Sayangnya Erick ini sangat polos, ia kira Eliza adalah teman ayah dan ibunya padahal tanpa di ketahui bocah tampan itu Eliza adalah orang yang dulu berusaha menghancurkan keluarga bocah ini dan merencanakan apapun untuk memisahkan kedua orang tuanya.

Eliza melepaskan pelukannya dari Erick, ia menatap wajah duplikat Lucas di wajah Erick yang kini memerah akibat kepanasan karena terlalu lama berjalan di bawahnya terik matahari.

"Erick kok di sini sendirian? Mama papa nya Erick kemana?" Tanya Eliza.

"Mama sama papa gak jemput Erick aunty, Erick sudah capek nungguin di gerbang sekolah dan Erick mutusin untuk jalan aja deh." Jawab Erick polos membuat Eliza tersenyum kasihan.

"Erick pasti capek ya?" Tanya Eliza sambil mengelus rambut Erick yang sedikit berkeringat.

"Iya, Erick juga lapar." Ucap Erick menunduk lesu.

Eliza tersenyum kecil, ia memang memiliki sedikit masalah dengan Luna dan Lucas tapi tidak dengan anak polos di depannya ini. Meksipun Erick adalah alasan ia tak bisa bersama Lucas, tapi Erick adalah bayi suci yang tidak tau apa-apa. Dan ia bukanlah wanita bodoh yang membenci Erick.

"Disitu ada restoran, mau makan dulu gak?" Tawar Eliza tersenyum manis.

Erick mendengar itu langsung menganggukkan kepalanya cepat.

"MAUU!"

"Oke, kalau begitu Erick tunggu bentar dulu ya aunty ambil tas di dalam mobil dulu." Ucap Eliza.

"Iya aunty." Patuh Erick.

Sebelum memasuki mobil, Eliza mendatangi Max dan beberapa bodyguardnya.

"Kalian parkir mobil di restoran itu dulu ya, dan tunggu saya di luar saja." Ucapnya.

"Baik nyonya."

Setelah mengambil tas nya, Eliza kembali mendatangi Erick dan langsung memegang tangan kecil itu.

"Ayo kita makan." Ajak Eliza.

"Lets go!" Semangat Erick sambil membalas genggaman tangan Eliza yang terasa sangat lembut dan hangat.

*****

Lucas kini berada di mobilnya, ia baru saja pulang dari meeting nya yang mendadak. Padahal ia hari ini merasa tidak enak badan, tapi karena meeting kali ini tak bisa di gantikan oleh sekretaris nya sehingga ia harus hadir memimpin meeting itu.

Tangan Lucas bergerak untuk memijit kepalanya terasa berat.

Drrrrttttttt

Mengambil ponselnya di sakunya, tanpa melihat siapa nama pemanggil nya ia langsung mengangkat sambungan telepon itu.

"Ada apa?"

"Halo Lucas."

Mendengar suara lembut yang sedari dulu menjadi kebahagiaan nya dan semenjak kemaren ia terus memikirkannya membuat Lucas membelalakkan matanya terkejut. Bahkan kepalanya yang tadi terasa sangat sakit, langsung membaik mendengar suara lembut itu.

Untuk memastikan apakah pendengarannya tak salah, Lucas melihat nama kontak yang tertera di layar.

Tapi tak ada nama kontaknya, ini adalah nomor baru.

"E-Eliza?"  Tanya Lucas untuk memastikan.


The Antagonist's Perfect Husband [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang