14. Punishment (part 2)🔪

3K 132 6
                                    

Vote☆
Tetep jangan lupa kewajiban buat voment guys
Happy reading🍒

Kini tangis Vanya sudah mereda. Gadis itu sedang duduk di ranjang-apartemen Vedri. Gadis itu tidak tau mau apa sekarang. Dia disuruh Vedri untuk menunggu dirinya selesai mandi.

'Ceklek'

Pintu kamar mandi terbuka lebar mengeluarkan aroma yang paling disukai Vanya dari Vedri.

"Anda mandi juga sana" suruh Vedri sambil berjalan ke dapur.

Vanya mendongakkan kepalanya dan melihat gerak gerik Vedri yang sedang mengasah pisau dan sesekali meminum cola yang diambilnya.

"Ved?" panggil Vanya namun Vedri tak menjawabnya.

"Itu? I-itu buat apa?"

"Mandilah"

Satu kalimat yang keluar dari mulut Vedri membuatnya diam membisu.

"Tapi gue nggak ada bawa baju" gumam Vanya yang masih dapat di dengar oleh Vedri.

"Di lemari ambil baju saya"

'Dia bisa tau pikiran gue? Apa Vedri nyembunyiin kelebihannya dari gue?' batin Vanya bertanya.

Tanpa pikir panjang dia segera mengambil salah satu hoodie Vedri dan masuk ke dalam kamar mandi.

Baru saja dia ingin berendam namun suara gaduh dari luar membuat rasa penasarannya membuncah.

'kok ribut banget di luar? Mendingan gue cepet cepet mandinya'

Selesai membersihkan lukanya. Vanya mandi dengan cepat karena penasaran dengan yang terjadi di luar. Dia menahan perih akibat lukanya yang terkena air.

Selesai mandi dia mengobati lukanya dan berjalan keluar.

Hal pertama yang dia lihat adalah Vedri yang duduk sambil menatap dirinya dari atas sampai bawah.

'Dia kenapa? Aneh banget deh. Ralat! Vedri emang aneh dari awal bukan cuman sekarang' batinnya sambil menggelengkan kepalanya.

Vanya berjalan ke arah Vedri namun terhenti saat melihat orang itu disana.

Mata Vanya berkaca kaca dan menutup mulutnya tak percaya.

"R-re-refan?!" kejutnya.

Beralih menatap Vedri yang sekarang bermain dengan pisau yang di asanya tadi.

"V-ved? Ka-kamu apain dia?"

Vedri tersenyum miring. "Emangnya kenapa? Anda masih cinta sama lelaki brengsek ini? Sampai anda memberikan tubuh itu padanya?" remeh Vedri.

"APA APAAN SIH KAMU? DARI TADI KAMU NUDUH AKU YANG ENGGAK ENGGAK! AKU JELASIN JUGA KAMU-"

"Haruskah saya percaya dengan penjelasan seorang pengkhianat?" raut wajah Vedri berubah menjadi datar dan dingin padanya.

"A-aku nggak hianatin kamu Vedri. Tolong percaya sama aku. Aku harus lakuin apa supaya kamu percaya kalau aku ini jujur" tangis Vanya kembali lagi.

"Saya menunggu itu"

"H-hah?! Maksud kamu menunggu? Menunggu apa?!"

"Anda mau saya percaya?"

Vanya mengangguk. "Bunuh pria ini dan ukir namanya disana" ucap Vedri dengan senyuman manis di wajahnya.

Psychopath And Possessive Vedri (On Going)Where stories live. Discover now