24. Mati?🔪

1.3K 65 11
                                    

_Ternyata begini rasanya rindu, rindu dipeluk sama kamu lagi. Jangan pergi secepat ini bodoh!_

🐣

B

aca dengan lapang dada:)
Komen buat saran di chapter selanjutnya
Happy Reading♡

"VEDRII!"

Vanya berlari ke arah mobil. Ada warga sekitar yang menahan dirinya agar tidak mendekat karena takut mobilnya meledak.

"Lepasin gue! hiks.. VEDRII!" Vanya teriak memanggil-manggil nama itu.

Vanya memberontak dan akhirnya terlepas lalu berusaha membuka pintu mobil.

"Ved! Bangun Vedri! Jangan tinggalin Vanya! Vedri!" Vanya berusaha membuka pintu itu.

"TOLONGIN! TELFON AMBULANCE CEPAT!" Vanya melihat kalau Vedri membuka matanya tadi.

"TOLONG BUKAIN PINTUNYA!"

Kemudian beberapa warga mendekat dan membantu membuka pintu mobil.

'brak..'

Pintu terbuka. "Pak, tolong tahan disitu ya biar nanti kepalanya nggak kebentur lagi."

"Ved.. Bangun.. Jangan tinggalin aku.. hiks.."

Vedri di angkat dan diletakkan di tepi jalan. Vanya menepuk-nepuk pipi Vedri agar sadar.

"VEDRI! BANGUN BEGO! KENAPA NUTUP MATA LAGI! JANGAN TINGGALIN GUE. INI SALAH AKU hiks.. KARENA NGGAK NUNGGUIN KAMU TADI hiks.."

"Pak! Ambulansnya mana?!"

"Kayaknya sebentar lagi nyampe mbak"

Mata itu terbuka sedikit lagi. "Ved? Vedri? Mana yang sakit? Eh emm k..kamu mau apa? Eh k..kamu pusing? hiks.. Maafin aku..." Vanya merasa bodoh karen menanyakan pertanyaan yang gajelas seperti itu.

"Da... ra...h"

"Hm? Da..darah? Iya kamu berdarah hiks.. "

Vanya merasa kalau Vedri ingin mengatakan sesuatu kepadanya namun Vedri sepertinya tidak sanggup mengatakannya.

Wangi ini, wangi kesukaan Vedri. 'candu bagiku'  Vedri tak akan pernah melupakan wangi ini. Jika pun dia mati nanti. Ini adalah wangi parfum yang dia belikan waktu itu buat Vanya. Barang pertama, hadiah pertamanya kepada sang kekasih.

'Kamu pake parfum pemberian aku. Padahal kamu bilang waktu itu 'Nggak mau pake. Ini itu hadiah dari kamu, barang spesial. Nanti habis, biar pun bisa dibeli kembali tapi momen kali ini nggak bakal bisa dibeli'  Kamu tersenyum saat mengatakan kalimat itu sama aku. Makasih karena udah jadi orang yang membuat aku deg-degan jika berada disampingmu. Maaf karena aku harus duluan meninggalkanmu' batin Vedri.

Dia tidak tau apakah dia bakal hidup atau mati nantinya. Jika dia boleh memilih maka dia ingin hidup. Tapi mana mungkin Tuhan mau mengabulkannya. Pendosa seperti dirinya yang sudah menghilangkan banyak nyawa demi kesenangan semata apakah bisa permintaannya diwujudkan?

Vanya menggenggam tangan itu erat. Tangan yang mulai dingin itu.

"Ved, kumohon jangan tinggalin Vanya. Vanya nggak bisa nerima ini. Kamu berjuang Sayang" ucap Vanya yang masih didengar samar oleh Vedri.

Psychopath And Possessive Vedri (On Going)Where stories live. Discover now