30. Tragedi 🔪

654 25 2
                                    

Vote☆

"Jangan macem-macem pas di acara nanti. Kamu tau apa yang harus kamu tanggung kalau melanggar, baby."

"Iya." jawab Vanya malas karena diberitau hal itu-itu saja sejak tadi. Entah sudah berapa kali Vedri memperingati dirinya akan hal itu. Vanya tidak sebodoh itu dan Vanya juga tak akan kabur atau mengacaukan hari pernikahan Abang satu satunya itu. Dia tidak sebodoh itu.

Mereka berdua berjalan memasuki ruangan pemberkatan dengan saling bergandengan. Acara pun dimulai. Di pintu masuk sudah ada Livia yang mulai berjalan dengan anggun. Tak lupa dengan senyuman yang selalu menghiasi wajahnya. Di depan sana Alex tampak terkagum-kagum dengan penampilan Livia saat ini.

Mereka berdua sudah berdiri di altar dan saling mengucap janji dan memakaikan cincin pengikat hubungan mereka satu sama lain. Vanya bahagia melihatnya. Dia tidak menyangka jika laki-laki yang suka menggangu dirinya itu sudah menikah bahkan akan menjadi seorang Ayah. Ia pasti akan memiliki tanggung jawab yang besar kepada keluarga kecilnya itu.

"Kenapa mereka tidak ciuman?"

Vanya melototkan matanya setelah mendengar pertanyaan ambigu Vedri. Masalahnya dia mengatakan hal itu seperti tidak ada beban, padahal banyak orang di sekitar dirinya. Yang pasti mendengar ucapan mesum itu.

"Kamu apa-apaan sih? Ngomong kayak gitu lagi. Lagian gak semua harus ada adegan gituannya." ucap Vanya memberitau.

"Emang salah?"

"Terserah." Vanya cape meladeni Vedri yang menanyakan hal hal seperti itu di tempat umum seperti ini.

"Kalo kita nikah nanti, aku bakalan tetap lakuin itu." bisik Vedri tepat di telinga Vanya.

Vanya kaget sekaligus bingung. Menciptakan kerutan di dahinya akibat alis yang tertaut.

"Aku gamau. Malu!"

"Emang aku perlu izin dari kamu?"

Perkataan Vedri membuat Vanya diam seribu bahasa, dia tidak tau ingin menjawab apa lagi.

"Itu bukti kalo kamu cuman milik aku. Semua yang ada di diri kamu cuman milik aku. Tidak ada satu pun orang di dunia ini yang bisa milikin kamu selain aku. Kamu harus tanam hal itu di diri kamu dan belajar bagaimana menjadi milik Vedri Caesar Nagaze yang penurut dan tidak membantah."

Vanya tersentuh oleh kata-kata Vedri yang diawal dan membuat senyuman lebar terbit di wajahnya namun luntur ketika kalimat terakhir diserap maknanya oleh otaknya. Vanya seketika langsung badmood. 'terserah lo aja dah' batin Vanya.

"Nanti malam—"

'Dor..'

Vedri langsung memeluk tubuh Vanya dan menundukkan kepala mereka.

"Ved?" ucap Vanya sambil memegang erat ujung kemeja Vedri.

"Tenang sayang. Selama ada aku dan kamu disamping aku. Kamu bakalan aman."

Vedri mencari ke arah dimana suara itu berasal. Dan Vedri menemukannya. Seringaian muncul di wajahnya, membuat siapa saja segan menatapnya.

"Gimana Ved? Kita pindah aja yok" ajak Vanya takut setelah melihat ekspresi Vedri yang brubah ditambah suara gaduh dimana-mana.

"Kita pulang." putus Vedri.

Vanya tersentak kaget mendengar ucapan Vedri dan langsung balik ke posisi awalnya. "Kamu tega ninggalin keluarga aku disini? Aku nggak mau pergi sebelum mereka semua selamat keluar dari tempat ini."

"Hari ini pasti akan ada pertumpahan darah. Kamu nggak lihat mereka banyak membawa orang?" unjuk Vedri ke seluruh ruangan itu.

"Tetep aja, aku gak bisa—"

Psychopath And Possessive Vedri (On Going)Where stories live. Discover now