20. Keromantisan Vedri🔪

1.5K 95 17
                                    

_Lelah dengan takdir yang sepertinya mempermainkan diriku. Apakah harus aku menuruti semua perintahnya?_

🐣

Menunggu adalah hal yang sangat dibenci oleh Vedri. Dia sungguh kesal dengan dokter yang menangani Vanya sekarang.

"Nggak usah sentuh sentuh dong!" bentak Vedri menepis tangan dokter tersebut kasar.

"Tapi-"

"Gue aja yang buat sendiri! Lo semua nggak ada guna!" Vedri mengambil alih benda medis tersebut.

Yang benar saja, peluru yang terletak di paha Vanya harus segera diambil tetapi sedari tadi Vedri sungguh bawel. Dia mengoceh, membentak bahkan tak segan-segan dia meninju dokter pertama yang menangani Vanya.

Para perawat yang ikut andil di dalam ruangan tersebut perlahan menjauh dari bankar pasien.

"Lo semua nggak ada guna di rumah sakit ini. Ngambil peluru satu aja nggak becus!"

'Ting'

Suara peluru yang diambil tadi bersatu dengan tempat yang terbuat dari aluminium. Dengan telaten Vedri menjahit, mengobati bahkan membalut luka itu. Seluruh luka yang dia ciptakan diobatinya dengan penuh rasa.

"Kok pacar saya belum bangun?"

"T..tadi kan dikasih obat bius Tuan"

"Oh iya lupa" jawabnya singkat.

Vedri membersihkan darah yang mulai mengering di kaki Vanya.

"Pasien satu lagi kabarnya gimana?" tanya Vedri pada dokter tersebut.

"S..sedang ditangani sama dokter lain Tuan"

"Jangan biarin mati dulu dia. Gue belum puas liat darahnya dan dia.. sama sekali nggak.."

Vedri melihat semua orang yang ada di ruangan itu satu persatu. Merasakan aura mengintimidasi dari Vedri. Dokter dan perawat menundukkan kepalanya. Seperti di kutub utara rasanya, tangan dan kaki mereka dingin hampir seperti orang mati.

"Ngapain masih di dalam?! KELUAR SEMUA!" ucal Vedri lantang.

"T..tapi-"

"Lo nggak denger apa kata gue hah?! Mau gue pecat lo dari sini?!" Vedri marah. Dia tak suka jika orang tak mematuhi perintahnya apalagi mereka cuman orang asing yang membutuhkan uang dan bekerja di rumah sakit milik keluarganya.

"Pasien harus dibawa ke ruangannya Tuan" ucap dokter itu cepat.

"Yaudah bawa. Lama banget kerjanya!" Vedri berjalan meninggalkan ruangan tersebut. Dia ingin mencuci tangannya di luar padahal di dalam saja bisa. Tapi dia juga ingin melihat keadaan saudaranya itu.

"Yang dokter disini tuh, kamu apa dia sih?!" ucap salah satu perawat kepada dokter itu.

"Jahitan sama perbannya juga rapi bener"

"Mulutnya kayak emak-emak yang adu mulut sama tetangga. Marah marah mulu kerjanya"

Bisik-bisik tentang Vedri tadi membuat ruangan operasi seperti pasar dalam sekejap.

Psychopath And Possessive Vedri (On Going)Where stories live. Discover now