31. Date a bad guy 🔪

593 22 0
                                    

Vote☆

Sudah terhitung seminggu sejak kejadian itu berlalu. Kekacauan yang terjadi saat pesta pernikahan Alex. Mereka sudah resmi menjadi suami istri. Dan dua hari lalu adalah hari dimana pesta pernikahan mereka dilaksanakan. Karena terhambat kejadian tak terduga waktu hari pernikahan mereka. Namun kejadian itu tidak mengubah suasana meriah dan bahagia yang tercipta saat pesta pernikahan itu berlangsung.

Sebentar lagi tahun baru, tinggal menghitung hari saja. Kamar luas yang dulunya tidak pernah dihias setiap natal tiba. Kini sudah indah dengan pencampuran warna hijau, merah dan gold. Kamar ini selalu terlihat suram dan tidak berwarna. Karena pemiliknya saja tidak pernah peduli dengan keadaan sekitarnya. Yang penting rapi dan nyaman. Hal itu sudah cukup baginya, namun tahun ini berbeda. Wanita yang dia cintai benar-benar menjadi penerang di kegelapannya. Wanita ini benar-benar memberi warna dan cahaya di kehidupannya. Ia bersumpah tidak akan pernah melepaskan wanitanya.

"Vedri?"

"Yes baby?"

"Liat deh. Dinding ini nggak ada hiasannya."

"Pasang yang tadi aja."

"Udah kepasang semua. Kamu nggak lihat sekeliling kamu? Aku pikir kamu liatin aku karena merhatiin yang aku bikin. Kamu melamun ya daritadi?!" tebak Vanya.

"No. Aku memperhatikanmu sedari tadi. Bahkan kamu sangat lucu saat berusaha memasangkan pita merah itu di atas." Vedri memeluk Vanya dari belakang dan meletakkan kepalanya di bahu Vanya.

Vanya merasa kesal dan berbalik menatap Vedri. "Jadi tadi kamu cuman liatin doang? Nggak ada niatan bantu gitu? Dasar!" Vanya menyentil dahi Vedri. Tidak kuat namun bisa membuat kepala Vedri mendongak ke belakang.

Vedri meringis pura pura kesakitan. "Mampus. Rasain tuh. Udah tau cewenya kesusahan. Bukannya dibantuin malah nontonin doang." Vanya membuang wajahnya dan pergi meninggalkan Vedri.

"Ah.. kayaknya gue beneran gila sekarang." Vedri memegang dadanya yang berdetak lebih cepat dari biasanya.

Vedri pergi menyusul Vanya. Berniat membujuk gadis itu.

"Van?" panggilnya namun tak kunjung mendapat jawaban.

"Sayang."

"Vanya." lagi namun Vedri tidak mendapat jawaban.

"Kenapa Tuan?"

"Gue nggak manggil lo." sinis Vedri. Pelayan itu pergi namun terhenti saat Vedri memanggilnya kembali.

"Liat cewe gue nggak?"

"Non Vanya sedang di dapur Tuan." jawab pelayan tersebut.

Vedri langsung melangkahkan kakinya menuju dapur. Dan benar saja, wanita itu sedang nyemil. Vanya hanya melirik Vedri sekilas lalu lanjut memakan makanannya.

"Kamu masih marah hmm?" tanya Vedri sembari memeluk Vanya dari belakang. Sepertinya hobi baru Vedri memeluk Vanya dari belakang dan mengendus-ngendus lehernya seperti anak anjing.

"Lepasin. Geli tau!" Vanya memberontak untuk lepas dari pelukan Vedri namun tidak berhasil juga.

"Maafin dulu baru aku lepasin!"

"Nggak!"

"Yaudah. Gini aja sampe besok." Vedri kembali mengeratkan pelukannya dan tidak membiarkan Vanya pergi.

"Ihh.. lepasin Ved. Aku sesek nafas." ngeluh Vanya.

"Maafin aku dulu kalo nggak... nggak bakal aku lepasin."

"Kamu ngancem aku?"

"Gatau." jawab Vedri santai.

"Oke. Aku maafin. Asalkan kamu ajak aku jalan-jalan!" putus Vanya.

Psychopath And Possessive Vedri (On Going)On viuen les histories. Descobreix ara