CHAP 39 🍭İncorrigible

27.4K 3.8K 131
                                    

Bantingan pintu utama terdengar keras

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bantingan pintu utama terdengar keras. Dayana masih duduk tenang di meja makan, seketika dirinya berdiri, menghampiri sosok yang baru saja datang dengan tergesa.

"Apa apa, Mas?" Dayana bertanya saat suaminya--Ben--datang. Sebenarnya ini kebiasaan Ben ketika marah atau kesal, membuka pintu rumah seenakmya membuat orang-orang terkejut.

Ben tidak menjawab, dia menatap tajam Dayana, tak lama kemudian menarik tangan istrinya menuju ruang tamu. Tarikannya kasar, Dayana hampir terseret jika saja langkahnya tidak menyeimbangkan. Begitu terhenti, Dayana di dorong menuju kursi, sementara Ben masih berdiri dengan gigi bergemelatuk.

Dayana bingung, dia tidak tahu kenapa Ben malah bersikap kasar padanya. Biasanya ketika sedang marah seperti ini, Ben hanya akan mengurung diri di ruang kerjanya.

"Mas! Kamu kasar, kamu kenapa, hah?!"

"Diam! Jalang tidak tahu diri!" Ben berteriak, menunjuk wajah Dayana dengan telunjuknya. "Kau menipuku selama bertahun-tahun, dan kau baru bertanya ada apa?!"

Dayana membisu, pupil matanya sedikit bergetar mendengar perkataan Ben. Tapi, dia belum benar-benar mengerti, dia takut jika Ben hanya salah paham terhadapnya. Jadinya Dayana memutuskan untuk terdiam sejenak, menatap Ben yang masih terlihat sangat marah.

"Buka topeng sialanmu itu." Ben memelankan suara, namun aura menyeramkan dalam dirinya semakin menguar. "Jujur padaku, sebelum ini kau sudah menikah dan berkeluarga 'kan? Kau ... KAU JUGA MENGGODA LELAKI DI LUAR SANA!!" Ben kembali meledak, tidak bisa menahan emosinya. Mungkin bukan emosi, ini hanya luapan rasa sakit saat tertipu oleh seseorang yang dia cintai.

Mata Dayana melebar, dia mencengkeram erat kursi lantas menggeleng cepat. "Siapa yang memberimu informasi palsu itu?! Apa kau lebih percaya pada berita kampungan dibanding istrimu, hah?! Aku baru menikah dengamu, aku--"

"KU BILANG LEPASKAN TOPENGMU DAYANA!!" Ben berteriak, kini diiringi dengan tamparan keras mengenai sebelah pipi Dayana. "Kau tidak tahu bagaimana malunya aku saat rekanku mengakui bahwa dia pernah berhubungan dengamu di sebuah club!! Dia bahkan menunjuk fotomu yang ku pajang di meja kerja! Mengakulah dasar jalang!"

Dayana memegang pipinya yang memerah, kedua pundaknya langsung bergetar diiringi dengan kepanikannya yang membesar. Dayana menggeleng, dia jatuh, berlutut di hadapan Ben dan menangis kencang.

"A-aku ... aku m-minta ma-maaf! A-aku salah!"

"Kau salah dan masih berani berbicara?!" Ben memundurkan tubuhnya, membiarkan Dayana ambruk di atas ubin yang dingin. "Dan apakah kau benar-benar menyadari jika kau salah saat sudah meninggalkan suamimu dan anakmu itu, hah?!" Ben mendegkus keras, mengalihkan pandangan enggan menatap wajah istrinya yang sudah memerah. "Sialan, kau bodoh! Dan aku sangat bodoh kenapa bisa tertipu!" ucapnya lantas pergi meninggalkan Dayana yang berteriak meminta maaf.

Dayana terisak, dia memukul-mukul lantai dengan keras menyalurkan emosinya. Dayana mengakui, dia memang tidak pernah mengatakan bahwa dirinya pernah menikah sebelumnya pada Ben, dia juga mengaku belum memiliki anak. Sejujurnya, Dayana hanya tidak mau mengakui bahwa dia pernah dijodohkan bersama dengan Luis, dan mempunyai keturunan seorang anak laki-laki. Perceraiannya dengan Luis pun akibat Dayana yang hanya mencintai Ben seorang.

Baby İoWhere stories live. Discover now