Four

80.5K 8.9K 465
                                    

Tidak terasa, pagi telah tiba. Dan benar saja, saat aku turun menuju meja makan disana sudah ada seorang pemuda tampan yang tidak tahu malunya sedang sarapan bersama kedua orangtua itu.

"Pagi ma, pa" ujarku lalu duduk cukup jauh dari Falco.

"Pacarnya ga di sapa?" sindir wanita paruh baya itu membuatku tersenyum kesal.

"Selamat pagi kak"

Pemuda itu langsung tersenyum lebar "Pagi sayang" ujarnya dengan wajah penuh kelicikan. Aku mengangguk singkat lalu mengambil selembar roti yang sudah diberi selai coklat.

"Berangkat sekarang ya kak" ujarku dan segera berdiri sambil memakan roti ditanganku.

"Yaudah ayo"

Kami berpamitan dan segera berjalan menuju halaman rumah, untung saja sebelumnya aku sudah memberitahukan pada kedua orangtua Avellyn untuk tidak membicarakan soal kepindahan kami. Jika itu bocor, tamat sudah riwayatku.

"Eh pake mobil kak?" tanyaku setelah menyadari ia membawaku ke hadapan mobil mewah yang sudah terparkir rapi.

"Sekarang musim hujan, gue ga mau kesayangan gue kehujanan"

Melihat senyum menyebalkan itu membuatku mendengus pelan, jelas sekali ia hanya membual. Aku langsung memasuki mobil itu tanpa menunggunya untuk membukakan pintu untukku. Dalam perjalanan aku hanya diam, tentu saja aku tak ingin memulai pembicaraan.

Tak lama kami sampai, mobil yang kunaiki ini sudah terparkir apik di parkiran sekolah.

"Makasih ya kak" aku segera hendak membuka pintu mobil itu, namun pintu mobil itu terkunci. Aku langsung menoleh kearah Falco.

Lelaki itu tengah menatapku dengan seringai miliknya, sial ini siaga satu!

"Buru-buru banget, mau ngapain sih emangnya hm?"

Ya mau kabur dari elo lah!

"E-engga kak hehe, kakak mau ngomong sesuatu?"

Ia langsung mendekatkan wajahnya padaku, mata tajamnya menatap langsung kedalam mataku membuatku sedikit merinding.

"Lo ga akan ngelakuin hal aneh kan, sayang?"

"H-hal aneh apa?"

Ia sejenak memasang raut berpikir, tangannya ia simpan dibawah dagunya membuat ia terlihat sedikit imut. Ingat ya, sedikit!

"Menjauh dari gue, mungkin?"

Deg

Jantungku berdegub kencang, kenapa bisa pas sekali seperti ini? Aku terkekeh canggung mencoba menatap kearah lain, namun ia mengurung diriku diantara kedua tangannya.

"Kok diem?"

Apa jangan-jangan sebenernya dia punya indra keenam ya? Wah author nya ngaco banget nyiptain tokoh kek gini!

"Engga kok kak hehe, masa sih aku mau ngejauh dari kakak? Aku kan ga bisa jauh dari kakak, ga ketemu sejam aja udah kangen banget" ujarku menahan mual dalam perut.

"Oh iya? Gue baru tau" tangan kanannya mulai mengelus pipiku dengan lembut, senyum miringnya kembali muncul "Gue kira, cuma gue yang ngerasa begitu" lanjutnya menatapku dengan mata elangnya.

"W-wah ikatan cinta kita kuat banget ya kak? Hehe"

"Boleh buka pintunya? Kelasku sebentar lagi m-mau mulai"

"Gue baru sadar mata lo cantik banget" ujarnya tak menghiraukan perkataanku.

Dia mau nyongkel mata gue?

I Became the girlfriend of an Antagonist [END]Where stories live. Discover now