Twenty Six : Real Ending

44K 4.4K 674
                                    

Halo! Karena banyak yang tidak terima dengan hasil akhirnya, jadi aku memutuskan untuk membuat akhir asli yang sebenarnya. Padahal aku cukup puas dengan ending yang sebelumnya haha, semoga kalian suka. Happy reading!

.
.
.

Miraellyn terbangun karena merasakan sebuah cahaya yang masuk melalui jendela kamarnya, gadis itu mengerjapkan matanya perlahan lalu tersadar. Ia mendudukkan dirinya di  atas kasur lalu menoleh ke arah sekelilingnya, sebuah ruangan dengan nuansa biru laut. Itu adalah kamar tidur miliknya.

Tanpa berkata apa pun lagi, gadis itu bangkit dan berjalan menuju kamar mandi. Beberapa saat kemudian, tubuh gadis yang kerap dipanggil dengan nama ‘Mira’ itu sudah segar dengan rambutnya yang basah. Ujung rambutnya sesekali meneteskan air hingga membasahi lantai kamarnya, namun gadis itu tak peduli dan segera turun menuruni tangga menuju ruang makan.

Setelah sampai, ia dapat melihat kedua orang tuanya yang sedang duduk dengan nyaman disana. Makanan untuk sarapan pagi sudah di siapkan, Miraellyn tersenyum kecil. Banyak perubahan setelah ia sadar tiga bulan lalu dari koma nya, saat itu ia sedikit linglung karena tiba-tiba terbangun di atas ranjang rumah sakit. Ia ingat, ia mengalami kecelakaan kecil saat baru pulang dari kampusnya. Semua itu karena tikus menyebalkan itu.

"Hari ini kamu ada kelas?" tanya wanita paruh baya yang kini sedang menyiapkan lauk pauk untuk mereka, itu adalah ibu dari gadis itu

Yang ditanya mengangguk "Iya ma, sampai sore. Emang kenapa ma?" tanyanya lalu menarik kursi untuk ia duduk.

"Mama mau minta tolong buat beliin sesuatu di supermarket"
Gadis itu berpikir sejenak "Sore gapapa ma? Emang di butuhin buat kapan?" tanyanya.

"Gapapa soalnya ga terlalu mepet juga, nanti list belanjaannya mama kirim di chat ya"

Akhirnya gadis itu mengangguk patuh, ia senang dengan suasana rumahnya saat ini. Mengingatkannya pada masa kecilnya, keluarga harmonis yang bahagia. Semenjak ia keluar dari rumah sakit, keadaan keluarganya berubah seratus delapan puluh derajat. Kali ini, mereka lebih memperhatikan dirinya.

Setelah selesai makan, gadis itu segera pamit untuk pergi ke kampusnya. Tidak banyak yang berubah, ia masih seorang mahasiswi yang kerjaannya kuliah-pulang saja hanya saja ia merasa cukup bahagia kali ini. Namun, ada sesuatu yang mengganggu pikirannya. Seperti ada yang terlupakan olehnya, entah apa itu.

Setelah sampai di kampusnya, gadis itu langsung saja berjalan menuju kelasnya. Namun baru saja ia melangkahkan kakinya di koridor menuju kelasnya, langkahnya diberhentikan oleh seorang pemuda tampan yang memiliki senyum teramat manis. Pemuda itu adalah teman dekat satu-satunya yang ia punya, namanya Anggar.

"Lo kok ga ngabarin gue kalo udah datang?" tanyanya lalu merangkul bahu Miraellyn dan berjalan beriringan menuju kelas mereka, kebetulan mereka memang mengambil mata kuliah yang sama.

"Emang lo bapak gue harus lapor dulu?" jawab gadis itu sekenanya membuat Anggar mendengus.

"Keadaan lo gimana sekarang?"

Mendengar pertanyaan itu, Miraellyn berdecak kesal "Gue baik-baik aja Anggar Dwi Aditya! Gue udah tiga bulan lalu keluar dari rumah sakit, dan hampir lo setiap hari nanyain pertanyaan yang sama" jawabnya penuh emosi.

"Buta mata lo" lanjutnya lalu melangkah lebih cepat membuat rangkulan pemuda itu terlepas begitu saja.

Anggar segera berlari mengejar Miraellyn yang semakin jauh darinya "Tungguin woi Mira!" teriaknya membuat seluruh perhatian tertuju pada mereka berdua. Gadis itu langsung menepuk dahinya lelah, ia sedikit benci menjadi pusat perhatian.

I Became the girlfriend of an Antagonist [END]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن