19. Only Onigiri

12.1K 1.2K 65
                                    

Mereka sudah sampai di ruangan pemilik sekolah sejak lima menit yang lalu, Syasha berbaring di sofa, perutnya terbuka dan daddynya tengah membalurkan minyak untuk meredakan rasa sakit sementara.

"Nanti bunda kesini."

Syasha mengangguk, lalu membalikan tubuhnya hingga tubuhnya tertutup oleh sandaran sofa. Melihat itu, Azka memutuskan untuk mencuci tangannya dulu, sebelum kembali dan duduk di belakang putrinya.

"Masih sakit?" Azka mengelus kepala putrinya sangat lembut. Hingga tiba-tiba putrinya membalikan tubuh, menaruh kepalanya di paha Azka, dia menatap daddynya dari bawah dengan mata berkaca-kaca.

"Daddy ... it's so hurt," lirih Syasha, membuat Azka mengeraskan rahangnya lalu mengecup kening putrinya sekilas.

"Tunggu bunda kesini, tapi kalo princess mau tidur kita bisa pulang sekarang." Azka mengelus surai putrinya lembut.

"Gak mau tidur, Syasha maunya makan," beritahunya tak nyambung, membuat alis Azka terangkat, namun baru saja Azka membuka mulut, putrinya sudah kembali bersuara dan mengatakan.

"Istirahat tadi, Syasha makan chiken, tapi chikennya punya Dewa, bukan Syasha. Terus Syasha gak enak sama Dewa, jadi Syasha makannya sengaja pelan, terus tiba-tiba sudah bel masuk, ayam Syasha belum habis, tapi nasinya sudah dad. Semuanya pasti ingin pergi, yasudah, Syasha bilang nggak pengen lagi, padahal Syasha pengen. Kalo gitu daddy bisa kan, kasih waktu istirahat lebih lama? Syasha mau istirahat lama," curhat Syasha, yang tanpa sadar membuat Azka tersenyum terus saat mendengarkan.

"Marvel sama Revan gak nungguin?"

Syasha mengerucut kan bibirnya. "You know, Dad? Abang Marvel sama bang Revan amat sangat tidak peka, Syasha kesal!"

Azka terkekeh, putrinya memang harus di jaga oleh orang yang benar-benar peka dan pengertian. Dan yang pasti kedua sifat itu kurang di miliki oleh Marvel dan Revan.

"So... Are you sad, princess?" tanya Azka, lembut.

"No, but iam so angry and hungry."

Kali ini Azka tertawa keras setelah mendengar penuturan putrinya yang selalu jujur dan terlihat menggemaskan. Azka menunduk, lalu mencium kening putrinya dengan kuat karena merasa gemas.

"Mau makan apa?" tanya Azka setelah melepaskan ciumannya.

"Syasha boleh makan makanan Jepang?" Syasha kembali menatap daddynya.

"Only onigiri."

Syasha menggembungkan pipinya. " Syasha mau sushi."

Azka tak menjawab, melihat itu Syasha kembali mengerucutkan bibirnya lalu melingkarkan tangannya di pinggang daddy.
"Oke dad."

"Onigiri?"

Syasha menghela nafas berat.

"Iya, walaupun Syasha sukanya sushi dad, daddy selalu gitu. Kenapa selalu kasih Syasha onigiri daripada sushi?" kesal Syasha, pasalnya memang setiap dia meminta makanan Jepang, daddynya selalu menyuruh makan onigiri daripada makanan yang lain.

"Onigiri lebih sehat."

Dan itu alasan yang selalu di dengar Syasha setelah menanyakan alasan.

"Bunda sudah di depan, daddy buka pintu dulu."

Syasha beranjak duduk, alisnya terangkat melihat daddynya berjalan menuju pintu. Ia tidak mengerti. Daddynya kenapa bisa tau ada bunda datang? Perasaan tidak ada yang ngetuk pintu dan daddy tidak main ponsel sejak tadi.

"Sayang!"

Syasha tersadar lalu menoleh. Perempuan dengan jas putih dan stetoskop di lehernya, berjalan cepat kearah Syasha, wajahnya kentara khawatir, setelah sampai pun Syasha langsung berada di dekapan perempuan itu.

Syasha (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang