33. MENGHAPUS LUKA

78 11 0
                                    

Sore ini tepat pukul 03:34 rintikan gerimis turun membasahi seluruh kota, revalzen cowo yang sedang tertidur pulas di ranjangnya terbangun kala mendengar suara istrinya yang memanggil nama cowo itu.

"Zen–Zen!. Sini deh"

Terlihat cewe itu sedang berada di depan kaca balkon, Zoya  menyuruh agar revalzen menghampirinya.

Sedangkan cowo yang berada di atas ranjang itu menggeleng, sembari memeluk bantal guling.

Ia ingin menghilangkan traumanya, tapi tidak dengan melihat atau bahkan bermain hujan langsung. Terus gimana caranya ondol?

"Sini, Zen!"

Pintah Zoya lagi, cewe itu sekarang berjalan menuju suaminya yang nampak ketakutan. Wajah cowo itu pucat pasi melihat Zoya.

"Nggak!. Jangan di paksa!. Aku ngga mau!" Balas valzen

Revalzen menghempaskan tangan istrinya yang berusaha menarik tangannya, cowo itu terlihat seperti seorang anak kecil yang akan di culik oleh om-om pedofil:v

Zoya menghela nafas kasar, suaminya ini benar-benar ketakutan sekarng. Apa salahnya mencoba kan?. Daripada kaya orang gila seperti ini!.

"Katanya mau punya anak kembar 6" ucap Zoya yang langsung membuat revalzen mendongak menatap lalu mengangguk dengan senyuman tipis. "Ya udah ayo sembuhin dulu trauma kamu, aku ngga bakal nurutin kemauan kamu kalo kamu juga ngga mau keluar dari masalalu kamu" lanjut Zoya yang membuat senyum valzen pudar.

Cowo itu menghela nafas lelah, ia juga mau keluar dari masalalu kelamnya ini. Tapi, dia juga takut dengan cara-cara yang harus ia biasakan dengan berani mandi hujan. Menurut valzen itu terlalu menyakitkan jika ia langsung mengingat-ingat dan suara-suara yang sangat menusuk telinganya. Ia tidak siap.

"Zen." Panggil Zoya, valzen mendongak menatap wajah istrinya yang seperti meyakinkannya bahwa semua akan 'baik-baik saja' tapi ia benar-benar takut untuk melangkah.

"Zoya aku belum—"

"Percaya sama aku atau kamu ngga bakal sembuh dari trauma kamu ini" potong Zoya menatap suaminya serius, valzen menggigit bibir bawahnya.

Takut. Yah satu kata itu yang Valzen terus ulang-ulang di lubuk hatinya. Takut jika ingatan-ingatan itu akan kembali. selama ini, ia selalu menghindari hujan untuk menenangkan hidupnya, ia ingin hidupnya tenang tanpa bayangan-bayangan kelam itu. Ia ingin menyembuhkannya tapi kenapa cara untuk menyembuhkan itu harus dengan cara yang ia hindari?. Ia tidak mampu jika harus mendengar-mendengar kata-kata pembohong dan bayangan-bayangan menyakitkan itu. Ia benar-benar akan gila jika seperti ini.

"Ini terlalu cepat sayang, besok aja ya?" Bujuk valzen

Terdengar helaan nafas panjang dari istrinya, mungkin cewe itu juga sama lelahnya. Sangat lelah membujuk revalzen lelaki dingin yang memiliki mental lembek. Up'sss!!

"Zen.. Pliss.. ini demi hidup Lo. Buat apa?, Buat masa depan Lo. Lo ngga mau kan terus-terusan kaya gini?. Lo ngga cape?. Gw cuman pengin Lo sembuh, gw pengin Lo jadi diri Lo sendiri tanpa adanya luka di hati Lo, dan tanpa adanya ketakutan di diri Lo ini!" Ucap Zoya dengan wajah serius yang membuat suaminya menunduk. Jika di pikir-pikir ucapan Zoya memang benar.

"Takut." Cetus valzen, cowo itu menangis pelan. Dia memang sangat cengeng sekarang.

"Ada gw, gw bakalan bantu sebisa Lo. Mau yah?. Ini demi Lo Zen" valzen menatap Zoya, tangan cewe itu terulur mengusap air mata yang mengalir membasahi pipi suaminya.

"Aku kamunya mana?" Zoya tersenyum, di saat-saat seperti ini. Cowo itu masih saja mengingatnya.

"Iya, ya udah ayo sayang" valzen mengangguk.

REVALZEN AERLANGGA Where stories live. Discover now