Twenty Two

23.3K 2.8K 75
                                    

Sudah satu minggu setelah kejadian saat itu, dan Falco juga kini tengah sibuk untuk menghadapi ujian kelulusannya mengingat ia sudah memasuki kelas akhir. Pemuda tampan itu menoleh saat merasa gadis yang ditunggunya sudah keluar dari kelas.

"Pulang sekarang?" tanyanya yang langsung diangguki oleh Avellyn.

Mereka berjalan berdampingan menuju parkiran sekolah, setelah sampai Falco langsung memberikan helm pada Avellyn yang langsung diterima oleh gadis cantik itu.

"Rae!" panggil Falco dengan nada seperti anak kecil, bibirnya melengkung ke atas sambil menatap Avellyn yang mulai memakai helmnya.

Gadis yang dipanggil mendengus kecil "Apa?!" ujarnya galak. Sebenarnya Avellyn bingung, karena setelah ia keluar dari rumah sakit pemuda itu selalu saja memanggilnya dengan nama aslinya.

Falco hanya menggeleng pelan, ia menyeringai hingga taring di giginya sedikit menyembul keluar. Ia senang karena kejadian di rumah sakit hingga kini tak pernah terulang, jujur ia sangat takut.

"Kenapa sih lo repot-repot anter gue pulang, padahal gue bisa naik angkutan umum" ujar Avellyn lalu duduk di atas jok motor pemuda itu.

"Lebih aman sama gue" jawab Falco sekenanya, tentunya ia rela menemani Avellyn kemana saja karena ia bisa dengan bebas tidak mengikuti kelas tambahan.

Hanya saja Avellyn selalu memaksanya untuk tidak bolos, katanya supaya ia tidak menjadi bodoh.

Tak lama setelah melajukan motornya di sepanjang jalan, kedua remaja itu sampai tepat di depan rumah Avellyn. Falco tersenyum tipis, lalu sedikit merapihkan rambut Avellyn yang sedikit berantakan setelah melepas helmnya.

"Gue cabut lagi ke sekolah, jangan nakal"

Mendengar hal itu, Avellyn langsung melotot tak terima "Justru harusnya gue yang bilang itu ke elo! Lo kan orangnya iseng banget" ujarnya membuat Falco terkekeh pelan.

"Gue ga bakal iseng, kecuali kalo sama lo Rae"

"Jangan kemana-mana, kalo mau pergi bilang dulu ke gue" lanjutnya sambil kembali memakai helmnya.

"Bawel, santai aja gue kan kaum rebahan hehe"

Falco langsung mencubit pipi gadis itu pelan sambil tersenyum gemas "Rebahan terus, nanti jadi kayak babi" setelah mengucapkan hal itu ia langsung menancap gas pergi dari rumah gadis kesayangannya.

Tangannya melambai seolah mengejek Avellyn yang menatap punggung Falco dengan perasaan penuh emosi, gadis itu mengacungkan jari tengahnya keatas.

"Anak biadab!" umpat Avellyn kesal.

Ia segera masuk kedalam rumahnya, setelah itu Avellyn masuk ke dalam kamarnya. Badannya ia rebahkan diatas kasur setelah melempar tas sekolahnya dengan asal. Matanya terpejam, namun belum memakan waktu satu menit matanya kembali terbuka saat mendengar notifikasi dari ponselnya.

Falco? Tapi yakali dia udah sampai lagi di sekolah batin Avellyn bingung.

Tangannya langsung merogoh saku seragamnya dan mengeluarkan ponsel kesayangan miliknya, ia tertegun melihat nomor yang tidak dikenal mengiriminya pesan.

"Wah pesan penipuan nih pasti" gumam Avellyn malas lalu kembali melemparkan ponselnya dengan asal.

Namun, beberapa detik setelahnya ponselnya terus berbunyi membuat ketenangannya hancur seketika. Dengan perasaan kesal, Avellyn kembali memungut ponselnya ketika benda pipih itu berdering. Saat ia mengangkat panggilan itu, tiba-tiba panggilannya dimatikan sepihak.

"Orang sinting, maunya apa anjrit?!"

Akhirnya Avellyn mencoba membuka aplikasi berwarna hijau itu, mencoba mengetahui apa maksud dari si penelfon yang mengganggunya sedari tadi. Ada lima pesan yang belum terbaca, dan saat ia membukanya beberapa kata-kata tertulis jelas membuat otaknya sejenak berpikir.

I Became the girlfriend of an Antagonist [END]Where stories live. Discover now