20. BAYANGAN.

136 14 3
                                    

"Alvin, Jangann!" Bentak Rea kala melihat Alvin yang sedang berlari menuju ke arahnya.

"Aaaa!"

Bughh

"Syukurlah, Re. Kali ini gue seneng bisa nyelametin lo,"

"Gue juga seneng, seneng bisa ngehibur lo lewat mimpi." Ujar Rea kemudian tubuhnya mulai memudar menjadi butiran cahaya.

"H-hah? Apa? Re! Jangan pergi lagi! REA!!!"

"Bang! apasih brisik banget," bentak Alesha membawa bantal guling di pelukannya.

"G-gak, yaudah lo tidur lagi aja." Perintah Alvin.

Kemudian gadis kecil itu kembali ke kamarnya, sedangkan Alvin melamuni mimpinya tadi, mimpi yang sama seperti kejadian di mana Rea akan mengalami tragedi tidak terduga waktu itu.

"Re... gue kangen." Gumamnya lalu beranjak pergi, melanjutkan rutinitasnya ke rumah sakit untuk menjenguk gadis di mimpinya tadi.

Sepanjang perjalanan cowok itu masih berkelahi dengan pikirannya sendiri. "Gue gak tau, gue ini sebenarnya kasihan apa cinta sama lo, Re!"

Sesampainya di rumah sakit, seperti biasa ia akan mengendap-endap agar Reza tidak melihatnya. Ia memantau ke sana ke mari, sepertinya Rea sedang tidak dijaga oleh kakaknya itu.
Alvin memasuki ruangan redup tersebut lalu mengusap puncak kepala Rea dengan lembut.

"Alvin! Ngapain lo disini!" Bentak Reza yang baru memasuki ruangan dengan membawa teh hangat di tangannya.

"G-gue... cuma pengin ketemu Rea, Za." Jelas Alvin.

"Sebentar aja, habis itu lo boleh pergi."

"Izinin gue buat nginep semalem doang di sini ya, Za?"

Reza membuang nafasnya kasar, lalu dengan berat hati ia mengizinkan Alvin untuk menjaga Rea pada malam itu. Mengingat bahwa sekarang ia juga akan membuat stok kue untuk Rea besok yang masih belum terselesaikan di apartemennya.

"Lo jagain Rea malam ini, gue mau pulang lagi buat bikin kue. Hibur dia. Jangan bikin adek gue ketakutan." Lanjut Reza kemudian beranjak meninggalkan ruang tersebut.

"Bang eja.... " Rintih gadis itu terbangun dari tidurnya.

"Adek abang kenapa bangun malem-makem?" Ucap Reza kembali ke samping brankar Rea.

"Tadi Rea mimpi diselametin sama orang waktu Rea mau kecelakaan, bang,"

"Ah, mungkin cuma mimpi," kekeh Reza mencoba menenangkan adiknya.

Saat netra mata Rea menatap Alvin yang berdiri di samping meja kecil, ia teringat seseorang di mimpinya.

"B-bang, d-dia orangnya!" Rea gemetar menatap tajam ke arah Alvin.

Reza yang mengetahui tentang bunga mimpi adiknya itu kemudian memeluk Rea dengan hangat. "Ini temen abang yang waktu itu keluar ruangan mendadak, adek masih inget, kan? Mungkin di mimpi adek wajahnya mirip sama dia." Tutur Reza.

"Kenalan dulu gih. Dia orang baik kok," perintah Reza kemudian menyuruh Alvin berjabatan tangan dengan Rea.

"Kenalin, Alvin Anggara." Ujar cowok itu, menggenggam tangan yang sudah lama tidak ia sentuh, masih merasakan kelembutan tangan itu, serta masih bisa merasakan kehangat saat masuk kemulutnya untuk menyuapinya.

"A-alvin?" Tanya Rea, tiba-tiba kepalanya terasa pusing seperti mengingat bayangan seseorang di dalam pikirannya.

"Sini sayang udah selesai belanjanya?" ... "Apaan sih lo, gak baik ke PDan. Tas lo tadi ketinggalan di bus" ... "Ih gak mau gue, pokoknya nanti kalo udah nikah kita sewa asisten rumah tangga aja ya. Kasihan gue ke lo"

Alvin Anggara.Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora