Sunset Untuk Senja

2.6K 33 0
                                    

Promosi again guyss.

Di cerita ini, ada konflik Senja putri kedua Cilla dengan Daniel yahh, ada yang kepo gak sih? Dengan masalah apa yang terjadi, hingga Daniel sebegitu membenci Senja putri keduanya...

Di sana juga ada kisah romantis mereka, ada kisah sedih Senja. Dan banyak lagi. Seru banget pokoknya.... 🥰🥰🥰

Pasangan Ako sampe suka Ama cerita mereka 🤭

Yang mau bisa pesan bukunya boleh bilang ya. Tapi masih PO 🙈

"Senja!" panggil Daffin. Senja menolah, namun tak menghampiri Daffin. Jadi, Daffin lah yang berjalan menghampiri dia.

"Mereka berdua?" tanya Bang Dean.

Aaron menaikkan alisnya, sambil senyum. Dean yang mengerti langsung terkekeh.

"Gimana lo, sama Jingga?" tanya Bang Dean.

"Biasa aja Bang, tapi kayaknya gue mau ajak Jingga tunangan deh. Lagian, gue kan udah lulus."

"Ya lo, yang udah lulus, Jingga mah belom ege," ujar Dean sambil memukulkan ijazah milik Aaron ke kepalanya.

Aaron tertawa. "Sakit, Bang ...." rengek Aaron, manja ke abangnya.

"Gitu doang sakit, lo itu laki."

"Canda Bang, elah, ya kali gue selemah itu."

Asik bercanda, mereka tak tahu, jika Daffin menghampiri mereka. "Bang, kantin yuk?" ajak Daffin.

"Yaudah ayo, gue juga haus banget nih. Panas," ucap Dean. Mereka bertiga jalan menuju kantin.

Sedangkan Senja, dia ingin mencari Daniel dan Jingga. Awalnya Daffin mengajaknya untuk bergabung, namun Senja menolak.

Senja mencarinya kemana-mana, namun Senja juga belum melihat dimana Daniel dan Jingga.

Daffin, Aaron, dan Dean kini tengah duduk di kantin. Dengan minuman dingin, yang mereka pesan.

"Loh, De, Daddy kamu belum balik ke Indonesia?" tanya Daniel yang tiba-tiba muncul. Dia sedari tadi mencari-cari Dareen, namun yang ketemu malah Dean.

"Belum om, makannya aku yang ambilin raportnya Aaron."

Daniel menoleh ke Aaron. "Tos dulu dong Ar, dapet nilai tinggi dia. Walau sering di bilang bandel, yang penting pinter, ya gak?" ucap Daniel dan membuat mereka semua tertawa.

Daniel, sudah mengetahui hubungan Jingga dengan Aaron, dia senang jika Jingga bisa berpacaran dengan anak sahabatnya itu.

"Yaudah, om balik dulu ya," pamit Daniel.

"Pa, aku pulang sama Bang Aaron boleh?" tanya Jingga.

Daniel tampak berpikir, kemudian Aaron langsung meminta agar Jingga bisa pulang bersamanya.

"Ya sudah, jaga putri om ya!"

"Siap, Pa!" jawab Aaron, yang seketika langsung mendapat pukulan di kepalanya oleh Dean.

Semua yang melihat tertawa di buatnya, Daniel mengusap pundak Aaron. Dan langsung pergi dari sana.

"Dah deket aja nih, sama camer," goda Daffin. Dengan, melihat ke arah Jingga, yang kini tengah duduk di samping Aaron.

'Daffin, lo yang buat gue gak bisa lupain lo. So, jangan salahin gue, kalau gue buat Senja menderita, dengan cara gue mengambil lo dari dia. Lo itu cuman milik gue, bukan perempuan yang lain, termasuk Senja,' tekan Jingga, dengan bergumam dalam hati.

***

Di tempat lain, Senja akhirnya melihat Daniel berada di pinggir jalan. Dia berlari menghampiri Daniel, bahkan dia berteriak memanggil 'Papa' tapi tak juga di dengar.

Hingga, salah satu kakinya tersandung dan membuat dia terjatuh. Senja merasakan perih di lututnya, tapi dia langsung bangun, dan tetap melanjutkan langkahnya. Supaya Daniel tidak keburu pergi.

"Pa!" teriak Senja sekali lagi. Dan akhirnya, Daniel mendengarnya, dia  menoleh, dan melihat kalau Senja lah yang memanggilnya, awalnya dia ingin tak menghiraukannya.

Namun, Daniel mengerutkan keningnya, ketika melihat Senja yang berjalan pincang, dengan keringat yang membasahi wajahnya.

Daniel mengarahkan pandangannya ke kaki Senja, dia melihat rok putih selutut itu. Berwarna merah, karena darah yang  keluar dari lututnya.

Dia memijit keningnya, lalu menghembuskan napas kasar. Merasa frustasi dengan apa yang terjadi, dia ingin pergi namun dia merasa kasihan.

Maka, jadilah Daniel menunggu putrinya itu untuk menghampirinya.

"Pa, lihat nilai Senja," ujar Senja,  dengan memberikan raportnya kepada Daniel.

Namun, Daniel hanya melihat raport itu, tak menyentuhnya sama sekali.

"Senja dapet peringkat tiga Pa, itu semua untuk Papa, Senja belajar dengan keras untuk Papa," ujar Senja,  dengan sangat senang, bahkan rasa perih di kakinya itu sampai tak dia rasakan lagi, karena terlalu bahagia.

Senyum yang awalnya lebar dan sangat manis itu, perlahan memudar, ketika melihat ekspresi Daniel yang hanya datar.

"Papa, gak suka ya?" tanya Senja, dengan suara yang pelan, dan menundukkan wajahnya. Daniel tak memperdulikan kesedihan putrinya, dia langsung masuk ke dalam mobilnya, dan pergi dari sana.

Senja masih tetap berdiri di sana, melihat mobil hitam itu pergi semakin jauh dari pandangannya.
Dia menyeka air matanya yang kini sudah mengalir, bahkan dia sendiri ingin menghentikan tangisannya tapi tidak bisa.

Dia malah semakin terisak, dia memutuskan untuk pergi dari sana. Dia berlari dengan lutut yang semakin perih, dia pergi menuju ke rooftop.

Dareen Addison Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang