5.RESTU MAMA PAPA.

260 30 0
                                    

"Bos, kalo misal diem-diem Rea juga punya perasaan ke lo, gimana?" Tanya David sambil menghirup benda berasap nikotin yang ada ditangannya.

Alvin tersenyum miring. "Tergantung de'e, sakjane aku yo berharap si,"
-tergantung dia, aslinya gue juga berharap si,"

"Terus?" Sahut Destin.

"Belum waktunya, sembuhin dulu baru mulai hubungan lagi," jawab Reza selaku cowok paling cool dan bijaksana diantara teman-temannya.

"Jangan terburu-buru, Vin. Kasihan Rea kalo semisal harus menerima lo dengan keadaan lo yang masih belum bisa move on dari Calista."

"Kalian kenapa sih? Belum tentu juga Rea mau sama gue," Alvin berkata seenak jidat.

"Ngegorok leher lo halal kan, bos?" Ucap Destin mempertajam netra matanya.

"Lo udah kaya, lo punya segalanya, dan yang paling penting lo cukup sama satu cewek." David mengelus dadanya sabar, padahal cowok bertipe seperti Alvin banyak diminati beberapa perempuan di Indonesia.

"Cabut aja yok, bantuin gue bentar," ajak Alvin melangkah keluar dari lorong WC sekolah itu.

"Ngapain?" Tanya Reza.

"Ikut aja."

Ke 3 temannya hanya bisa saling tatap menatap lalu meninggalkan tempat keramat tersebut.

Sesampainya di kelas, mereka ketinggalan jam pelajaran pertama seperti biasa.

"Loh, si Rea gak berangkat?" Tanya Alvin saat melihat kursi di sampingnya itu kosong.

"Dia sakit, tadi ngasih chat lewat WhatsApp ke bu Rina." Jawab Safira, bendahara kelas yang pernah ia tampar waktu itu.

Alvin hanya menganggukkan kepalanya paham, sepanjang pelajaran cowok itu terus melamuni gadis sederhana yang bahkan tidak terlalu mencolok di mata cowok lain.

"Alvin!" Suara bu Rina menyadarkan cowok yang sedari tadi melamun di bangku belakang kelas.

"Eh iya, Rea. Kenapa?" Jawab Alvin terbawa oleh lamunannya.

Sontak se isi kelas terkejut dan melebarkan matanya.

"kayaknya ada yang lagi jatuh cinta, nih," ucap ica membuat pipi cowok itu memerah karena kata-kata yang ia lontarkan.

"Apaan sih lo, Ca!" Alvin memutar bola matanya malas.

"Ciee."

satu demi satu gulungan bola kertas terbang ke arah Alvin, membuat cowok itu sedikit kesakitan karena goresan kertas tajam yang sesekali mengenai kulitnya.

"Sudah sudah," urai bu Rina.

"Jangan lupa pajaknya ya,Vin." Lanjut guru tersebut melempar spidol ke arah Alvin.

"Lo juga jadi guru ikut-ikutan bae." Ujar Alvin menghindari spidol dari wali kelasnya itu.

••••

"Ma, pa. Kalo misal Alvin pacaran lagi boleh gak?" Tanya putra dari keluarga Anggara.

Bu Berlin, pak Dirga dan Alesha tersedak secara bersamaan, tidak percaya dengan apa yang cowok itu katakan.

"Yang serius lo, bang," bentak Alesha kasar, melebarkan kedua bola mata mungilnya.

"Kali ini gue serius, Sha."

Seketika beberapa tepukan tangan mendengung di ruang makan itu.

"Anak gue nih, bos." Ujar pak Dirga bangga.

"Kalo boleh tau dia siapa, nak?" Tanya bu Berlin penasaran.

"T-tapi, aku jelasin dulu, mah, pa!" Bentak Alvin memukul meja makan, membuat beberapa gelas dan piring mengeluarkan bunyi nyaring.

Alvin Anggara.Where stories live. Discover now