1.PROLOG

7.6K 430 1
                                    

Lembaran-lembaran kalimat mengabadikan kisa keagungan seorang gadis mulia yang memiliki kesabaran seluas samudra.

Gadis berjuluk gelar seorang ning dengan ikatan jenama purna Meira Giora Alfaqih, nama yang cantik nan anggun sebagaimana perilakunya.

Gadis yang taat dalam pengabdian besarnya terhadap suaminya, rasa cintanya begitu besar terlewati meski ia sendiri tak dicintai, mungkinkah harapan besarnya ia dapat dicintai hingga tiba di masanya.

Bertalu-talu cobaan ia hadapi dengan penuh kesabaran, hanya doa dan usaha yang didambakan pada Tuhannya. Hanya Tuhan satu-satunya tempat yang bisa ia dijadikan harapan dalam hidupnya.

Tak cukup itu, di sisi lain ia juga memiliki keterbatasan fisik dalam tubuhnya alias tunanetra.

Dunianya begitu keras dengan menyertai banyak derita untuknya. Selain memiliki keterbatasan fisik, ia pun juga merasakan betapa hancurnya hidup tanpa peran kedua orang tua, lazimkah jika seringkali ia merasa berkecil hati? Bohong yang di katakannya jika ia tidak merasa iri dengan kehidupan lainnya.

Mengingat sembilan belas tahun lalu,  terjadinya tragedi kecelekaan lalu lintas yang menyebabkan kefatalan dalam keluarga kecil Meira, itupun yang di nyatakan selamat hanyalah Meira sendiri sedangkan kedua orang tua Meira sudah di nyatakan tewas usai terjadinya tragedi kecelakaan tersebut.

Padahal usia Meira pada saat itu baru memasuki usia  satu tahun, yang pasti posisinya  masih dalam masa pertumbuhan dalam asuhan penuh dari kedua orang tuanya. Namun apa boleh buat, jika takdir sudah berkata lain.

Saat-saat ini, sering kalinya wanita ini mendapati hinaan cacian dari orang lain karena kekurangannya, bahkan tak jauh dari siapa orangnya itu, terkadang orang terdekatnya pun bisa berani mencemari hal tersebut.

Dalam masa yang sekarang, wanita berkekurangan itu hidup bersama om dan juga tantenya, keduaanya adalah seorang ustad dan ustdzah yang menggantikan pimpinan pondok pesantren milik almarhum kedua orang tua Meira.

Wanita ini hidup tak dapat sampai merasakan duduk di bangku sekolah, tapi setidaknya dengan wanita ini bisa merasakan duduk di bangku pesantren. Yaitu tempat dimana ia tinggal, bersama om, dan juga tantenya. Setidaknya ia masih bisa merasakan bimbingan walau tidak dengan bimbingan dari sekolah.

Meira memang wanita yang berketerbatasan fisik, tapi di sisi lain ia juga memiliki kelebihan yang tiada tara. Ia gadis yang sangat-sangatlah pandai, selain dirinya yang di kenal sebagai penghafal alquran, ia pun juga memiliki kelebihan lain, dalam bidang keagamaan.

"Ning, mau kemana?"

"Ning."

"Ning."

"Jalan-jalan sore ning."

"Ning."

Sapaan ramai para santri-santri untuk Meira yang tengah berjalan-jalan santai mengelilingi komplek pesantren santri putri bersama kedua sepupunya yang bernama Dira dan juga Sasya, di bersertai kedua mbak asisten ndalemnya yang bernamsa Risa dan Una. Meira pun hanya membalasa sapaan ramai dari para santrinya itu dengan jawaban-jawaban ramahnya kembali.

Wanita secantik ini, dengan memiliki paras wajah tak begitu bulat dan juga tak begitu lonjong, dengan bentuk wajah yang simetris, dan memiliki warna kulit putih segar, merah pipi natural dan alami tanpa makeup, namun sayangnya ia memiliki kekurangan pada fisik penglihatannya.

Ntah bagaimana nanti jika sudah saatnya ia akan di nikahkan, apakah ada laki-laki yang akan mau menikah dengannya, sedangkan ia adalah seorang wanita yang berketerbatasan fisik, dan juga memiliki kebutuhan khusus untuk kesehatannya.

Namun apa yang harus kita ragukan lagi, sedangkan segala hidup hanya menganut takdir atas kehendak Tuhan. Sebagai ciptaan tidak akan tau atas hal  apa yang akan kita rasakan nantinya.

Jangan lupa mampir ke istagram @cici_ai_ai

Gadis Buta Yang Mampu Menaklukan Dia (SELEAI)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora