.

6.1K 179 2
                                    

Ale tak menghiraukan rasa sakit itu sedikitpun, bahkan serpihan serpihan kaca itu banyak yang menusuk di kakinya, kini Ale sudah seperti mati rasa.

Dareen yang melihat istrinya terluka, langsung menggendong Ale, namun Ale hanya diam saja.

Dareen membawa Ale duduk si sofa kamar nya, Dareen segera mengambil kotak p3k.

Dareen mengobati luka itu, Ale sama sekali tak menangis, atau meringis kesakitan.

Dareen yang melihat Ale seperti itu menjadi sangat sedih, Dareen menangis di hadapan Ale, "please stop baby, aku gak kuat lihat kamu yang seperti ini hiks" ujar Dareen sambil terisak.

Ale hanya menatap Dareen, lalu dia pergi menuju tempat tidur, dan dia lebih memilih tidur dari pada membahas masalah ini.

Dareen yang frustasi dengan Ale langsung memilih pergi lagi, Dareen tak bisa harus diam di rumah karna Ale yang bersikap seperti itu.

Dareen melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, "aarrkkkkk!!!!!!!!" Dareen berteriak di dalam mobil dan memukul stir mobilnya.

Dareen saat ini benar benar marah, entah itu marah dengan dirinya atau dengan Ale.

Dareen berhenti di sebuah bar, pemilik bar Langsung menyambut Dareen.

Dareen masuk ke dalam dan meminum banyak minuman beralkohol, hingga membuat nya mabuk.

Pemilik bar itu tentu saja tau siapa Dareen, saat Dareen sedang mabuk Dareen terus meracau memanggil Ale, meminta maaf, terkadang seperti menangis dan terkadang tertawa.

Pemilik bar itu langsung menelpon bryan, Bryan juga berteman baik dengan pemilik bar itu.

Tak sampai satu jam menunggu, bryan sudah berada di bar itu, pemilik bar itu menjelaskan semua yang terjadi, Bryan langsung membawa Dareen pulang ke mansion nya.

"Alee... Maafin gue..." Ujar Dareen dengan mata yang terpejam.

"Lo ada masalah apa sih, sampai kayak begini," ujar Bryan khawatir.

Bryan melajukan mobilnya lebih cepat lagi.

*Mansion*

"Ale?" Ujar Bryan karna kaget melihat Ale sudah di depan pintu.

Ale langsung mendekati mereka, dan langsung mengambil alih Dareen dari Bryan.

"Thank you" ujar Ale dan langsung meninggalkan Bryan.

Bryan yang melihat wajah Ale tanpa ekspresi, yang datar saja itu, membuat Bryan ngeri.

Bryan langsung pergi dari sana.

Ale membawa Dareen ke kamarnya yang dulu, Ale merebahkan tubuh Dareen, walau dengan kaki yang sangat sakit, bahkan darah segar lagi keluar dari telapak kakinya, Ale tetap menahannya.

Ale melepaskan sepatu Dareen, mengganti pakaian Dareen dengan yang baru.

"Baby... maafin aku..." Ujar Dareen mengigau, tak terasa air mata Ale menetes.

Ale menarik nafas, mencoba menenangkan dirinya, agar tak terisak, perasaannya juga sakit melihat Dareen yang Sampai seperti itu.

Namun Ale juga belum bisa memaafkan Dareen, Ale orangnya sangat keras, jika seseorang sudah melukai perasaannya, maka dia akan selalu mengingat dan menyimpan kepahitannya, seperti kepada orang tuanya Ale.

Ale menyimpan luka itu dari dulu sampai sekarang, Ale masih sulit untuk bisa mengampuni.

Ale menoleh kearah Dareen, "maafin aku sayang, tapi aku butuh waktu untuk bisa memaafkan kamu, sulit untuk ku melawan kerasnya hatiku" ujar Ale yang langsung pergi dari kamar itu.

Saat Ale berbaring dan menangis, dia teringat akan perkataan “Kita harus mengembangkan dan memelihara kemampuan mengampuni. Ia yang tidak memiliki kekuatan untuk mengampuni tidak mempunyai kekuatan untuk mengasihi”

“Mengasihi berarti mengasihi yang pantas dikasihi. Mengampuni berarti mengampuni yang tak terampuni. Iman berarti percaya yang mustahil. Pengharapan berarti berharap ketika segala sesuatu tampak hopeless atau tanpa-harapan”.

*Keesokan paginya*

Dareen terbangun dengan kepala yang pusing, Dareen Melihat di sekelilingnya.

"Ini kan kamar Ale, kenapa gue bisa di sini" Gumam Dareen.

Dareen hendak turun dari tempat tidur, namun dia terkejut ketika melihat darah berbentuk kaki yang sudah kering menempel di lantai.

Dengan cepat dia melangkah menuju lift untuk ke kamarnya, Dareen melihat banyak jejak kaki yang dari darah itu, dan sudah kering.

Sesampainya di depan kamarnya, Dareen juga melihat jejak darah itu.

Dareen langsung membuka pintu kamarnya, dan melihat Ale yang masih tertidur, Dareen mengarahkan pandangan nya ke kaki Ale.

Perban yang membalut kakinya, penuh dengan darah, dan bahkan itu tampak basah.

Dareen menelpon Daniel, agar dia datang ke mansion nya, Dareen mendekati Ale.

Dareen mengelus lembut rambut Ale, "maafin aku...." Ujar Dareen dan meneteskan air matanya.

Ale yang merasa terganggu akhirnya bangun, Ale tersenyum melihat Dareen, "gimana keadaan kamu?" Tanya Ale pelan.

"Harusnya aku yang nanya gitu ke kamu. Ka-kamu gak marah lagi ma aku baby?" Tanya Dareen, Ale menggeleng.

"Maafin kebodohan aku baby, aku cinta dan sayang sama kamu..., Jangan kayak gini lagi, hiks aku takut kamu pergi ninggalin aku sayang..." Ujar Dareen terisak.

Ale yang melihat Dareen seperti itu ikut menangis, "maafin aku ya sayang," ujar Ale.

"Kamu gak salah, ini semua terjadi karena kebodohan ku, dan kamu kenapa kaki kamu di pakai jalan,  lukanya jadi tambah dalam karna kamu paksa"

"Aku baik baik saja sayang, aku gak papa," ujar Ale meyakinkan Dareen.

"Aku sudah suruh Daniel ke sini untuk melihat luka mu baby," ujar Dareen.

Ale hanya mengangguk, Dareen memeluk erat tubuh Ale, Dareen sangat merindukan istrinya ini, semenjak masalah itu, Dareen merasa jauh dengan Ale.

Dareen mengecup kening Ale, dan kembali memeluk erat tubuh Ale.

*****

Teruntuk para readers, terimakasih banyak buat kalian yang sudah memberikan vote.
.
.
.
Dan yang belum memberikan vote, tolong jangan lupa vote ya.

Thank you!

Dareen Addison Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang