31. JAGOAN KECILNYA PAPAH DIRGA

123 11 0
                                    

Jam menunjukkan pukul 20.24, terlihat di ruang tv Zoya dan ibu mertuanya sedang mengobrol ria. Entah hal apa yang sedang mereka bicarakan sampai tawaannya terdengar di kolam renang, berbeda dengan Zoya dan Reina. Revalzen dan dirga_ayahnya sedang duduk terdiam di kursi tepi kolam renang.

Udara yang dingin menambahkan kegrogian revalzen, cowo itu menatap ayahnya takut-takut. Entahlah padahal dulu sifatnya tidak seperti ini, mengapa ia menjadi terlihat takut kepada orang yang lebih tua sekarang?.

"Boleh ya pah?, Please."

Terdengar helaan nafas dari lelaki paruh baya di sampingnya. Ia takut jika Dirga tidak mengizinkannya. Walupun Dirga galak, lelaki parauh baya itu juga menyayangi anak satu-satunya ini. Ia takut kehilangan revalzen seperti ia kehilangan revalzo dulu.

"Zen. Kamu masih sekolah, papah takut kamu sakit kalo kecapean." Balas digra, revalzen menatap Dirga lekat.

"Ngga bakal pah. Valzen kuat kok, boleh ya?. Valzen pengin belajar mandiri biar bisa ngehidupin keluarga kecil revalzen kedepannya. Valzen malu pah, masa udah punya istri masih minta uang ke papah." Jelas Valzen

Dirga tersenyum tipis, ia sedikit senang mendengar ucapan anaknya, ternyata revalzen memang sudah besar. Ia bukan lagi jagoan kecil Dirga. Ia sudah bisa berfikir layaknya orang dewasa. Bahkan sekarng nada berbicara pada orang yang lebih tua darinya juga sudah terdengar sopan, tidak seperti dulu.

Jadi revalzen meminta ayahnya memberikan salah satu cabang usaha Dirga, niat cowo itu memang baik. Tapi Dirga masih takut jika jagoan kecilnya ini akan kecapean dan sakit. Walupn sekarang anak itu sudah berumah tangga, Dirga tetap menganggapnya jagoan kecilnya dan ia juga tidak melupakan kembaran revalzen yang juga jagoan kecilnya.

"Papah tahu maksud kamu baik, Zen. Tapi menjadi seorang pengusaha itu ngga gampang, apa lagi orang kaya kamu" Dirga berdehem, ingin sekali tertawa melihat wajah anaknya yang terlihat kesal karna kata-kata akhirnya "menjadi pengusaha itu harus memiliki sifat sabar, ngga gampang kegabah, terus otaknya juga harus bisa berfikir jauh dan profesional, kalo kamu lagi banyak masalah kamu ngga boleh melibatkan masalah itu ke pekerjaan kamu. Kamu bisa emang?" Lanjut Dirga, revalzen nampak meneguk ludahnya. Ia harus belajar seperti ayahnya agar bisa menghidupi keluarga kecilnya.

"Demi istri dan calon anak Valzen. Valzen bisa, papah harus ajarin. Valzen bakalan berubah pah, papah mau kan ajarin Valzen?" Dirga tersenyum lalu mengangguk. Melihat Valzen yang bersemangat ini membuat hatinya lulu, walaupn dalam lubuk hatinya yang terdalam ia masih takut.

"Jadi ini beneran kamu siap?" Tanya Dirga, valzen mengangguk mantap.

Ia harus bisa demai calon anak-anaknya kelak. Dirga sedikit mengeryit, lelaki itu tersadar dengan ucapan awal Valzen, calon anak?, Apa menantunya sedang mengandung?

"Tunggu-tunggu tadi kamu bilang calon anak?" Pertanya dirga membuat anaknya mengangukinya "jadi maksud kamu Zoya lagi hamil?" Lanjut Dirga bertanya. Valzen menggeleng, Dirga mengeryit apa maksud anaknya jni sebenarnya? "Terus tadi kamu bilang calon anak, maksudnya gimana?" Tanya lagi Dirga

Revalzen menghela nafas berat, cowo itu terlihat menutupi raut kesal di wajahnya "tadinya mau bikin, eh mamah dari anaknya papah aku ngeganggu, ya udah gagal deh" ujar Valzen membalas, ia sedikit kecanduan dengan kata-kata DEBM_ ia termasuk lelaki tersabar yang suka menonton konten-konten DEBM.

Dirga tertawa, ia tidak bodah dengan kalimat anaknya yang tadi sempat membuat ia sedikit pusing.

"Kamu bisa aja"

~~~

~~~

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.
REVALZEN AERLANGGA Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin