Twenty

32.2K 4.1K 279
                                    

Falco melajukan motornya dengan kecepatan sedang, panas matahari menyinari tubuhnya. Sebenarnya, ini sudah pukul satu siang namun pemuda itu baru berangkat menuju markas.

Saat motor sport miliknya sudah sampai tepat di samping motor anggota inti lainnya, Falco segera turun dan melepaskan helmnya. Kakinya melangkah santai masuk kedalam rumah itu, disana sudah banyak yang menunggu kedatangannya.

"Sayang! Kenapa kamu baru datang?" ujar Lily yang langsung bangkit dari duduknya dan menghampiri Falco dengan raut yang dibuat imut.

Pemuda tampan itu mendesis pelan saat lengannya di peluk oleh Lily "Lepas" ujarnya dingin, namun Lily semakin memeluk lengannya dengan erat.

"Kamu bercanda kan waktu kemarin bilang putus? Kita belum juga seminggu pacarannya!" rengeknya membuat telinga Falco terasa sakit.

Tangan kiri Falco terulur kebelakang, membuat Andre yang berada di belakangnya langsung paham dan memberikan sesuatu pada Falco.

"A-akh! Tangan aku sakit" rintih gadis itu saat Falco tiba-tiba dengan kasar menarik kedua tangannya.

Dengan cekatan, pemuda itu mengikat kedua pergelangan Lily dengan tali tambang yang tadi diberikan oleh Andre. Falco mengikatnya dengan sangat kuat membuat kulit gadis itu sedikit lecet dan memerah.

Dengan seringai khasnya, Falco mencengkram dagu Lily "Lo masih mau jadi pacar gue kan, sayang?" bisiknya pelan.

Mata tajam itu menatap Lily dengan penuh godaan membuat gadis itu mengangguk cepat, pesona yang Falco keluarkan tidak main-main membuat dirinya lupa sedang diperlakukan bagaimana. Ia tidak tahu saja sekarang ia tengah terjerat tipu daya setan.

Melihat Lily yang mengangguk, Falco kembali bertanya "Kalo gitu, lo harus temenin gue main mau kan?" seringainya semakin lebar. Sesaat Lily berpikir, kenapa syaratnya mudah sekali?

Dan dengan semangat Lily mengangguk, pasti tak sulit jika hanya menemani pemuda tampan itu bermain.

Falco membawa Lily menaiki tangga, sedari tadi aksinya ditonton oleh para anggota inti dalam diam. Hingga mereka sampai di depan pintu berwarna hitam gelap, mereka masuk di ikuti David, Andre dan Heksa.

Lily menatap ruangan itu dengan kagum, ada banyak benda yang bisa dimainkan. Seperti meja billiard, dartboard yang tergantung apik di dinding, dan barang lainnya. Suasana ruangan itu cukup gelap dengan lampu berwarna redup, belum lagi interiornya yang kebanyakan bercat kayu coklat terlihat sangat indah.

"Berdiri disana" ujar Falco menunjuk sebuah tembok yang sudah di coret silang di beberapa bagian, Lily mengerutkan dahi bingung namun ia tetap mengangguk.

Di dalam ruangan itu, hanya ada Falco, Andre, David dan Heksa. Bukannya merasa ketakutan, Lily malah tersenyum gembira.

"Kamu mau main apa??" tanyanya pada Falco yang kini tengah membuka sebuah laci di bawah lemari kaca yang ada disana, Lily tak bisa melihat apa yang sedang pemuda itu ambil karena terhalang meja serta ruangan yang sedikit remang.

Disini lain, Falco menatap beberapa benda besi yang berjejer rapih disana. Hingga tangannya berhenti diujung, lalu mengambil benda itu dengan seringai tipisnya.

Dor!

Falco tiba-tiba menembakkan pistol yang ia genggam tepat kearah Lily, hingga pistol itu menembus tembok. Semua orang yang berada di ruangan itu terkejut, terutama Lily yang salah-salah lengannya akan ditembus oleh peluru yang panas itu.

"K-kamu mau ngapain?" tanya Lily yang mulai ketakutan.

"Kaget gue anjir!" Andre mengusap dadanya pelan diangguki David yang menampilkan wajah kagetnya secara dramatis.

I Became the girlfriend of an Antagonist [END]Where stories live. Discover now