21. Vidio call in grup

11.6K 1.1K 93
                                    

Pintu kamar bernuansa kerajaan terbuka lebar, di lanjut suara berisik dari aksi pelemparan tas mahal gadis itu dengan asal, lalu tanpa aba-aba ia merebahkan tubuhnya di kasur. Gadis itu hanya diam, bulu mata lentiknya tak bergerak sebab dia fokus menatap satu titik di langit-langit kamarnya.

Baju seragamnya tersikap, menampilkan perut putih bersih miliknya. Namun dia tak terganggu dengan seragam yang masih melekat di tubuh, fikirannya melayang saat mengingat percakapan terakhir yang ia dengar saat abangnya Revan bertelfonan dengan abangnya El yang tengah di masa hukuman.

Syasha benar-benar kesal saat ini. Dia memang tak ingin melihat wajah abangnya tadi atau bahkan dari lima hari yang lalu. Tapi bukan berarti ia tak ingin abangnya kembali.

Dan tadi, ia sempat mendengar bahwa abangnya akan lebih lama disana. Ck! Bahkan dia sendiripun tak tahu abangnya tengah dimana.

"Syashaaaa!" seru seseorang yang tiba-tiba melemparkan tubuhnya sendiri di kasur sebelahnya.

Syasha terkejut, ia menoleh lalu menatap orang itu dengan kesal. Suara kedatangannya bahkan tidak di sadarinya, karena jika ia sadar  Syasha tak akan membolehkan orang ini memasuki kamarnya, ia hanya ingin sendiri saat ini.

"ABANG!" teriaknya, membuat orang itu meringis.

"Apa sih Syaaa, teriak mulu kerjaannya," omel Revan yang sudah membalikkan tubuhnya menjadi saling berhadapan.

"Abang ngapain masuk-masuk?!" bentak Syasha.

Revan menutup bibir adiknya greget. "Berisikk! Pantes El gak mau pulang."

Syasha sontak berteriak, dia memukul Revan beberapa kali hingga membuat sang empu meminta maaf baru Syasha memutuskan kembali menatap langit-langit kamar dan menghiraukan abangnya yang kini terus menatapnya dari samping.

Suasananya kembali hening beberapa menit. Syasha kembali melamun, dia benar-benar menghiraukan orang yang terus saja menatapnya dari samping.

"Sya."

"..."

Revan mengangkat alis. "Syasha?"

"Apa?!"

Revan berdecak, dia melingkarkan tangannya di pinggang Syasha lalu menariknya mendekat.

"Katanya mau hadiah," ujar Revan.

Syasha menghela nafas pelan, bibirnya mengerucut bersamaan dengan tangannya yang membalas pelukan abangnya.

"Abang," panggil Syasha seraya mendongak, menatap Revan dengan pandangan sendu.

"Apa?" jawab Revan.

"Syasha boleh pilih sendiri hadiahnya?" tanya Syasha dengan ragu.

Bibir Revan sontak tersenyum. "Boleh dongg! Siapa juga yang bisa nolak adik abang," ujar Revan lalu mencium singkat kening Syasha. "Mau apa?" lanjut Revan, pengertian.

"Eh, tapi abang udah kasih hadiah kamu itu, kamu gak suka?"

Syasha menggeleng. "Syasha gak mau hadiah kayak gitu ... Bosen," beritahu Syasha dengan suara pelan di akhir kalimatnya.

"Gemes bangettt," ujar Revan seraya mencium singkat pipi adiknya. "Kamu mau apa emang?" tanya Revan setelah melepaskan ciumannya.

Syasha kembali diam sejenak.

"Emang bener," Syasha berdehem sejenak sebelum akhirnya kembali bersuara. "Abang El, itu?"

Revan menahan senyum. "Itu apa?" tanyanya pura-pura tak mengerti.

Syasha meneguk ludahnya susah payah, menatap Revan. "Abang El, itu," Syasha kembali berdehem. "Pulangnya ... diundur?"

Revan ber'oh ria. Dia diam sejenak sambil menatap Syasha yang juga menunggunya menjawab.

Syasha (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang