Twenty Three

20.4K 2.4K 58
                                    

Setelah sampai di rumah Avellyn, Falco langsung bertemu dengan orang tua gadis tersebut. Terlihat raut kebingungan dari mama Avellyn "Falco? Kamu pasti kesini karena Avellyn telepon kamu ya?" ujarnya tepat sasaran.

Falco langsung membenarkan perkataan wanita paruh baya itu "Boleh saya ketemu sama anaknya tan?" tanya pemuda itu dengan sopan.

"Tentu aja boleh, sebenernya tante juga bingung kenapa Avellyn tiba-tiba lupa sama kejadian beberapa bulan lalu"

"Apa ini ada hubungannya sama trauma Avellyn dulu?" lanjutnya dengan nada khawatir.

Pemuda itu terdiam sesaat sebelum akhirnya tersenyum tipis "Tenang aja, Avellyn pasti baik-baik aja tan" ujarnya mencoba menenangkan wanita paruh baya itu sebelum akhirnya pamit menuju kamar Avellyn.

Setelah sampai tepat di hadapan pintu kamar kekasihnya, Falco menghembuskan nafas pelan lalu membuka pintu itu dengan perlahan. Setelah pintu itu sepenuhnya terbuka, ia bisa melihat Avellyn yang duduk sambil memeluk lutunya sendiri diatas kasur. Merasa seseorang memasuki kamarnya, gadis itu langsung menoleh.

Brukk.

Baru beberapa detik setelah pintu itu dibuka olehnya, kini badan Falco sudah dipeluk erat oleh gadis cantik berambut panjang itu. Falco diam, tak melakukan apapun.

"Kak, kepalaku tiba-tiba jadi sakit banget" ujar Avellyn lirih.

Falco sedikit menundukkan wajahnya, akhirnya ia perlahan melepaskan pelukan gadis itu "Istirahat di kasur" ujarnya singkat namun dengan cekatan ia menuntun Avellyn untuk kembali ke ranjangnya.

"Kak.." panggil Avellyn.

Yang dipanggil tak mendengar, pemuda itu kini sibuk memperhatikan isi ruang kamar Avellyn. Hingga pandangannya berhenti di satu titik, yaitu ponsel Avellyn itu sendiri.

Tanpa berucap, Falco mengambil ponsel itu membuat Avellyn sedikit kebingungan namun ia tak berani bertanya. Karena, semakin lama pemuda tampan itu melihat isi ponselnya maka semakin seram juga raut wajahnya.

"K-kakak kenapa?" tanya Avellyn kebingungan melihat raut wajah yang sangat tak bersahabat itu.

Falco menggeleng pelan, ia lalu menoleh kearah Avellyn dengan wajah datarnya. Bukan pemandangan baru bagi Avellyn, karena memang biasanya Falco tak pernah menunjukan raut wajah lain selain wajah datar atau wajah marah padanya.

"Gue bakal jelasin semua biar lo paham"

Dan akhirnya, pemuda itu harus memberi sedikit bumbu-bumbu kebohongan pada ceritanya.

---

Setelah dititah untuk mengistirahatkan dirinya di rumah selama dua hari, akhirnya Avellyn kembali bersekolah. Wajahnya sudah tak terlihat kebingungan seperti kemarin, walaupun dalam hatinya ia masih sedikit bingung.

Bahkan sekarang Avellyn entah sejak kapan sudah kembali berhubungan dengan Zeval, mereka selalu berbincang melalui benda pipih itu hingga terkadang Falco dibuat kesal oleh kehebohan mereka.

Rae, lo pasti balik kan?

Itulah yang ada dipikiran Falco saat ini. Ujian sekolah sudah semakin dekat, bahkan ia belum merencanakan apa saja yang akan ia lakukan bersama Miraellyn ketika hari libur tiba.

"Kenapa makanannya ga dimakan kak?" tanya Avellyn, posisi mereka kini sedang berada di kantin sekolah.

Tersadar dari lamunannya, perhatian Falco kembali berpusat pada gadis yang berada di hadapannya. Sangat mudah untuk membedakan antara Avellyn dan Miraellyn yang ia kenal. Tentu saja, penampilan mereka berdua bertolak belakang. Yang satu begitu feminin dan yang satunya lagi terlihat sedikit tomboy.

I Became the girlfriend of an Antagonist [END]Where stories live. Discover now