Sunset Untuk Senja

Start from the beginning
                                    

"What!" Senja mendelikkan matanya, lalu dia menyentuh bibirnya.

"Lo-lo, serius chel? Berarti gue sama dia...."

Ichel mengangguk, dan tersenyum. "Napa lo senyum? First Kiss gue, di ambil sama orang yang gak gue kenal," tutur Senja dengan wajah terkejutnya.

"Gak papa, kalo gak gitu, lo mati. Mau mati muda? lagian, kak Daffin ganteng, semua orang pasti pengen ada di posisi itu." Ichel tersenyum-senyum membayangkan kalau itu dia.

"Dasar gila!" pekik Senja, lalu dia kembali fokus ke depan. Namun, pikirannya melayang kemana-mana.

Jam pelajaran telah selesai. Namun, selama itu Senja tak bisa fokus dengan guru yang menjelaskan di depan.

Dia merasa malu jika nanti bertemu dengan Daffin, dia memikirkan apa yang harus dia lakukan. Apa dia perlu mendengarkan ucapan Ichel, atau seperti pura-pura tidak tahu.

Kring!!!

Bel sekolah berbunyi, semua siswa bersiap-siap untuk pulang. Tetapi, Senja malah pergi ke gudang untuk mengambil sapu dan serok.

Saat di gudang, dia di kejutkan oleh Daffin. Entah kenapa, gara-gara Ichel bercerita seperti itu, Senja menjadi gugup ketika bertemu Daffin.

"Biasa aja kali, gue manusia bukan setan." Daffin mengumpat kesal, melihat Senja yang terkejut seperti itu.

"Ma-maaf," ujar Senja.

Daffin melewati Senja, dia juga mengambil sapu dan serok. Sama seperti Senja.

"Lo mau nyapu di mana dulu, depan atau belakang?" tanya Daffin.

"Gu-gue, mau nyapu di depan, Kakak di belakang."

"Idih, lo aja yang di belakang, gue gak berani di belakang sendirian. Mana udah sore lagi," protes Daffin.

"Cih, cowok tapi penakut," batin Senja.

"Iya, gue di belakang, Kakak di depan," tawar Senja kepada Daffin, dia sangat malas berdua bersama Daffin, dia merasa malu dan gugup jika berada di dekat Daffin.

"Ya, terserah lo, kalo lo berani. di belakang angker," imbuh Daffin. Karena di belakang sekolah mereka, ada tembok besar, dan terdapat rumah bekas orang Belanda yang lama kosong.

Senja tak menghiraukan ucapan Daffin, dia sama sekali tak percaya dengan hal seperti itu. Daffin bergegas pergi dari gudang, untuk menyelesaikan tugasnya.

Jingga mencari-cari Senja, dan akhirnya mereka ketemu di lorong sekolah.

"Dek! Kemana aja si? Kakak cariin, ayok pulang, ngapain juga bawa sapu sama serok. Aunty sama Eyang udah di rumah."

"Kak, Senja kena hukuman. Senja, harus bersihin halaman belakang sekolah dulu," jelas Senja.

"Hah, seriusan kamu mau bersihin halaman belakang sekolah? mending ikut Kakak pulang aja, jangan mau Dek. Di sana serem."

"Kak Jingga percaya? ini sudah jaman moderen Kak, gak ada setan jaman sekarang."

"Siapa si, yang suruh kamu bersihin halaman belakang?" tanya Jingga.

"Pak Dedy," sungut Senja.

"Udah, biarin aja."

"Nanti Senja kena marah lagi, udah Kakak pulang aja duluan, sampaikan salam Senja sama Aunty dan Eyang Senja bakal selesaiin ini dengan cepat. Oke?"

"Hhm, yaudah deh terserah kamu. Kamu hati-hati ya."

Jingga pergi meninggalkan Senja, kini tersisa Senja sendiri di sana. Dia melanjutkan langkahnya menuju ke halaman belakang.

Senja mendengus, ketika melihat halaman yang lumayan luas. dan banyak daun kering yang terjatuh.

"Nasib gue gini amat si, gak pernah bahagia gue. Kapan gue bisa merasakan kebahagiaan si...," Keluh Senja.

Dia mulai menyapu halaman, mulai dari arah tembok besar itu.

Srek srek srek suara sapu Senja yang mengisi kesunyian di tempat itu.

Awalnya angin tak terasa terlalu keras. Namun, entah kenapa, makin lama angin makin tertiup kencang.  Senja yang awalnya tak percaya dengan hal yang seperti itu, tapi kini dia malah merasa ada hal yang aneh. Senja mengarahkan seluruh pandanganya ke semua arah, hingga netranya berhenti pada pohon besar yang berada di balik tembok itu.

Senja memegang lehernya, dia merasa bulu kuduknya berdiri. Dia langsung membuang sapu yang di tangannya dan berlari sambil berteriak.

"Aaaaa ... Tolong ... Tolongin gue... Ada setan...," teriak Senja sambil terus berlari.

Hingga, kini dia sudah berada di halaman depan, bersama Daffin. "Eh, lo kenapa?" tanya Daffin, yang melihat Senja terengah-engah.

"Setan, di belakang ada setan!" Pekik Senja.

"Hah! beneran?!" tanya Daffin, yang juga menjadi takut.

Senja mengangguk, lalu Daffin menarik tangan Senja menuju kantor satpam.

"Pak, ada setan!" ujar Daffin.

Satpam itu tertawa, mendengar aduan dari Daffin. "I-iya Pak, kalo Bapak gak percaya, ikut saya ke belakang," imbuh Senja.

"Tugas kalian sudah selesai?"

"Belum, Pak. Tadi gara-gara ada Setan, jadi saya kabur," ujar Senja.

"Haduh, kalian ada-ada saja. Ayok, sama saya, saya tungguin biar tugas kalian cepet selesai."

Mereka berdua hanya manggut-manggut, Daffin dan Senja berjalan di belakang Pak satpam, seperti anak bebek yang mengikuti induknya.

Ketika melewati halaman depan, Daffin langsung mengambil sapu dan seroknya, lalu kembali berjalan lagi menuju halaman belakang.

"Mana? Setannya mana? udah, selesaikan saja tugas kalian, Bapak tunggu di sini."

Mereka berdua mulai lagi menyapu halaman, hingga selesai. Dan kembali lagi ke depan.

Mereka berdua bekerja sama, dengan begitu, tugas lebih cepat terselesaikan.

"Huh ... Capek banget gue ... Haus...!!!" Teriak Daffin, yang kini sedang terduduk di atas rerumputan.

"Em ... Kak Daffin, makasih ya kak. sudah tolong Senja," ucap Senja tulus, dan sedikit malu.

Daffin hanya menoleh dan tersenyum. "bawain ini, sebagai ucapan terimakasih lo." Daffin melempar sapu dan serok yang dia pakai ke arah Senja.

Wajah Senja menjadi masam, dia menganggap Daffin pria yang rese.

Bersambung.

Kuy, yang kepo, bisa tunggu bukunya yaa 🤗🤗🙏🙏

Di jamin asik lohh hihihi 🤭🤭

Dareen Addison Where stories live. Discover now