"Ada apa?" Tanya Eliza.

"Kita ke ruangan aku sekarang ya, aku belum makan masa kamu udah mau pulang."

"Terus wanita itu?" Tanya Eliza melirik Adelia tajam.

"Kau pasti tau dia hanya mengada-ada. Sekarang kita ke ruangan ku ya, kau bisa memikirkan hukuman apa untuknya aku akan mengabulkan keinginan mu." Ucap Erland sambil mengelus rambut Eliza lembut.

Eliza tersenyum lebar, melihat senyuman itu Erland langsung menggandeng pinggang Eliza dan membawanya kembali masuk ke perusahaan.

Langkah Erland dan Eliza berhenti di depan Adelia, dengan Erland yang menatapnya tajam dan Eliza yang menatapnya tersenyum kemenangan.

"Hendar usir wanita itu, jangan sampai dia menginjakkan kakinya di sini lagi!"

"Baik boss." Ucap Hendar.

Setelah itu Erland membawa Eliza pergi, Eliza melambaikan tangannya pada Adelia dengan senyuman penuh kemenangan.

Hendar berjalan menghampiri Adelia yang kini masih menatap punggung Eliza penuh benci dan keirian yang jelas di matanya.

"Jadi nona Hunter, apa lagi yang anda tunggu? Silahkan keluar dari sini." Ucap Hendar yang langsung di beri tatapan tajam oleh Adelia.

"Dan satu lagi, jangan pernah bermimpi untuk menyaingi nyonya saya. Anda tau,jika boleh di bandingkan, anda tak ada apa-apanya di bandingkan nyonya saya. Bagaikan kotoran dan berlian, anda kotorannya sedangkan nyonya saya berlian. Jadi sebelum bermimpi menggantikan nyonya saya, sebaiknya anda berkaca. Saya pikir keluarga Hunter masih memiliki cukup uang untuk membelikan anda kaca." Lanjutnya setelah itu mengode penjaga tadi yang sempat beradu tenaga dengan Adelia.

"Usir wanita ini! Dan jika ia kembali lagi besok atau kapanpun itu langsung usir. Jika dia masih bersikeras, lakukan dengan kasar dalam mengusirnya." Ucap Hendar.

"Baik pak." Ucap penjaga itu sambil menyeret Adelia.

"Saya bisa sendiri." Ucap Adelia sambil menghempaskan tangannya kasar.

"Biarkan dia pergi sendiri." Ucap Hendar.

Adelia menatap Hendar tajam, setelah itu pergi meninggalkan lobi dengan rasa malu yang amat sangat.

"Ck dasar wanita tidak tahu diri." Decak Hendar berjalan pergi.

Para karyawan yang melihat semua sudah selesai, langsung melanjutkan pekerjaan mereka masing-masing.

*****

Luna berjalan dengan nampan di tangannya, menghampiri Lucas yang duduk di kasur.

"Luc makan dulu ya." Ucap Luna sambil meletakkan nampan di meja dekat kasur.

Tangan Luna memegang kening Lucas, sehabis pingsan karena kebanyakan minum suhu tubuh Lucas naik drastis membuat Lucas hari ini tidak bekerja.

"Panas kamu udah turun, sekarang kamu makan ya buburnya." Ucap Luna sambil menyuapi sesendok bubur untuk Lucas.

Lucas menatap Luna dengan senyuman kecil.

"Terimakasih sayang." Ucapnya.

"Ini sudah kewajiban aku." Ucap Luna sambil terus menyuapi Lucas.

Melihat Lucas yang lagi-lagi terbengong, membuat Luna tersenyum lirih. Semenjak bangun tadi pagi, Lucas lebih banyak terdiam dan Luna sangat tau apa yang di pikirkan Lucas.

"Maafkan aku Luc. Maafkan aku karena sudah memisahkan mu dengan Eliza."

*****

Kata orang pacaran setelah menikah itu lebih menyenangkan dari pada sebelum menikah, dan Eliza menyetujui perkataan itu.

Kini kehidupannya dan Erland setiap harinya sudah sangat persis seperti remaja yang di mabuk cinta, dengan Eliza yang kini sedang menyuapi Erland dan duduk di pangkuan suami tampan dan kayanya itu.

"Sayang, kamu makan yang banyak ya. Biar nanti semakin semangat kerjanya." Ucap Eliza sambil terus menyuapi Erland.

"Hmm tentu. Apa setelah ini kamu langsung pulang?" Tanya Erland.

Eliza memberikan Erland air minum setelah semua makanan sudah habis, Erland mengambil gelas yang di sodorkan Eliza dan meminumnya hingga habis.

Setelah itu ia meletakkan gelas kosong tersebut di meja, dan kembali memeluk pinggang istrinya yang kini di pangkuan nya dengan erat.

Eliza sendiri, ia langsung menyadarkan kepalanya di pundak Erland.

Momen seperti ini dulunya Erland pikir hanya ada di mimpinya saja, di mana ia akan kelelahan dan ia akan bersama istrinya dan bermanja-manja untuk menghilangkan stres akibat pekerjaan nya. Tapi lihatlah, sekarang semuanya menjadi nyata dan Erland sangat bahagia.

"Aku ada janji dengan Celine untuk ke salon, kau tau karena melihat rambut ku Celine jadi ingin memotong rambutnya juga katanya sih itu bawaan baby." Ucap Eliza.

Erland hanya mengangguk sambil mengelus rambut istrinya yang memang sangat indah dengan potongan seperti ini, dan lagi satu istri jadi lebih cantik dari sebelumnya yang memangnya sudah sangat cantik.

"Er." Panggil Eliza.

"Hmm."

"Aku pengen deh kayak Celine, bisa ngerasain ngidam. Rasanya gimana ya kalau ada baby di perutku, katanya jika berumur tiga bulan baby sudah bisa nendang-nendang. Aku gak sabar Er." Ucap Eliza membayangkan bagaimana nanti kehidupan mereka jika baby dirinya dan Erland ada pasti akan lebih menyenangkan.

Erland tersenyum lembut, ia mengelus perut rata Eliza.

"Kita sama-sama berdoa ya, semoga disini cepat hadir baby." Ucap Erland sambil mengecup kening Eliza.

Eliza tersenyum lebar.

"Iya sayang." Ucap Eliza mengecup singkat rahang Erland.

"Kamu tau El, selain berdoa sebenarnya ada lagi yang harus kita lakukan agar baby segera hadir."

Eliza mendongakkan kepalanya menatap Erland.

"Apa itu?" Tanya Eliza.

"Usaha. Berdoa juga harus diiringi dengan usaha, kamu tau kan bagaimana usaha dalam mendapatkan baby?" Tanya Erland balik dengan senyuman kecil yang tampak menjengkelkan di mata Eliza.

"Dasar mesum!"

Bersambung.  .  .

Jangan lupa tinggalin jejak dulu ya, vote and komen 🐸

See you next chapter guys 👋

🌟👇

The Antagonist's Perfect Husband [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang