dengan jalanan" balas ibu itu seraya tersenyum.

"ini salah saya bu. Saya bantu buat angkat barangnya ya bu, sebagai permintaan maaf saya" Kania berucap seraya membawa beberapa kotak belanja.

"Ya Allah. Tidak usah repot-repot, ibu bisa" tolak ibu itu.

"nggak papa, Kania bisa kok bu"

Ibu itu tersenyum "makasih ya Nduk"

Kania mengangguk saja sebagai balasan.

Kania dan juga ibu tadi pun mulai melangkahkan kakinya, hingga mereka berheti tepat disana terdapat pemuda yang sedang mengangkat beberapa belanjaan juga. Kania pun menyengritkan dahinya. Entah kenapa ia begitu mengenali pemuda itu.

"sampai sini saja Nduk, terima kasih sudah membantu saya" ujar ibu itu berterima kasih.

"sama-sama bu, maafin saya juga ya bu, sudah menabrak ibu"

"iya tidak apa apa. Sampai lupa. namanya siapa?" tanya ibu itu.

"Kania, bu" balas Kania seraya tersenyum manis.

"Masyaa Allah, namanya cantik sekali seperti orangnya" puji Ibu itu seraya tersenyum.

"makasih bu" Kania tersipu malu mendengar pujian itu. Kania juga termasuk orang-orang yang kalau dipuji itu langsung lemah letih lesu. Apa lagi jika dipuji ustadz Adam, auto melayang deh.

"Umi..." panggil seseorang dari belakang sana. Dengan refleks Kania dan juga ibu itu pun menolehkan pandangannya. Pemuda itu berlari kecil menuju kearahnya.

Kania menyengritkan dahinya "ustadz?"

Bersambung...

Kania full senyum nih...
Xixi..

Lauhul Mahfudz ku [SUDAH PO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang