35. Menemui Io🔪

333 21 5
                                    

Vote✯

Happy Reading🤎

***

Vanya termenung sejenak ketika hendak mengirim pesan kepada nomor yang diberikan pria yang menyusup ke kamarnya waktu itu. Alfredo De Valerio. Rasa yakin yang awalnya menggebu-gebu kini memudar begitu saja, tergantikan oleh rasa takut yang mulai menyelimuti hatinya.

Pergi begitu saja dari mansion ini memang kesalahan besar apalagi tujuan Vanya pergi ingin menemui Alfredo. Vanya meremas handphone yang berada di genggamannya. Degup jantungnya tiba-tiba berdetak lebih cepat. Bayangan kemarahan Vedri dan penyiksaannya muncul di pikiran Vanya.

Namun Vanya harus tetap menemui Alfredo hari ini juga. Karena Vanya sangat mengkhawatirkan keadaan keluarganya. Vanya tidak ingin keluarganya terluka karena keegoisan dirinya.

Akhirnya Vanya membulatkan hatinya agar pergi menemui Alfredo di tempat yang pria itu tentukan. Dengan tergesah-gesah, takut Vedri tiba lebih dulu di mansion ini. Vanya mempercepat jalannya menuruni anak tangga satu persatu.

"Nona, mau kemana?" tanya seorang pelayan ketika melihat Vanya berjalan terburu-buru melewatinya.

Vanya menoleh ke belakang. "A-aku mau pergi keluar sebentar, Bi."

"Apa Tuan sudah memberi izin, Non?" tanya pelayan itu lagi.

"Su-sudah kok. Saya permisi." Vanya memilih lebih baik langsung mengakhiri percakapan mereka dibanding harus menjawab segala pertanyaan yang nantinya membuat rencana Vanya hancur.

Mobil yang biasanya Vanya gunakan untuk pergi sudah terparkir di depan halaman. Usai masuk, mobil itu melaju meninggalkan pekarangan mansion megah itu.

Selama perjalanan rasa gelisah di hatinya tak kunjung hilang. Pergi tanpa pamitan dengan Vedri adalah kesalahan besar, Vanya sangat tau hal itu. Namun tidak ada cara lain lagi selain pergi diam-diam menemui Alfredo.

Langkah kakinya menyusuri tempat itu perlahan. Mencari seorang yang membuat hatinya gelisah tak kunjung berhenti. Matanya mengunci seorang yang duduk di pojokan cafe itu.

Vanya meneguhkan hatinya, membuat yakin jika pilihan yang diambilnya ini adalah pilihan yang terbaik.

Vanya menarik kursi perlahan membuat individu di depannya menoleh ke arahnya.

"Lama nggak jumpa, Aira."

Suara itu mampu mengejutkan batin Vanya, lagi.  Dia masih tidak menyangka jika pria di hadapannya ini bisa kembali dia temui.

"A-aku—"

Ucapan Vanya terhenti ketika Aldredo menarik tangan Vanya begitu saja, membawa Vanya ke ruangan lain.

"Aku sudah memesan ruangan VVIP disini. Kurasa lebih nyaman jika kita mengobrol di tempat yang lebih tertutup." ucap Alfredo yang masih berjalan tanpa menoleh ke arah Vanya sedikit pun.

Vanya menyentakkan tangannya dari genggaman Alfredo. Ia tidak ingin dibawa lebih jauh lagi. Vanya takut.

"Tapi.. aku lebih nyaman disini."

"Really?" tanya Alfredo tak yakin.

Vanya mengangguk sebagai jawaban. Akhirnya mereka kembali ke tempat awal mereka bertemu.

"Ask all you want. I will answer all your questions." ucap Alfredo ketika melihat raut gelisah di wajah Vanya. Sepertinya gadis itu takut berada di dekatnya.

Psychopath And Possessive Vedri (On Going)Where stories live. Discover now