20. No way?

12.7K 1.2K 116
                                    

Sudah lima hari berlalu, mungkin sekarang hari terakhir hukuman El. Banyak yang dilewati Revan dan Marvel sejak El pergi, mereka kira, menjaga Syasha tidaklah sulit. Atau bahkan,

itu sangat menyenangkan.

Namun mereka merasakan hal tersulit atau hal yang tak terduga setiap bersama-sama atau mungkin sejak mereka memutuskan menginap di mansion Raka.

Syasha selalu meributkan hal kecil,

dan itu membuat jiwa keras kepala Revan, selalu frustasi saat mengalah.

Atau juga Syasha selalu berisik. Bahkan membuat keributan di pagi hari buta, membuat Marvel yang kerap bergadang karena bermain game, menjadi lebih sulit untuk tidur cukup.

Mungkin kalo ada kamera, mereka sudah melambaikan tangan untuk menyerah. Namun mereka juga tidak akan menyerah begitu saja, tidak sepecundang itu, mereka kerap menikmati kesengsaraannya membuat mereka terlatih sedikit tanggung jawab.

Namun, tidak memungkinkan juga mereka berharap pawang Syasha cepat datang. Karena....

"Syasha mau ramen juga!"

Gadis itu semakin-semakin, karena tengah datang bulan.

"Siapa yang mau ramen?" ujar Marvel berbohong.

Bersamaan dengan itu, mereka sampai di kantin. Banyak meja yang sudah terisi, bahkan mereka jarang mendapat meja yang di pojok karena selalu telat datang.

"Bang Revan sama kak Fian mau lomba makan ramen kan? Syasha mau juga pokoknya!" Mata Marvel melirik tajam kearah Revan, sedangkan dua cowok yang menjadi tersangka tengah pura-pura tak melihat dengan memerhatikan segala arah.

"I-itu tuh, meja kosong!" seru Fian sedikit gugup, di ikuti Revan yang langsung merangkul Fian untuk berjalan cepat meninggalkan Dafa, Dafi, Celo, Syasha, Manda, dan Marvel.

'Anjing!,'  umpat Marvel dalam hati. Selalu saja begitu. Revan selalu mencari masalah, dan melibatkan Marvel untuk memperbaiki masalah yang diperbuatnya.

"Syasha mau ramen!"

Marvel menatap Syasha lembut, tangannya tak ketinggalan untuk mengelus pucuk kepala gadis yang tengah memakai bando putih itu.

"Ramen pedas, sayang. Nanti sakit perut gimana?"

"Gak! Syasha mau ramen!" tekan Syasha tak peduli di lihat orang, dia langsung berjalan menuju meja yang sudah di tempati Revan dan Fian.

Revan menggeser duduknya, menarik tangan Syasha setelah bisa di jangkau, lalu mengambil buku menu yang ada di meja.

"Ini chik—"

"Gak! Syasha mau ramen!"

"Mampus," desis Marvel sambil memukul pundak Revan yang di balas delikan tajam. Marvel segera duduk di sebelah adiknya yang kosong.

"Bukan salah gue, si Fian ngajak duluan," ujar Revan tak ingin di salahkan.

"Ya lo ngomong kekencengan bego! Kok gue yang di salahin?" bantah Fian.

Revan menatap kesal. "Lo budeg, gue tadi bilang 'hayo!' Lo malah bilang 'hah', mulu," kesal Revan.

Celo dan yang lain tertawa.

"Udah deh Sya, nanti perut lo sakit lagi, lo ngerasainnya gak enak, kan?" sahut Manda yang duduk di seberang Syasha.

Revan mengangguk, dia merangkul pundak adiknya lalu menarik pipi hingga bisa bertatapan dengan leluasa.

"Makan nasi ya?"

"Gak!" Shasha melototkan matanya, namun Revan bukannya takut justru gemas hingga mencium hidung adiknya sekilas.

Syasha (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang