capítulo 43

21.6K 2.6K 92
                                    

Meskipun baginya tak ada ruginya membunuh anak Zeline itu, bilang saja Brian Tak memiliki perasaan sama sekali.

"kenapa aku harus membunuh anak ku?" Tanya Brian

"hahah ,, anda terlalu bodoh, anak dari tunangan Anda itu bukanlah anak anda mereka---

.....

Empat jam perjalanan sampai lah mereka di kota barva yang berada di negara Maitasuna.

Kedatangan zeelin bersama anak-anaknya disambut baik oleh Muller, ibu Feudo, wanita tua tapi berwibawa.

"Wah akhirnya aku punya cucu, sayang Oma, Allen suka coklat tidak" tanya Muller pada Allena yang duduk tenang sambil menatap Muller yang sedari tadi tak henti-hentinya berbicara.

"Sudahlah, Dia pasti lelah, perjalanan ke sini pasti jauh" seru Coello ayah dari Feudo, ia merasa kasihan dengan Ke tiga cucunya terutama Kenzo yang menunjukkan wajah kelelahan sedari tadi.

Tapi karena Muller yang sangat antusias dengan ke datangan cucu dan menantu nya dia sampai tak memperdulikan wajah lelah mereka.

"Maaf kan Oma sayang, baiklah, sekarang Ayo Oma Antar ke kamar Khusus untuk Cucu Oma" ucap Muller, ia pun membawa Allena bersama nya, ingat hanya Allena seorang.

Sedangkan Zeline di bawa Feudo menuju kamar pribadi nya, sedangkan Kenzo di gendong Oleh Coello mengikuti istri nya.

Untuk Kenan, sejak sampai di Mansion dia langsung berkeliling di ikuti Ryba dan Peixe.

Ia Sangat antusias ketika melihat seekor kijang besar bewarna putih yang kata Ryba itu adalah peliharaan kakek nya.

...

Muller menidurkan Allena di kamar yang telah di siapkan, wanita tua itu menatap sayang ke arah Allena.

Dan di samping Allena tidur ada Kenzo yang juga tidur.

"Lebih baik kita keluar biarkan mereka tidur dulu" ucap Coello.

"Apa kau ingin menjauhkan ku dari cucu ku hah, apa kau tak suka, keluar saja kau sendiri, dasar menyusahkan" jawab ketus Muller.

Sedangkan Coello hanya mengelus dadanya dengan sabar, mungkin inilah mengapa Feudo lebih memilih tinggal sendiri daripada tinggal bersama mereka.

"Bukan begitu, kau terus berada di sini mereka akan terganggu" ucap Coello lembut sambil berusaha menarik tangan istri nya dengan lembut.

"Kau pikir aku hantu mengganggu, dasar bodoh" desis nya sampai Menepis tangan Suami nya.

Sudahlah, Coello sudah tak tahan ia pun memilih untuk keluar kamar meninggalkan istrinya.

"Ada-ada saja pria tua itu, Apa salah nya menemani cucu sendiri tidur" ucap Muller kesal.

Cklekkk

Pintu kamar kembali dibuka dan Coello masuk kembali.

"Ada apa lagi kau ke sini ha, mau jadi hantu juga mengganggu cucuku tidur" desis nya sambil melirik sinis ke arah suami nya yang berjalan ke samping tempat tidur di mana Di sana ada Kenzo.

"Jangan percaya diri dulu peot, aku hanya mengambil ponselku saja" ujar Coello lalu mengambil ponselnya yang berada di samping Kenzo, pasalnya tadi sebelum Kenzo tidur mereka sempat menonton kartun di ponsel milik Coello.

"Sialan, mau durhaka kau" Ucap Muller

"Istrilah yang durhaka pada suami jika berani melawan suami dasar bodoh" ucap Coello cekikikan saat melihat wajah seram istrinya, dia pun dengan segera keluar dari kamar.

..

Sementara di kamar Feudo, Zeline sudah terlelap tidur dengan tangan Feudo menjadi bantalan.

Feudo dengan sayang menyingkirkan anak rambut yang menghalangi wajah cantik milik istrinya.

Feudo Pun di bawa ke masa lalu, eh bukan masa lalu tapi masa ia mengetahui sebuah fakta yang sebenarnya tapi sayangnya dia sudah terlambat.

Seorang pria renta duduk di kursi roda sambil menatap seorang pria tau yang duduk di samping sebuah kuburan sambil menangis dari kejauhan.

Sudah beberapa hari terakhir ini ia melihat pria tua itu selalu berkunjung ke makam seorang wanita yang seringkali pria tua itu menyambutnya dengan panggilan'MOM'.

"Uh, Eric apakah dia yang kau maksud" tanya pria tua renta itu sambil melirik samping, di mana di sampingnya berdiri seorang pria muda.

"Benar tuan, adalah salah satu anak tuan Nama nya Kenan" jawab pria muda itu.

"Lalu di mana Wanita itu" tanya pria renta itu lagi.

"Makam yang sering ia kunjungi itu adalah makamnya tuan" jelas pria itu.

"Jadi dia sudah meninggal" tanya pria tua itu lagi dengan lirih.

"Sudah tuan, sudah lama, sekitar 54 tahunan yang lalu" jelas pria muda itu.

Dan keadaan pun menjadi hening, pria tua renta itu masih setia menatap Pria tua yang menangis di samping kuburan seseorang.

Tes

Tes

Tanpa ia sadari air matanya pun jatuh karena telat untuk menyadari semua ini, baru kali ini ia menyesal atas perbuatannya.

"Sudah lah, yang terpenting aku akan memperbaiki semua nya" gumam Feudo dia pun menyusul istrinya ke alam mimpi sambil memeluk erat tubuh Zeline.






'.....

Brian duduk di depan Seorang pria yang sedari tadi menatapnya dengan tanda tanya Menuntut jawaban.

"Jadi bagaimana Tuan Brian, anda setuju atau tidak, terserah saya bisa mencari orang lain untuk membunuh mereka" ujar pria itu sambil tersenyum miring.

Brian merasa agak terkejut karena mengetahui bahwa ketiga anak Zeline ternyata bukanlah anak kandungnya, melainkan anak Mr.Elsker

Jadi jika dipikir-pikir pantas saja Mr.Elsker
Mengambil Zeline secara paksa darinya, mungkin pria itu sudah mengetahui tentang Zeline dan ketiga anaknya.

"Baiklah, akan ku terima" jawab Brian, ia lebih mementingkan perusahaannya daripada Zeline dan ke tiga anak nya.





MY GREAT MOMWhere stories live. Discover now