39.PASAR MALAM.

96 12 0
                                    

Bulan perlahan mulai menampakkan sinarnya, pertanda bahwa malam telah tiba. Seluruh anggota inti yang berada di rumah Alvin kini tengah bersiap untuk pergi ke pasar malam yang Rea idam-idamkan waktu itu.
Alvin sudah menyiapkan beberapa mobil civic simpanannya untuk keberangkatan mereka.

"Jangan minta yang aneh-aneh kalo di pasar malem, bang Eja lagi gak punya cuan." Reza berkata datar lalu memasuki mobilnya.

Rea hanya bisa mengangguk lalu menyusul saudaranya yang sudah duduk rapih bersama Alvin.

"Kalo mau apa-apa bilang ke gue aja, Re." Ujar cowok itu dari kursi depan.

"Gak, pake uang abang aja. Masih sisa dikit, jangan ngerepotin Alvin terus."

"Yaelah, Za. Kayak sama siapa aja, santai ae,"

Reza membuang nafasnya kasar lalu berkata. "Ya udah, gue serahin ke lo."

Kemudian para remaja itu segera berangkat ke pasar malam, membuat atensi para pengguna jalan mengarah ke mobil yang ditumpangi oleh mereka.
Pasalnya, semua anggota inti itu tidak ada yang satu mobil bertiga. Hanya ada satu mobil berdua. Yaitu teman Alvin beserta masing-masing sopir.

"Gila, udah kayak pejabat aja gue." Kekeh Richo membuka kaca mobil.

Ada 6 mobil civic yang cowok itu bawa, sedangkan Rea dan Reza selalu ada di sampingnya untuk menemani perjalanan.

"Perasaan jarak pasar malem sama sekolah masih jauhan sekolah, deh. Tapi kenapa gue rasanya udah kayak mau mabuk darat lagi ya," ujar David membuat sopir di sampingnya segera menyerahkan sebungkus plastik.

"Buat apa?"

"Wadah dosa lo,"

"Gue suruh Alvin buat mecat baru tau rasa lo!"

"Gue cuma nurutin perintah bos Alvin doang nge, lo kalo mau mutah ya udah keluarin aja,"

"Udah gak mood mutah gue, liat muka lo aja udah eneg," David memutar bola matanya malas, mengetahui bahwa sopir yang sedang bersamanya ternyata seumuran dengannya.

"Angkuh." Gumam sopir tersebut lalu melajukan gas mobilnya.

Setelah sampai di pasar malam, mereka menjadi sorotan karena mobil yang mereka pakai. Namun tidak lagi saat mereka telah keluar, orang-orang yang tadinya menyorot tiba-tiba meninggalkan tempat karena tidak sesuai harapan.

"Gue kira orangnya pada normal, ternyata cacat kaki semua." Ujar salah satu pejalan kaki yang masih bisa terdengar oleh Rea.

"Jangan didengerin." Halau Reza.

Rea menghembuskan nafasnya kasar, lalu setelah semua anggota inti berkumpul, mereka segera berjalan dengan hati-hati mengelilingi pasar malam yang agak ramai tersebut.

"Kita mau ngapain sekarang?" Tanya Ica melihat ke sana ke mari.

"Ca, lo sama gue aja yok." Ajak David.

"Harus sama gue," Tiara menyela, lalu melanjutkan perkataannya. "Nanti kalo gak ada gue, terus tiba-tiba kursi roda lo kepleset gimana?"

"Iya udah iya." Dengan segera, Ke 3 remaja itu meninggalkan rombongannya.

"Lo mau ke mana, Re?" Tanya Alvin.

"Mancing ikan aja deh," Rea menunjuk segerombolan anak kecil yang sibuk dengan pancing mainan di tangannya.

"Boleh, kalo lo, Za. Gimana?"

"Gue di sini aja, mau ngopi sama sebat. Kalian jangan jauh-jauh."

Alvin dan Rea mengangguki perkataan cowok itu, lalu segera berlari ke tempat yang Rea inginkan.

Alvin Anggara.Where stories live. Discover now