51.RENCANA.

69 9 0
                                    

Di hari terakhir ujian ini, Alvin merasa aneh karena seluruh teman-temannya menjadi canggung dan bahkan Destin pun seperti tidak ingin berbicara lagi kepadanya.

Ujian berjalan dengan lancar seperti biasa, tidak ada yang membuat Alvin pusing saat kertas berisikan soal itu diberikan kepadanya, namun semua kelancaran tersebut ternyata tidak berlangsung lama setelah Rea meninggalkan kelas dengan izin untuk pergi ke toilet.

Kurang lebih setengah jam cewek itu meninggalkan kelas sampai membuat seisi ruangan menjadi curiga, saat sedang dalam mode serius, tiba-tiba alat pelacak yang dipasang di kerah seluruh anggota inti itu berkedip, pertanda ada yang sedang meminta pertolongan.

"Udah gue duga!" Gumam Alvin, lalu dengan sigap ia dan Richo mengambil tasnya masing-masing.

"Lo mau ikut gak?" Tanya Richo.

"Saya ikut." Azumi mengangguk dan bersiap meninggalkan kelas.

Namun baru saja mereka akan maju satu langkah, pengawas ujian sudah terlebih dahulu memberhentikan niat ketiganya.

"Pacar saya pak!"

"Kenapa pacarmu? Dia tadi izin ke toilet, gak usah berlebihan, DUDUK!"

"BACOT SETAN!" Sentakan Alvin seketika membuat kelas yang tadinya sedikit ricuh itu menjadi terdiam.

"Maaf." Richo berkata dengan lembut, namun siapa sangka cowok itu akan memukul bagian tengkuk leher pengawas tersebut hingga membuatnya pingsan.

"Lo pada mau ke mana, Vin?" Tanya seorang siswa.

"Ada urusan penting, bawa tubuh ni guru ke belakang kelas biar kalo ada orang lewat gak curiga. Dan buat lo semua, jangan sampe ada yang buka mulut atau bakal terima akibatnya,"

"S-siap!"

Setelah pembicaraan itu selesai, Alvin, Richo dan Azumi segera bergegas ke tempat yang sudah ditetapkan jika tiba-tiba ada masalah mendadak seperti di sekolah saat ini, mereka berkumpul dipohon beringin yang letaknya berada di belakang bangunan sekolah.

Tempat yang sangat strategis karena jauh dari pengawasan para pengawas ujian dan muat untuk kurang lebihnya 15 orang.

Ketika mereka tiba, seluruh anggota inti sudah terlebih dahulu berkumpul dibandingkan Alvin, mereka sudah melacak tempat keberadaan Rea dan juga sudah tahu siapa dalang dibalik semua ini.

"Tapi gimana cara dia masuk ke sekolah?" Tanya Tiara.

"Dia nyamar," jawab David singkat.

"Lo tau?"

"Gue udah tau dari agak lama, waktu itu gue badmood bukan karena belum disemangatin lo, Ca. Tapi emang ada yang ngeganjel aja dipikiran waktu gue berangkat sekolah,"

"Maksud lo?" Tanya Ica.

"Waktu gue berangkat sekolah, sekilas gue liat orang yang mirip Robi, kirain cuma mirip tapi ternyata dugaan gue bener dan sekarang malah kejadian,"

"Lo telat ngomongnya bangsat!" Sentak Reza.

"R-reza tenangkan dirimu." Eiko berusaha menenangkan, namun apalah daya, cowok itu terlebih dahulu berlari ke parkiran dan mengendarai motor dengan kecepatan yang bahkan melebihi kecepatannya saat balap.

"Gawat cok!" Alvin dan lainnya segera berlari ke arah parkiran menyusul Reza yang sudah jauh dari arah pandangan.

Berkat alat pelacak tersebut, mereka bisa menyusul rute yang telah dilalui oleh Reza meski jauh jaraknya.
Ketiga cewek Jepang itu hanya bisa pasrah saat dibonceng, mereka berpegangan dan berdoa agar tidak terjadi apa-apa ke Rea.

Alvin Anggara.Where stories live. Discover now