CHAP 23 🍭İneffective

30.1K 4.4K 35
                                    

"Gue emang berengsek

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Gue emang berengsek." Aluna memukul kepalanya entah yang ke berapa kali. Tangisannya tidak bisa berhenti walaupun Luis sudah menenangkannya beberapa menit lalu. Tetapi gadis itu masih tidak bisa diam, berjalan mondar-mandir di depan rumah Luis sendirian.

Tadi dia sudah mencari Kelio bersama Obi, tetapi tidak membuahkan hasil, akhirnya Aluna menghubungi Luis dengan cepat. Luis memerintahkan agar Aluna pulang, sementara urusan Kelio akan menjadi tugas Luis mulai dari sana. Dia juga mengatakan Danis akan segera pulang untuk menemui Aluna.

Tidak tahu harus bagaimana selain menangis, Aluna berharap Luis bisa menemukan Kelio sebelum larut malam. Jika Kelio yang hilang sendirian, maka akan sangat berbahaya untuknya. Kemungkinan Kelio juga tidak tahu harus apa karena tidak bisa menemukan jalan untuk pulang.

Mendudukkan dirinya, Aluna mengusap air matanya dengan kasar. Dia benar-benar khawatir dengan keadaan Kelio, dan dia menyesal kenapa harus pergi ke swalayan sebelum pulang. Andaikan saja Aluna tidak mengajak Kelio. Aluna menyesal, namun penyesalannya tidak berguna sama sekali.

Mendengar suara gerbang dibuka, Aluna mengangkat wajahnya, sebuah mobil datang membuat Aluna bangkit. Gadis itu dengan segera mengikuti, benar-benar berharap jika itu adalah Luis yang membawa Kelio. Begitu seseorang keluar, tangisan Aluna kembali pecah, dia berlari secepat kilat ke arah lelaki barusan dan memeluknya dengan erat.

"Ethan ... ma-maaf."

"Nggak papa, nggak papa." Ethan mengelus kepala Aluna dengan lembut. Dia baru dikabari oleh Luis satu jam lalu mengenai Kelio yang hilang. Sebenarnya, Ethan sudah pulang dari Finlandia dua hari lalu, hanya saja dia belum mengunjungi Luis dan Kelio. Kini, secara mendadak mendapatkan kabar mengejutkan, rasanya Ethan lemas di tempat.

"Tapi ... ini gara-gara gue, Than. Kelio hilang, dia--"

"Gue bilang nggak papa, Aluna." Ethan kembali menegaskan, memegang kedua pundak Aluna dan menyorotnya dengan tatapan yakin. "Om Luis punya segala cara biar Kelio pulang. Lo harus tenang."

Sekali lagi, Ethan mengelus kepala Aluna dengan lembut. "Ayo, lo nggak boleh di sini, kita ke dalam," ucapnya lantas menarik Aluna agar masuk ke dalam rumah. Ethan mendudukkan Aluna di kursi sementara dirinya pergi ke dapur, hendak menyiapkan air hangat untuk menenangkan Aluna.

"Halo?" Ethan mengangkat teleponnya begitu berdering, air hangat satu gelas yang dia siapkan untuk Aluna ditaruh di meja makan. Dirinya menyandar pada dinding, sedikit memperhatikan sekitar untuk memastikan. "Nggak perlu lapor polisi, kemungkinan besar urusannya bakalan lebih rumit dari ini." Ethan menjawab seseorang dalam telepon, mengerutkan kening untuk berpikir.

"Batas waktunya antara jam 10 atau 12, bahaya kalau jam segitu belum ditemuin. Apalagi pakai seragam."

Langsung mematikan sambungan telepon, Ethan memijat pangkal hidungnya sejenak, menarik dan mengembuskan napasnya berulang-ulang. Ethan tidak boleh panik, atau gegabah dalam tindakannya sekarang. Meleset dari jalur, keluarga Denio dalam bahaya.

Kembali mengambil gelas yang ditaruh di meja makan, Ethan menghampiri Aluna. Ikut duduk di samping gadis yang masih terisak dengan rambut yang acak-acakan.

"Ini minum dulu, Aluna." Ethan merapikan rambut Aluna yang ternyata bagian kirinya terlihat tidak sama panjang dengan bagian kanan. "Rambut lo kenapa bisa kayak gini? Tadi diapain sama tante Dayana?"

Aluna yang tengah meneguk airnya itu menoleh sebentar pada Ethan. Dayana. Benar, wanita tadi adalah ibu kandung Kelio. Dayana terlihat sangat marah begitu Kelio berada di dekat Aluna. Kemungkinan besar, Dayana ingin mengambil alih Kelio lagi dari Luis. Itu sangat mengerikan. Aluna sangat tidak ingin Kelio kembali tersiksa.

Mengenai rambutnya, Aluna tidak peduli lagi. Jika Kelio sudah pulang, Aluna akan merapikannya ke salon. Ingat, jika Kelio pulang. Sebelum itu, Aluna akan membiarkan rambutnya seperti ini saja.

"Rambut gue nggak penting."

"Penting." Ethan tersenyum. "Kalau Kelio pulang, nanti dia bisa nangis lihat keadaan lo kayak gini, Aluna. Apa lo nggak mau pulang dulu? Lo capek, Aluna."

"Nanti aja."

"Kapan? Lo mau nunggu Kelio?"

Aluna menatap Ethan dengan mata sembabnya, tanpa ragu gadis itu mengangguk. "Gue mau lihat Kelio sebelum gue pulang, Ethan. Nggak ada yang bisa bantah."

Ethan tersenyum. "Oke, gue nggak akan bantah."

🍭

"Aluna, Aluna bangun."

Aluna mengerjap, kepalanya terasa pusing begitu tubuhnya bergerak. Gadis itu menatap sekitar, dia ingat jika ini masih berada di rumah Luis. Mengalihkan pandangannya ke depan, Aluna kini melihat sosok Danis, yang membangunkannya.

"Kelio sudah pulang, Luna. Ethan barusan langsung ke depan." Danis berkata seraya menatap Aluna dengan khawatir, anaknya terlihat kacau.

"Kelio?" tanpa bertanya lebih banyak lagi, Aluna segera bangkit walaupun sedikit oleng. Gadis itu berlari, hanya saja kakinya berhenti secara otomatis kala pintu terbuka. Dua bodyguard masuk, diikuti oleh Luis yang masih mengenakan setelan jas. "Om, Lus?"

Luis menoleh, menemukan Aluna dengan tampilan yang berantakan. Raut wajah pria itu sedikit berubah, seperti panik. "Aluna, kenapa belum pulang?" tanyanya lalu menatap Danis. "Kenapa Aluna masih di sini?"

"Luna nggak mau pulang, Om." Aluna yang menjawab, dia menghampiri Luis dengan cepat. "Kelio mana, Om? Luna mau ketemu. Kelio baik-baik aja 'kan?"

"Aluna, Kelio baik-baik aja." Luis menghampiri, memegang kedua pundak Aluna. Lantas dia sedikit mundur, pergerakan Luis pada Aluna seperti sedang menjauhkannya dari sesuatu.

Aluna mengerutkan kening, merasa heran dengan tindakan Luis, tetapi dia diam saja. Matanya langsung tertuju pada Ethan yang baru saja masuk, setelahnya, sosok lelaki yang Aluna tunggu juga masuk. Kelio sudah berada di depan mata Aluna, masih mengenakan seragam sama halnya Aluna, namun keadaan seragamnya lebih parah. Kotor dan ada noda merah.

Jika saja Luis dan Danis tidak memegang lengan Aluna, gadis itu sudah memeluk Kelio dan kembali menangis dengan kencang. Hanya saja Aluna merasa aneh, keadaannya begitu janggal. Kelio terdiam, menunduk, tidak menangis seperti yang terbayangkan. Di kanan dan kiri lelaki itu terdapat dua bodyguard, di belakangnya juga terdapat tiga bodyguard sekaligus. Aluna jadi bingung. Kelio seperti terkurung.

"İo?" Aluna memanggil, membuat Kelio menoleh padanya. Namun lelaki itu tidak bereaksi. Tersenyum, menangis, marah, tidak sama sekali. "Kelio?" Aluna kembali memanggil, berharap mendapat respons. Gadis itu sudah tersenyum lebar begitu mulut Kelio terbuka, namun Ethan menarik Kelio untuk menuju lantai dua. Meninggalkan Aluna yang membeku.

"Aluna, kamu bisa ketemu Kelio besok pagi," ucap Luis begitu melihat air mata Aluna mengalir. "Kelio baik-baik aja, Om yang urus, kamu istirahat saja."

Danis mengangguk, menyetujui Luis. "Ayo Aluna, kita pulang. Besok kita ke sini lagi, pagi-pagi, Ayah janji."

Menundukkan kepala seraya mengangguk pelan, Aluna tidak menanggapi. Dia agak sedikit takut saat Kelio diam tidak meresponsnya barusan. Apa Kelio marah dengan Aluna? Atau mungkin kecewa?

----🍭
Mungkin İo kaget yaa. Atau ada alasan lain?

Mau tahu? Ditunggu chapter berikutnyaaa!!

Baby İoWhere stories live. Discover now