22. Who's Dinda?

12.3K 1.1K 78
                                    

Tolong kalo ada typo kasih tau yaa.

***

'Pasti daddy,' batinnya.

Tak lama, Syasha merasakan kehadiran di sisinya, kemudian kasur bergerak, tidak seperti sebelumnya, kini daddynya memutuskan tidur di sebelahnya, Syasha tak membuka mata karena sejak awal ia ingin melanjutkan tidurnya.

Kalau saja Syasha ingin juga, dia pasti menyapa daddy dengan antusias. Karena biasanya, daddynya itu jarang untuk bisa tidur bersamanya. Banyak hal yang bisa di jadikan alasan Syasha agar bisa tidur dengan daddy, salah satunya saat benar-benar ingin, dan saat sakit. Sisanya, dia harus rela daddy yang tak bisa di pisahkan oleh mommynya di malam hari.

Kadang dia justru yang—

Eh, Tunggu?

Hidung Syasha kembang kempis pelan, dia mencoba mencium wangi yang tak asing di indra perciumannya. Kalau tidak salah ... ini seperti parfum dior asli paris kesukaan abangnya.

Lho?

Alis Syasha mengernyit. Otaknya kembali berfikir kemungkinan yang terjadi saat menebak bau parfum yang kini di pakai daddynya. Untung saja dia berfikir positif, mungkin kini otaknya tengah random hingga membuatnya halusinasi karena selalu memikirkan abangnya yang masih gila bekerja. Benar kan?

Karena takut kembali berharap, alhasil dia berniat untuk kembali tidur, tangannya mulai membalas pelukan yang membuatnya seakan abangnya hadir disini. Ck! Dia memeluk daddynya. Wajahnya maju untuk lebih dekat, dan lagi— Syasha lagi-lagi bisa mencium aroma yang terkuar dari tubuh daddynya. Dan semakin lama, aroma abangnya benar-benar terasa lebih nyata.

Karena penasaran, Syasha mencoba mengendus-endus untuk mencari aroma daddynya yang asli.

"Abang tau kamu bangun, sayang."

Deg.

Syasha membuka matanya cepat, setelah itu mendongak, memastikan apa yang didengarnya tadi adalah nyata.

"Abang El?!" seru Syasha menatap abangnya yang tengah tersenyum.

Syasha sontak beranjak duduk lalu menatap abangnya tanpa bersuara. Sedangkan El tersenyum seraya menyanggah kepalanya dengan tangan. Mereka bertatapan dengan ekspresi berbeda.

Sampai beberapa menit kemudian, El akhirnya terkekeh. Dia membuka tangannya lebar, lalu menidurkan kepalanya di bantal dan menatap adiknya yang masih bengong sambil menatapnya.

"Gratis peluk sampai pagi," ujar El seraya tersenyum. Tangannya masih terbuka. Namun saat melihat adiknya tak bergerak sedikitpun,  dia kembali terkekeh.

"Mau gak—"

Brukh!

El tertawa lepas, dia membalas pelukan adiknya yang sama eratnya. El akhirnya bernafas lega, ia menghirup aroma adiknya yang selalu wangi. Padahal kata semua orang di mansion, adiknya tidak ingin mandi sejak pulang sekolah.

"Wangi banget," gumam El seraya tersenyum.

Syasha mendongak menatap El. "Hiks..abang kenapa pulangnya lama? Abang gak mau ketemu Syasha lagi emang? Abang gak kangen Syasha?" cerocos Syasha sambil sesegukan.

El menghentikan kekehannya, lalu mengecup pucuk kepala adiknya singkat.

"Tidur yukk," ujar El tak nyambung. Tubuh Syasha yang di atasnya El ubah menjadi tidur di sebelahnya.

Syasha diam menurut, dia tak ada niatan untuk melepaskan tangannya di pinggang El. Gadis itu tak ingin lepas dari abangnya.

"Abang pasti rindu Syasha, makanya pulang kan?" tebak Syasha yang membuat El kembali tertawa kecil. Tangannya membersihkan sisa air mata, setelah itu El menatap intens adiknya.

Syasha (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang