CHAP 21 🍭İmprobable

Start from the beginning
                                    

Aluna menendang meja di depannya agak keras membuat semua murid di kantin kembali menatapnya aneh.

"Ck, gagal!"

🍭

"İo, makan dulu yuk?"

"Siapa sih manggil-manggil?! Nggak kenal!"

Aluna menghela napas dibalik pintu menjulang kamar Kelio. Dia dibuat panik saat para pelayan mengatakan Kelio belum mau makan dari pagi, bahkan minum pun tidak. Padahal ini sudah pukul 14.00 siang. Luis juga belum bisa keluar dari kantor jika waktu belum berlalu sekitar sepuluh menit lagi. Tapi, Aluna juga tidak mungkin terus menunggu kedatangan Luis, bagaimana jika Kelio pingsan karena belum memakan apapun? Aluna yang repot nanti.

Kelio tampaknya marah karena tadi pagi, lelaki yang dikurung di kamar itu benar-benar mengurung dirinya sendiri. Sekarang, pintu terbuka pun sia-sia, Kelio akan kabur ke kamar mandi di dalam dan mengunci diri di sana.

"Una minta maaf, İo. Una sama Papi cuman mau İo istirahat dulu di rumah, kemarin 'kan capek udah dari mall, keliling, terus ketemu banyak orang. Jangan marah lagi, ya?"

"Mmmhh, nggak tahu!"

Aluna menggaruk tengkuk, menoleh pada beberapa pelayan yang menunduk di belakangnya. Kali ini Kelio sulit dibujuk, Aluna sampai bingung harus mengeluarkan jurus apa lagi. Kelio tidak akan tertarik dengan game karena lelaki itu memilikinya, Kelio juga tidak tertarik dengan buah-buahan yang Aluna tawarkan. Ini sulit. Aluna serba salah karena belum terlalu mengenal kepribadian Kelio.

"Tunggu om Lus aja apa gimana, ya?" Aluna menggigit bibir. "Tapi--"

"Luna, kening kamu mengerut sekali."

Aluna terperanjat, dia menoleh ke arah seseorang yang terkekeh barusan. Luis sudah ada di depannya, tersenyum membuat jantung Aluna semakin berpacu. Apa Luis akan marah?

"Om, Kelio--"

"Iya, makanya om pulang cepat." Luis masih tersenyum, melangkah melewati Aluna dan membuka pintu kamar Kelio dengan mudah. Aluna mengikuti dari belakang, memperhatikan Kelio yang tiba-tiba bergelung ke dalam selimut tebal berwarna merah muda.

"İo?"

"Mmmm! PAPI NGGAK TAHU YA İO NGAMBEK?!"

Luis menganggukkan kepala, walaupun dia tahu Kelio tidak akan melihatnya. Pria paruh baya itu duduk perlahan di samping Kelio, mengusap punggung anaknya yang terbungkus selimut. Biasanya Kelio memang mudah sekali teralihkan, dibujuk apapun pasti amarahnya mereda. Mungkin kali ini Luis berlebihan? Entahlah, Luis hanya khawatir.

"Maaf ya, İo. Papi salah, Papi ngunci kamu di kamar kayak gini dan Papi nggak jelasin semuanya ke kamu. Tapi İo, apa Papi salah jika Papi khawatir sama İo? Apa Papi salah jika Papi takut İo kenapa-napa di luar sana? Papi kerja, Papi nggak tahu keadaan kamu, Papi nggak bisa hubungin dan mantau kondisi kamu secara langsung, Kelio."

Atmosfer di kamar Kelio terasa berubah, Aluna menunduk dalam melihat sorot mata Luis yang begitu teduh dan tulus. Aluna merasa dia sedang melihat Danis. Walaupun mereka sosok ayah dan menyandang status single parent, tetapi kesabarannya sungguh di luar batas. Mereka bahkan membagi waktunya untuk memberikan kasih sayang pada anak-anaknya. Sosok ayah seperti itu, patut Aluna sebut sebagai pahlawan hidupnya.

Isakan kini memenuhi ruangan, Aluna melihat Kelio keluar dari balik selimut dengan hidung memerah dan kedua matanya yang basah, pundak lelaki itu naik turun dengan cepat.

"M-maaf."

Suara itu bergetar, nada rajukan dan amarahnya menghilang. Aluna mengembuskan napas, melihat Kelio yang langsung memeluk Luis dengan sangat erat seraya terus memohon maaf. Lelaki itu juga melingkarkan kedua kakinya pada sekeliling pinggang Luis seperti anak kecil.

"M-maaf, Papi ... İo ...."

"Ssst, nggak papa. Jangan nangis, Papi nggak mau kamu nangis." Luis mengusap kepala Kelio dengan lembut, mengayun-ngayunkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri. "Oh iya, Papi bawa sesuatu buat İo, biar İo nggak marah lagi," ucapnya lalu memindahkan posisi Kelio, kembali mendudukannya di tempat tidur.

"A-apa?" Kelio mengusap kedua mata sembabnya, masih terisak sedikit namun sorot mata penasarannya tidak bisa ditutupi. "Manaa?"

"Tadaaa!" Luis menunjukkan sesuatu, mampu membuat mata Kelio berbinar untuk sesaat.

Kelio hampir saja memekik terlalu senang jika saja dia tidak ingat masih ada Aluna di sana. Sontak, Kelio menunduk, mengulum bagian bawah kaosnya. Lelaki itu tampak malu.

Aluna sendiri terdiam, mematung. Apa maksudnya dengan Luis membawa satu botol dot bayi?!

Luis terkekeh begitu melihat Kelio yang menunduk, lalu menoleh sebentar pada Aluna. "Oh, İo malu ya ada Una?"

Wajah Kelio memerah sepenuhnya. "PAPI!! NGGAK KOK!" lelaki itu secepat kilat merebut dot di tangan Luis, memasukkannya ke dalam mulut kemudian berlari keluar kamar.

Luis tertawa keras, sementara Aluna melotot.

"DOT BAYI?!"

----🍭

Spesial lebaran Idul Fitri aku update İo. Mohon maaf lahir dan batin ya semua!

Nanti aku update lagi, secepatnya deh^^
See u♡

Baby İoWhere stories live. Discover now