Saat Cia sedang mengintip ada seseorang yang ternyata sedang memperhatikannya dari lorong sebelah.

Setelah beberapa jam kemudian waktunya istirahat namun Cia dan Dara masih tetap di kursinya.

"Cia menurut lo Gavin gimana? " Tanya Dara mendekat ke meja Cia.

Bukannya di jawab Cia malah melamun membuat Dara mendengus kesal, lalu ia menggebrak meja agar Cia sadar.

Brakk..

"Anj-" Celetuk Cia.

"Lo denger gue ngomong nggak sih! " Kesal Dara.

"Denger gue! " Sarkas Cia.

"Gue ngomong apa tadi? "

"Ngomong....soal Elen kan?  "

Dara menjitak kening Cia, "bodoh! Salah lol".

" Lo mah dari pagi gue perhatiin ngelamun terus udah gitu pelajaran bu asoy nggak balik-balik dari toilet, lo kenapa sih ada masalah? Ceritain ke gue" Ujar Dara.

Kini Cia menunduk sembari berpikir apakah dirinya harus menceritakan nya tapi ia tidak bisa memendamnya sendiri bisa-bisa ia mati karena kebimbangan.

"Ceritain sini gue kan temen lo otomatis lo juga harus berbagi suka maupun duka lo, siapa tau gue bisa ngasih solusi"

"sebenarnya Gara udah tau kebohongan gue, tadi malem kita berantem soal dia tau kalo gue punya geng sekaligus ketuanya bahkan gue sampe ngomong sama dia kalo gue ngga perlu di atur dan di khawatirkan, gue tau gue salah tapi gue nggak bisa kalo hubungan pertemanan gue sama Gara pupus karena gue Dar. Gue harus gimana biar Gara seperti dulu lagi sama gue" Ujarnya dengan membendung air mata.

"Bahkan tadi pagi kita sempat berpapasan tapi dia malah cuek aja dan gue nggak bisa di gituin" Lanjutnya dengan nada sedih.

"Gue nggak tau harus bantu lo mulai dari mana tapi yang terpenting kalo lo masih pengen pertahanin hubungan lo, lo bisa ngalah sekali ini aja dan turutin keinginannya yang sempat lo tolak mentah-mentah" Sahut Dara sembari memegang kedua tangan Cia.

"Awhh.. " Cia meringis kesakitan saat Dara menyentuh punggung tangannya yang ternyata terdapat luka lecet.

"Eh maaf-maaf, kok tangan lo bisa gini sakit pasti ya? Udah obatin belom? " Ucap Dara khawatir melihat luka yang ada di tangan Cia.

"Pasti karna ulah Gara kan? tuh anak emang kas-" Oceh Dara.

"Bukan salah dia, ini karena kecerobohan gue lagian udah gue obatin kok" Sarkas Cia menarik kembali tangannya.

"Kalo gitu ke kantin yuk, laper gue" Ucap Dara sembari mengelus perutnya.

"Lo aja, gue nggak"

"Jangan gitu dong masa karena itu lo sampe nggak makan kan nggak asik, coba kalo lo ntar berantem lagi sama Gara gimana ntar lo lemes nggak ada pemasukan di perut lo"

Saat Dara sedang mengoceh, Cia sedari tadi memegangi perutnya yang tiba-tiba sakit. Tak lama sakit tersebut begitu luar biasa sakitnya yang biasanya ia bisa menahannya kali ini ia tidak bisa menahan rasa sakitnya. Sesekali ia menahannya malah semakin sakit membuatnya meringis kesakitan dengan wajah yang mulai memucat.

"Awhhh... Sakit banget awhh Dar tolongin gue sakit akhh"

"Loh loh tangan lo masih sakit? Gimana nih"

"Akhh p-perut gue tololl akhh" Bentak Cia.

"Gue harus gimana nih, ke UKS yuk "

Saat Dara hendak membantu Cia berdiri tiba-tiba tubuh Cia limbung dan jatuh. Dara semakin khawatir dan ia segera pergi untuk mencari bantuan karena kelasnya yang sepi membuatnya harus keluar kelas menuju ruang uks. 

CIGARA (End)Onde histórias criam vida. Descubra agora