46. Try

5.9K 970 102
                                    

"Ini tuan."

El menerima kardus itu dengan raut dingin. Bodyguard yang lain segera membukakan pintu saat El akan berjalan memasuki villa. Hingga netra elang El melihat beberapa temannya berdiri di ruang tengah sedang menatapnya.

Mereka memang menunggu El sejak mendengar beberapa pecahan kaca dari luar.

"Lo gapapa El?" Dafa meringis ngeri saat matanya tak sengaja salah fokus pada jemari El yang sudah banjir dengan darahnya.

Dinda menatap khawatir.

"El gue minta maaf." Kali ini Yuni yang bersuara, El yang baru akan menjejakkan kakinya di tangga perlahan membalikan tubuh. Menatap mereka dengan wajah dingin.

"Gue pulang besok."

Mereka terkesiap. Melongo. Namun Dafa segera menggeleng lalu melangkah menghampiri El.

"Tonjok gue aja El, ikhlas banget gue daripada lo sama Syasha pergi."

El tak perduli. Membalikkan tubuhnya dan kembali berjalan.

Dafa segera mengekori.

"Syasha udah wanti-wanti sama elo El, dia jadi penurut banget dari pagi. Sampe-sampe gue greget sendiri liat dia berubah kalem mendadak. Padahal seringnya gue liat dia gak pernah bisa diem."

El tak menanggapi.

"Dia juga udah kesenangan mulu bisa liburan gini, masa lo gak kasian!" Dafa memegang pundaknya, yang langsung kena tepisan kasar. El berbalik dengan menatap tajam Dafa.

"Syasha cepat sakit, Lo gak tau apa-apa," desis El.

Dafa menelan salivanya susah payah.

"I-iya, tapi kan dia juga gak berhak di kurung terus, kasian.." gugup Dafa, jujur saat ini wajah El sangat menyeramkan. Dan seumur hidupnya Dafa, mungkin ini pertama kalinya dia melihat El begitu menahan emosinya hingga wajahnya memerah.

"El serius deh. Kalo gue ingat-ingat lagi. Botolnya gak penuh kok, mungkin gapapa ke minum sedikit."

Brugh!

Dafa meringis ngeri lalu membiarkan El berlalu begitu saja memasuki kamarnya sambil menutup pintu dengan keras.

***

Bulu mata lentik itu bergerak bersamaan dengan netranya yang mulai terbuka perlahan. Menampilkan wajah tak nyaman karena matahari mengusik tidurnya.

"Shhh," Syasha meringis saat kepalanya tiba-tiba terasa sakit, dia beranjak duduk, lalu memegangi kepalanya dengan keras. Seperti ada ribuan jarum yang menusuk dikepalanya, dan wajahnya sudah pucat sekarang.

Sampai ia tak sadar bahwa pintu kamar mandi terbuka, seorang gadis muncul dari sana. Menghampirinya dengan raut khawatir.

"Sya? Lo udah bangun?" Manda segera menghampiri Syasha yang masih memegangi kepalanya.

Melihat keterdiaman Syasha, Manda beralih mengambil segelas susu putih yang tersaji di nakas.

"Minum Sya, nanti minum obat."

Syasha (Sudah Terbit)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt