3.BALAP LIAR.

329 37 0
                                    

"Kalian ini emang gak ada habisnya bikin ulah, sekarang kalian bertiga lari keliling lapangan sepuluh kali!" Perintah pak Eko, membawa rotan yang selalu melekat pada jari-jemari tangannya.

David, Richo dan Destin hanya bisa pasrah dengan hukuman tersebut, lantaran tadi pagi mereka memanjat pohon mangga milik warga di samping sekolah, lalu berujung dengan pengeroyokan masal kepada 3 siswa laknat itu.

"Besok orang tua kalian harus datang ke sekolah tanpa terkecuali dan tanpa alasan basi dari mulut kalian!" Pekik pak Eko.

"Bro, temen lo," Reza terkekeh kecil ke Alvin yang berada di sampingnya, melihat teman-teman malangnya itu dari lantai 2.

"Temen lo aja deh. Btw lumayan juga nih mangganya," ujar Alvin, lalu menjujung tinggi buah yang ada di dalam plastik hitam di tangannya.

"David, makasih mangganya, udah gue nikmatin, kalo lari-lari kayak gitu lo nikmatin sendiri aja, jangan ngajak-ngajak,"

"Awas aja lo!" Pekik David, lantaran seharusnya Alvin dan Reza juga ikut dalam hukuman tersebut, namun mereka sangat lincah saat mencari jalan pintas ketika sedang diamuk warga.

"Buruan larinya, bapak panas ngawasin kalian," sabetan dari rotan pak Eko tepat di bokong Richo.

"Saya juga gak nyuruh bapak buat ngawasin," teriak Destin dari ujung lapangan.

"Jangan ngelawan!" Pak Eko mengancam Destin dengan rotannya.

"Kalo bapak bukan guru saya, bapak bisa dipastiin udah renang di Jahanam, pak. Lebih panas,"

"Tau nih pak Eko, ngawasin doang cape." Ujar Destin mendengus sebal.

"Ya suka-suka saya, kan saya guru anda. Kalo mau keluar sekolah saya juga gak keberatan, malah bersyukur banget gak ada lagi murid biadab kayak kalian." Umpat pak Eko panjang lebar.

"Cielah bapak ngomongnya udah kayak pejabat aja." Richo yang sedari tadi diam kini mulai mengeluarkan suara, itu pertanda bahwa mereka akan melakukan sesuatu yang tidak terduga.

"Bro?" Lanjutnya menunjukan kode lewat mata untuk segera berlari ke arah kantin dan menghindari pukulan maut dari guru tersebut.

Dengan aba-aba tepukan tangan dari Richo, cowok itu berlari mendahului David dan Destin.

"Mau kemana kalian!?" Pak Eko berusaha mengejar ke 3 murid itu, namun perut yang buncit serta badannya yang berisi membuat guru tersebut tidak kuat untuk melanjutkan pengejaran siswa buronannya.

"Bapak nanti kalo mau bakso ke kantin bu Minah aja, saya bayarin!" Teriak Destin masih berlari menjauhi guru buncit yang perlahan berhenti mengejarnya.

Setelah sampai di kantin, 3 cowok itu melepas dasi dan kancing yang terkait di baju berlogo OSIS mereka, menampakan dada bidangnya masing-masing. Serta, didukung oleh wajah yang tampan membuat siapa pun yang melihat pasti akan merasakan sensasi panas dingin.

"Buk, bakso tiga kopi dingin tiga, gak pake mie." Teriak David dari kursi kantin yang saling berjejeran.

Bu Minah selaku pedagang bakso di kantin itu membuatkan pesanannya dengan segera.

"Sialan tuh guru, gila aje kali sepuluh putaran," umpat David dengan nafas yang terengah-engah.

"Bapak lo," Richo mendorong pelan pundak David.

"Tu guru dibuntingin siapa ya, perutnya udah kayak bumil sembilan bulan anjir," David terkekeh geli sembari bersenda gurau dengan Richo.

"Destin?" Panggil Richo, menggeser-geser lengan cowok yang sedari tadi hanya diam.

"Des, are you ok?" Sahut David, membuka lipatan tangan Destin yang menutupi wajah cowok itu.

"Sialan, Destin pingsan cug!"

Alvin Anggara.Where stories live. Discover now