32. Ryan and Devano🔪

535 27 1
                                    

Vote☆

Happy Reading🍒

"Kamu mandi duluan. Aku mandi di bawah." ucap Vedri seraya mengambil handuk dan pakaiannya.

Vanya berdehem sebagai tanda setuju akan pernyataan Vedri.

Di dalam hatinya, sebenarnya Vanya merasa 'kencan' tiba-tiba itu sangat sebentar. Dia ingin menghabiskan waktu di luaran sana lebih lama lagi. Namun dia tak berdaya kalau harus menentang keputusan Vedri.

"Coba aja kalau itu dia pasti bakalan nurutin semua kemauan gue." gumam Vanya seraya memasuki kamar mandi.

Rasanya sudah lama dia tidak mendengar kabar 'orang' itu. Kepergiannya yang tiba-tiba membuat Vanya bingung dan bertanya-tanya. Kenapa dia tidak memberitau dirinya akan kepergian-nya.

Setidaknya dia pamit dengan Vanya untuk yang terakhir kalinya. Namun yang dia tinggalkan hanyalah kenangan yang sangat banyak. Bahkan selembar surat pun tidak dia dapat. Vanya berharap orang itu kembali secepatnya.

Dia benar-benar rindu akan kehangatan yang diberikannya. Namun harapan hanyalah harapan. Itu belum tentu terjadi.

Karena saat ini ada lelaki kejam yang berada disisinya. Vanya tersenyum miris akan kehidupannya. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya seraya berusaha untuk tidak lagi berharap kepada seseorang yang akan membuat dirinya merasa menyedihkan.

Vanya mendengar suara ricuh di bawah sana. 'Siapa yang datang? Apa temen-temennya Vedri?' batin Vanya bertanya-tanya.

Vanya semakin dilanda rasa ingin tau. Karena suara-suara itu semakin jelas dan ribut di bawah sana. Vanya meletakkan handuk yang membelit rambutnya tadi. Kemudian ia menyisir rambutnya lalu keluar dari kamar menuju ruang tengah. Melihat siapa yang membuat keributan di bawah sana.

Sesampainya disana Vanya terkejut dengan orang-orang yang datang ke rumah Vedri.

"Ryan sama Devano?" gumam Vanya bingung. Ia semakin cepat melangkahkan kakinya mendekat ke perkumpulan mereka.

"Vedri." panggil Vanya pelan lalu berdiri disamping lelaki itu.

"Long time no see. You look always pretty Diva." puji lelaki yang bernama Ryan. Kenapa Diva? Karena kalo di Bhs.Indonesia itu Deva tapi kalo di Bhs.English nya itu dibaca Diva. Dari kata Devanya.

"Thankyou." jawab Vanya dengan senyuman.

"U know me." ucap lelaki yang bernama Devano saat membalas tatapan mata Vanya.

Vanya terkekeh pelan lalu mengangguk-nganggukkan kepalanya mengerti. Pria yang bernama Devano itu anti kontak fisik lawan jenis. Tapi bukan berarti dia gay, ya walaupun selama hidupnya dia tidak pernah berpacaran apalagi memiliki teman yang berjenis kelamin perempuan.

"But this is really surprise. Kenapa nggak ngabarin kalo mau datang?" tanya Vanya heran.

Ryan melirik Vedri singkat dengan muka malasnya seraya berkata "Actually, i was lazy to come here but that cold guy forced us."

Vanya terkekeh pelan mendengar penuturan Ryan. Inilah kenyataannya tidak ada seorang pun yang berani menentang keputusan Vedri. Bahkan empat orang di depannya saat ini.

"Lo nggak bisa bahasa Indonesia? Mau gue ajarin bahasa Jawa lu?" tanya Biru kesal. Dia sebenarnya paham sedikit tapi 97% nya dia tidak paham.

"Lu salah. Nanya bisa bahasa Indonesia malah ngajarin bahasa Jawa." ledek Atlas.

"Yang bener tuh. Lu bisa nggak bahasa Indonesia? Atau mau gue ajarin bahasa Batak?" lanjut Atlas mengajari Biru.

Mendengar itu Biru memukul pelan kepala Atlas kemudian tertawa pelan. "Lo udah bisa ngelawak juga ya ternyata." ucap Biru diselingi tawa.

Psychopath And Possessive Vedri (On Going)Where stories live. Discover now