38.ROASTING.

103 13 0
                                    

Hari ini seluruh anggota inti tengah berkumpul di rumah Alvin, mereka tidak memperdulikan kesehatan mereka sendiri dengan alasan rindu akan kelezatan dari kue buatan bu Berlin. Meski rasanya menurut Alvin kue itu seperti terlalu manis, tapi hal tersebut tidak berpengaruh bagi teman-temannya.

"Tante... Destin kangen banget!" Ujar cowok itu kala baru memasuki ruang tamu.

"Iya-iya tante tau, pasti lagi ada maunya, kan? Bikin bolunya nanti, tante lagi sibuk banget hari ini," bu Berlin berkata datar sambil membawa tas besar di tangannya.

"Sibuk ngapain?" Tanya Richo meletakkan tongkatnya.

"Sibuk ngurusin hidup orang lain,"

"Gak lucu, ma. Ya udah pergi sono udah ditungguin Alesha di mobil." Alvin memutar bola matanya malas.

Kemudian wanita paruh baya itu segera beranjak meninggalkan mereka, menemui gadis kecil yang saat ini tengah asik bermain ponsel di dalam mobil.

"Emak lo mau ke mana sih?" Tanya Reza heran.

"Gak tau nge, gak jelas banget hidup dia. Kadang shoping, kadang healing, kadang dinner,"

"Uwihh, sugar mommy dong," kekeh David.

"Sugar mommy dari mananya? Dia kalo ke mana-mana selalu pake black card gue anjing, padahal mama sama Alesha udah kebagian black card satu-satu,"

"Udah woi lah, kasian udah tua diroasting. Btw anggota cewek pada ke mana?" Tanya Richo melepas jaket denimnya.

"Di apartemen gue, lagi pada belajar," jawab Reza sambil berjalan ke arah dapur.

Destin menghembuskan nafasnya kasar, lalu berkata. "Buseh padahal masih sebulan lagi,"

"Lo mau ngapain, Za?" Tanya Alvin saat melihat cowok itu seperti sibuk menyiapkan alat dapur.

"Lo lupa kalo gue juga bisa bikin kue? Bahan kemaren masih sisa kan, Vin?"

Mendengar pernyataan itu lantas, seluruh anggota inti yang berada di ruangan tersebut menepuk jidatnya masing-masing. "Tumben lo peka, Za," ucap David terkekeh kecil.

"Gue orangnya peka dari dulu, lo semua mau bantuin gue gak?" Tawar Reza.

"Gak ah, takut ke asinan."

Reza hanya bisa menghembuskan nafasnya kasar serta menggelengkan kepalanya. Kemudian tangan cowok itu dengan tlaten memasukan bahan-bahan yang sudah biasa ia pakai untuk membuat kue. Saat akan melelehkan mentega, ia bingung karena kompor di dapur itu tidak bisa berfungsi.

"Alvin, David, Destin, Richo... Ke sini kalian!"

"Kenapa tuh bocah,"

"Gak tau, samperin ae lah."

Mereka beranjak ke arah Reza yang kini masih sibuk mengotak atik kompor.

"Ini kenapa sih?" Tanya Alvin menyatukan alisnya.

"Kompornya rusak kayaknya, Vin. Dari tadi gue puter-puter gak bisa nyala,"

"Mana sini, coba gue liat." David menyela segerombolan remaja itu, kemudian ia membuka rak bawah di mana tenaga dari kompor itu berasal.

"Oh kalo ini mah otak lo yang rusak, Za. Gasnya habis," David berkata sambil melepas slang berwarna silver.

"Terus gimana?" Tanya Richo.

"Ya gak gimana-gimana, ganti aja,"

"Kayaknya mak gue punya cadangan gas, deh. Bentar gue ambil dulu." Alvin berlari menuju ke suatu tempat yang di segel dengan sandi kode, hanya keluarga Anggara saja yang mengerti kode tersebut.
Kemudian cowok itu menyalakan lampu dan melihat banyak sekali tupperware yang saling bertumpukan, serta beberapa benda berwarna hijau yang sepertinya ia perlukan untuk saat ini.

Alvin Anggara.Where stories live. Discover now